Draft 5

137 15 9
                                    


fun fact(s) :

• dibuku ini ada puluhan drafts yang udah alice tulis dari jauh-jauh hari. tapi, karena konsep buku ini adalah playlist lagu, jadi buat 'connecting' antara story yang udah ditulis dan judul lagu yang ada itu lumayan susah.

• sekarang, daripada drafts ini cuma kesimpen tanpa pembaca, maka alice putusin buat publish semuanya secara berkala tanpa banyak edit dan tanpa sesuaiin konsep.

last but not least, mungkin setelah draftsnya habis, alice nggak akan post apa-apa lagi diakun ini. maaf, teman-teman. alice sudah bukan ARMY lagi, jadi rasanya salah kalau tetep pakai karakter mereka untuk semua tulisan alice.

sekali lagi maaf, ya. terima kasih.


---


.

"Kamu!"

Sudut meja dipukul dengan kepalan tangan, ciptakan bunyi 'brak' yang sudah cukup membuat orang-orang di sekitar meja tersebut terkejut.

Lalu jemari mungil itu menunjuk salah satunya. Menghardik, tapi tidak terasa menyudutkan sama sekali. Entah. Mungkin karena kecil dan tidak berotot?

"Liat baju seragamku, kotor! Ini gara-gara kamu bawa mobil nggak bener!"

Sosok yang dihardik, yang untuk sepersekian detik tadi sedikit terkejut karena tidak berekspetasi tentang situasi ini, mengerjap pelan sembari mengamati.

Di hadapan, berdiri seorang remaja mungil dengan pasang mata cantik seperti seekor kucing. Pipinya bulat, tampak kemerahan karena emosinya sedang berapi-api.

Agaknya membuat orang-orang di sekitar mempertanyakan kewarasannya, karena faktanya, tidak ada seorangpun penghuni sekolah elit itu berani menghardik putra sang pemilik yayasan.

"Bukan aku yang nyetir, tapi supirku," dijawab dengan nada halus dan tenang, jelas tidak seperti perangainya yang biasa. "Emang kamu yakin yang bikin kotor bajumu itu mobilku?"

"Yakinlah! Kamu jangan coba-coba lari dari tanggung jawab, ya!"

Sosok mungil itu berkacak pinggang, alisnya bertaut untuk menatap tajam. Lucu. Entah mengapa terlihat imut sekali.

"Ayo, ganti rugi!"

Anak sang pemilik yayasan, yang akrab sekali dipanggil Jimin, menyungging senyum tipis. "Kamu maunya aku ganti rugi gimana?"

"Kasih aku uang! Aku harus beli seragam baru di koperasi siswa tau!"

Jimin mengangguk-angguk kecil, "bentar dulu. Nama kamu siapa?"

"Yoongi. Min Yoongi."

"Oke, Min Yoongi. Kalau aku nggak mau kasih uangnya gimana?"

Kedua alis Yoongi menukik tajam, membuat kening sempitnya berkerut marah.

"Kamu tetep harus tanggung jawab! Pilih mana, kamu kasih aku uang atau kamu lepas seragammu buat aku pake?!"

Telak, senyum Jimin mengembang lebar. Kagum. Kecil begitu galaknya luar biasa. Padahal manis, tapi kesan pertama yang diberi tidak tampak anggun sama sekali.

Lalu Jimin berdiri, disaksikan seluruh penghuni kantin yang sejak tadi hening memperhatikan. Sebagian dari mereka takut akan nasib si mungil Min Yoongi, tapi sebagian lagi justru menangkap jelas perbedaan respon yang diberi seorang Park Jimin pada orang asing.

Sungguh, biasanya tidak begitu.

"Kamu mau apa!??"

Yoongi nyaris berteriak, saat melihat jari-jari Jimin bergerak melepas kancing seragamnya.

"Katanya aku suruh tanggung jawab?" sahut Jimin santai, "nih, aku pinjemin bajuku aja."

Yoongi memasang ekspresi tak suka, "ih! Nggak! Nggak jadi. Aku nggak mau pake bekasmu."

Lalu si Min itu mendengus, memindai Jimin dengan lirikan tajam. Kemudian secepat kilat netranya bergulir, untuk menemukan segelas jus mangga di atas meja tadi.

"Yaudah kalo kamu nggak mau tanggung jawab," ucap Yoongi, sembari mengulur tangan untuk meraih gelas jus mangga itu. "Tapi seenggaknya kita harus impas."

Tanpa bisa dicegah siapapun, Yoongi sukses menyiramkan jus mangga itu ke baju seragam yang dikenakan Jimin. Memunculkan pekikan dramatis, sebelum kemudian riuh bisikan untuk mengomentari momen tersebut.

Punya nyali sekali anak kecil itu, pikir mereka.

Namun anehnya, Jimin tidak melakukan apa-apa. Bahkan, dia tidak bergerak sama sekali saat sadar Yoongi telah menyiramnya dengan jus mangga.

"Rasain, wlee!"

Lalu Yoongi berbalik, otomatis membuat kerumunan terbelah untuk beri jalan. Tapi Jimin tidak serta merta melepaskan Yoongi untuk berlalu begitu saja. Karena dengan cepat, Jimin berhasil mencekal pergelangan tangan anak kecil itu hingga limbung penuh ke arahnya.

"Kamu tau nggak? Siapapun yang udah berurusan sama aku, nggak bisa pergi gitu aja."

"Apasih?! Lepas nggak!"

"Nggak. Kamu pacarku sekarang. Ayo kita jalan-jalan, sayang."

"Apa-apaan?! Kamu nggak waras, ya?!?"

Jimin meraih pinggang Yoongi, dipaksa berjalan di sisi dengan rengkuhan erat. Teman-teman Jimin, yang lebih terlihat seperti para 'bawahan'nya, segera berdiri untuk mengikuti keduanya di belakang. Patuh sekali.

"Iya, aku nggak waras. Waktu liat kamu marah-marah tadi, aku jadi nggak waras," Jimin terkekeh sendiri. "Tangggung jawab, ya sayang?"

"IH! MAMA ADA ORANG GILA!"

9593 TrackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang