Draft 21

155 14 7
                                    

;

shout out to jiminmin374 and Readersnim630 yang nggak pernah absen ninggalin komentar. aku jadi inget terus kalo punya tanggung jawab buat post draft-draft yang ada di sini. thank you so much, ya!

by the way,

ini draft favoritku. aku suka ceritanya, walaupun yah— aku sendiri yang nulis. but really, i love this kind of plot.

happy reading for you who's gonna read this!♡


.

Jimin Park itu amat sangat disegani.

Tidak ada yang berani ingkar, apalagi membangkang padanya. Bahkan kedua orang tuanya pun begitu patuh, seakan sedang membalas budi atas segala yang telah Jimin berikan pada mereka.

Tidak ada lagi nominal pada hartanya. Tidak terhitung. Ini bukan tentang apa saja yang dia miliki, tetapi tentang mana lagi yang belum dia miliki.

Bisnis pria dengan rahang tegas itu begitu sukses, baik di dunia terang maupun dunia gelap. Namanya seperti hantu dikalangan pejabat dan pemerintahan. Terlalu menakutkan, tak mungkin diraih.

Seorang yang kebal hukum. Seorang yang justru dihormati dikalangan pemerintahan. Tentu saja, itu karena kemajuan negara berhutang budi atas kekayaannya.

Dan satu-satunya orang yang terus berusaha melawan agar Jimin Park dapat diadili atas segala pelanggaran hak asasi yang telah banyak dilakukannya, adalah seorang kepala kepolisian divisi kriminal tingkat atas— Shin Jiwon.

"Kau membunuhnya?"

"Tidak."

"Tapi kau orang terakhir yang bertukar pesan dengannya."

"Tentu saja, dia istriku. Apa itu hal yang aneh untukmu, Pak Polisi?"

Jimin Park tersenyum remeh. Mengangkat satu kakinya untuk ditopang dengan kaki yang lain.

"Seperti yang kau lihat, Pak Kepala Polisi yang Terhormat. CCTV menunjukkan aku telah keluar dari kantor pukul 4, kau tidak bisa menyangkal itu."

Jimin kembali berucap, kali ini tanpa ekspresi berarti. Pria tampan itu duduk dengan tenang di belakang meja besar ruang kantornya.

Sore ini, letnan Shin Jiwon turun langsung untuk menangani kasus Jimin yang terbaru. Istrinya ditemukan tewas di ruang kantor presdir, dengan luka tusuk berdiameter kurang lebih 7cm di sisi leher.

Sudah lebih dari satu jam Jiwon dan anak buahnya memeriksa ruangan itu, namun belum ada satu pun bukti yang dapat ditemukan. Hasil CCTV gedung kantor menunjukkan bahwa wanita berwajah eropa itu datang pada pukul 5, sementara Jimin telah meninggalkan kantor pada pukul 4.

Jiwon merasa amat marah.

Pria dengan kumis tebal dan rambut hitam tersibak rapih itu entah mengapa yakin sekali bahwa Jimin pelakunya. Tetapi Jiwon tau dengan siapa dia sedang berhadapan. Dia cukup sadar diri atas keberuntungannya untuk dapat tetap hidup, meski sudah beberapa kali Jiwon mencoba menjebloskan Jimin ke penjara.

Jimin amat sangat licin. Pada kasus remeh seperti ini jelas mudah sekali baginya untuk lolos. Dan Jiwon sendiri hampir putus harapan jika dia tidak teringat pada seorang konsultan kepolisian yang baru.

"Daniel. Hubungi Min Yoongi," titah Jiwon, pada seorang anak buahnya yang sedang mengoles luminol pada sudut almari. "Minta dia untuk datang ke sini secepatnya."

"Baik, Kepala Shin!"

Jimin terkekeh, memainkan kursi kerjanya untuk digoyang ke kanan-kiri.

"Meminta bantuan?" celetuknya remeh. "Sudah kukatakan dia bunuh diri, Jiwon-ssi. Kau benar-benar membuang waktuku yang berharga."

9593 TrackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang