20. Aksa, Aneya, dan Hujan

186 25 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

🦋🦋🦋

20. Aksa, Aneya, dan Hujan

Di hari minggu ini, Aneya memutuskan untuk pergi ke Rumah Sakit Jiwa Pelita untuk menggantikan pekerjaan Bundanya di sana. Hitung-hitung untuk mengisi waktu kosongnya, daripada hanya bergalau ria tidak jelas di rumah.

Aneya dengan kemeja putih juga celana jeans yang menutui tubuhnya itu mengunjungi seorang pasien di gedung 3. Aneya membawa sesuatu, lilin dan sepotong kue ulang tahun yang ia dapatkan dari seorang perawat senior.

"Pasien di kamar 105 lagi ulang tahun lho, Nay. Boleh, tuh, kamu bawa kuenya ke sana."

"105 bukannya di gedung tiga, ya?" tanya Aneya yang diangguki oleh perawat senior itu. "Ngamuk nggak nanti kalau aku ke sana?"

"Enggak, kok. Coba ajak ngobrol pelan-pelan, tapi jangan dilepas rantai sama pasungnya."

Kira-kira begitu amanat yang Aneya terima. Sampailah ia pada kamar 105, menampilkan sosok wanita berdaster putih pucat yang menatap lurus padanya dengan tatapan kosong. Sungguh, Aneya bisa melihat kelelahan fisik dan batin dari sorot matanya.

Aneya berjalan mendekat, ia kemudian duduk di tepi ranjang dengan tenang. Tangan Aneya bergerak merapikan rambut pasien itu yang sedikit berantakan, kemudian memperhatikannya dengan teliti. Aneya benar-benar tidak asing dengan bentuk mata wanita ini.

"Aksa udah besar, Tante. Dia udah jadi anak SMA sekarang," ujar Aneya dengan lembut.

Nama Aksa adalah alasan mengapa wanita tersebut menggerakkan wajahnya untuk melihat Aneya. Bibirnya tersenyum, ada afeksi bahagia yang ia rasakan. "Aksa..." lirihnya dengan sangat pelan.

Aneya tersenyum sembari mengangguk. Tangannya mengelus lembut tangan wanita itu yang masih diikat rantai. Tadi, sebelum Aneya benar-benar pergi ke kamar ini, ia lebih dulu mencari tahu siapa dan apa yang terjadi pada pasien ini. Sedikit banyaknya informasi yang masuk Aneya hubungkan dengan kejadian yang menimpa Aksa di sini waktu itu, lalu mulai mengambil kesimpulan bahwa wanita ini adalah Ibu kandungnya Aksa yang belum pernah Aksa kunjungi bertahun-tahun lamanya.

"Maaf aku nggak bisa bawa Aksa ke sini, tante pasti kangen banget sama dia," ucap Aneya sembari menghidupkan lilin yang sudah tertancap di kue. "Rayain sama aku dulu aja, ya? Semoga tahun depan Tante bisa rayain ulang tahunnya bareng Aksa."

Api lilin sudah menyala, Aneya menaruh kue ulang tahun di atas pangkuan pasien itu, lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Aneya bernyanyi dengan riang sembari bertepuk tangan, membuat senyum dan perasaan bahagia yang sudah lama hilang dari pasien itu kini terasa kembali.

Apalagi saat meniup lilin, Aneya berseru kesenangan. Sampai tidak sadar bahwa seseorang telah memperhatikan mereka sedari tadi dari ambang pintu.

Sudah lama pria itu tidak juga mengunjungi istrinya, sekalinya berkunjung ia malah mendapati pertunjukkan tidak biasa yang dilakukan oleh seorang gadis asing terhadap istrinya. Namun kalau tidak salah Abima pernah melihat wajah gadis itu dari foto yang seseorang pernah berikan padanya, ditambah percakapan mereka yang menyebut nama Aksa, Abima jadi tahu siapa gadis itu.

AKSA'S | HARUTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang