• Genre : Fluff
• Casts : Taehyung, Jimin, Yoongi
• Tag(s) : Taehyung's POV, Save for Works
• Audience : PG 15
• Written by : AliceSeoul, January 23rd '2023
Semua orang tampak menikmati pesta, menurut pengamatanku. Lagipula pesta sederhana ini memang menyenangkan, sehingga tidak alasan untuk kau tidak menikmatinya. Well, tidak ada acara berarti maupun perayaan besar untuk memperingati suatu hal. Ini semacam 'pesta rutin' yang digelar oleh sekolah menjelang liburan musim dingin tiba.
Beberapa siswa musik sedang tampil di atas panggung, membawakan lagu boyband yang sedang hits. Sedang beberapa siswa lain sibuk menjelajah meja, mencoba berbagai macam makanan yang dihidangkan.
Aku sendiri sudah lelah berkeliling, bahkan perutku sudah cukup penuh untuk sekadar mencicip muffins yang dibawa Jimin ke meja.
Oh, omong-omong soal Jimin, sahabatku satu itu sejak tadi tidak beranjak kemanapun. Dia memang tidak terlalu menyukai pesta, tetapi dia termasuk orang yang cukup social butterfly sepertiku. Dan itu membuatku heran, mengapa Jimin terus saja duduk di tempat yang sama sejak dia datang tadi.
"Something bothering you, brother?"
Jimin, yang sedang menyesap cocktailnya, menoleh padaku, "I'm sorry?"
Dia meletakkan gelasnya ke meja, lalu menyandarkan punggung ke sofa dengan gerakan santai. "Oh. Aku baik," sambungnya kemudian.
"Kau payah dalam hal berbohong, kau tau?" kataku padanya. "Ada apa? Pestanya tidak menyenangkan?"
"Bukan begitu," Jimin menggeleng, kedua netranya berganti memandang ke arah keramaian. "Aku hanya— kau tau, Taehyung? Sebentar lagi libur panjang, dan aku masih belum mendapat progres apapun."
Aku mengernyit, belum mengerti arah pembicaraan Jimin. Kita memang sudah bersahabat sejak lama, tapi tetap saja itu bukan alasan untuk aku bisa menebak isi pikirannya. Hell no, tidak ada yang seperti itu.
"I don't understand," sahutku dengan gelengan. "What are we talking about?"
Jimin berdecak, dia menoleh malas padaku sembari bersiap menyemburkan seruan, "what else? We've been talking about this for weeks!"
"Dude. We've been talking about A WHOLE THING. How am I supposed to know?!"
"It's about—"
Ucapan Jimin tiba-tiba terhenti, bahkan untuk sepersekian detik aku dapat melihat netranya membulat sebelum membuang muka ke arah lain. Aku kembali mengernyit bingung, namun tampaknya ada sesuatu di belakangku yang membuat Jimin bertingkah menggelikan seperti itu.
Dan saat aku memutar kepalaku untuk mengkonfirmasi sesuatu, aku langsung mengerti apa yang sedang kita bicarakan. Oh, dan itu membuatku tersenyum begitu lebar!
"Aaah. It's about him."
"Shut up."
Aku tidak bisa untuk tidak tertawa, melihat wajah Jimin yang nyaris seperti tomat karena salah tingkah. Namun aku mengerti alasannya, dan kurasa itu adalah respon yang wajar yang dapat dilakukan seorang laki-laki seperti Jimin.
Aku menggeser dudukku untuk lebih dekat ke arah Jimin, sedikit menyandar padanya sembari menyilang tangan di depan dada. Kau pasti tau, aku sedang berusaha untuk membuat Jimin semakin gusar di tempatnya.
"Dia berjalan ke arah sini, Jim," ucapku memberi info. "Sepertinya dia hendak duduk di sofa kosong di dekat meja kita. Oh, Tuhan. Kenapa dia tampak begitu cantik malam ini?"
