Draft 12

132 16 3
                                    

"Gi, Gi! Liat tuh ada siapa!"

Yoongi langsung angkat wajah, menatap ke arah pintu masuk kantin. Ada Park Jimin dan teman-temannya baru saja masuk, sedang berjalan lambat untuk cari meja yang sepi.

"Ganteng banget, ya..."

Gumaman Yoongi dibalas kekehan kecil oleh Wendy, paham sekali betapa sahabatnya itu menyukai si pangeran sekolah.

"Ajakin kenalan dong kalo ganteng."

"Ih," Yoongi melirik sinis, lalu menggeleng kecil. "Aku masih tau diri kali, Wen."

"Tau diri gimana? Orang cuma kenalan."

"Ya kan, konteksnya itu yang diajak kenalan seorang Park Jimin, Wendyku sayang," sahut Yoongi dengan desisan pelan. "Temen-temen satu gengnya aja berlian semua. Masa upik abu kayak aku ngajakin kenalan?"

Wendy mengernyit dalam. Jelas tidak terima.

"Salahnya dimana? Astaga. Udah berapa kali aku bilang, kamu tuh manis, Gi. Ayo dong, pede sedikit!"

"Wen. Bukan satu dua orang yah, yang manggil aku nerd. Malah pak sekuriti depan panggil aku si kacamata, inget nggak?"

"Tapi—"

"Permisi. Kursi ini ada orangnya nggak, ya?"

Belum sempat jawab, suara seseorang lebih dulu interupsi percakapan mereka. Dan mereka berdua baru menyadari, Park Jimin sedang berdiri di seberang meja.

Oh, tidak. Pita suara Yoongi mendadak macet.

"Nggak ada kok," jawab Wendy santai. "Kita cuma berdua. Kenapa? Mau gabung duduk di sini?"

Tepat setelah menanyakan itu, Wendy mengaduh kecil. Karena di bawah sana, Yoongi menendang kakinya cukup keras. Wendy mendelik gemas, berbicara lewat tatapan bahwa Yoongi lebih baik diam saja.

"Iya, kalau boleh," sahut Jimin dengan senyum kecil. "Meja lain udah penuh soalnya."

"Boleh—"

"Duduk aja," potong Yoongi, tanpa menatap Jimin. "Kita udah selesai kok."

"Eh?"

"Ayo, Wendy."

Wendy menggerutu, namun pergelangan tangannya segera diraih Yoongi untuk beranjak dari sana. Gadis itu sempat melirik pada Jimin, yang masih berdiri diam sembari menatap punggung Yoongi yang menjauh.

"Kenapa malah pergi, sih?!"

Wendy segera berkomentar, begitu mereka sudah jauh dari kantin. Diliriknya pipi Yoongi yang memerah, namun bersikap seakan dia baik-baik saja.

"Aku malu!"

"Dih? Kalo malu kenapa pergi? Kan bisa duduk diem aja di sana, sambil liatin Jiminmu dari jarak deket," omel Wendy.

"Mana bisa??? Yang ada aku pingsan nanti!"

Wendy berhenti melangkah, membuat Yoongi otomatis juga ikut menghentikan langkah.

"Kenapa? Ada yang ketinggalan?"

"Kayaknya aku perlu ngelakuin sesuatu deh sama kamu," ucap Wendy, tampak serius sekali.

"Hah? Gimana?"

Wendy menyipitkan mata, menggigit-gigit kecil bibir bawahnya gestur sedang pertimbangkan sesuatu. Yoongi menaikkan alis bingung, menanti apa yang hendak dikatakan sahabatnya itu.

"Pulang sekolah nanti kamu harus ikut aku," kata Wendy kemudian.

"Eh, kemana?"

"Kamu ikut aja. Dan turutin apa kataku."

9593 TrackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang