"Mau kemana?"
Jimin menurunkan koran yang dibacanya, hanya untuk mengamati penampilan sang suami dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Antar Beomgyu ke sekolah, Jimin. Kemana lagi? Sudah hampir terlambat ini."
Park Yoongi menyahut tanpa menoleh, sedang sibuk menyiapkan kotak makan untuk putra mereka.
Jimin melipat korannya, sembari terus mengamati Yoongi yang berjalan ke sana kemari. Suami kecilnya itu mengenakan knitwear berwarna pastel, dipadu celana putih panjang dengan cutting lurus sedikit slim.
Manis. Sederhana, tapi manis.
"Aku saja yang antar."
Jimin berucap seraya bangkit dari duduknya, lalu beranjak untuk mengambil kunci mobil di mangkuk hias di atas kabinet ruang tamu.
"Astaga. Kenapa tidak bilang daritadi, sih? Aku sudah siap begini," omel Yoongi, menghilang sesaat untuk masuk ke ruang kerja suaminya.
Jimin tidak berkomentar apa-apa. Pria Park itu hanya berdiri menanti, selagi memainkan kunci mobil di sela jemarinya. Tidak lama, Yoongi kembali dari ruang kerja. Membawa tas jinjing milik Jimin dan jas hitam tanpa motif.
"Sudah biar aku saja," ucap Yoongi, terburu memakaikan jas setelah sebelumnya menyerahkan tas jinjing itu pada suaminya. "Aku mau mampir ke rumah mama juga sebelum ke butik."
Jimin menatap sayang Yoongi yang berdiri dengan jarak dekat untuk membenahi dasinya. Kening sempit itu berkerut lucu, dengan bibir yang terus berceloteh tentang paginya yang sibuk sekali. Jimin tersenyum tipis, sejujurnya pria itu memang minim ekspresi.
"Kau terlalu manis. Biar aku saja yang antar Beomgyu."
Yoongi mendongak, kedua alisnya bertaut dalam. Heran. Jimin tidak biasanya menggombal seperti itu.
"Apa maksudmu, Jimin? Kau membuatku merinding!"
Yoongi menggeleng, lalu menepuk dada bidang itu dua kali. "Sudah, tampan seperti biasa," ucapnya lagi. "Aku tidak sempat menyiapkan makan siang untukmu, Jimin. Nanti makan di kantor saja, ya? Jangan sampai tidak makan! Awas saja kalau aku tau."
Jimin menghela nafas pendek, namun kembali mengulas senyum tipis begitu melihat Yoongi yang melenggang untuk memanggil putra mereka.
Ah, suami kecilnya itu memang manis sekali.
"Ayaaah! Ayah! Beomgyu sudah siap pergi ke sekolah!"
Anak kecil yang genap berusia lima itu berlari menerjang Jimin, yang dengan sigap mengangkatnya untuk digendong koala.
"Belajar yang rajin. Jangan merepotkan ibu guru dan teman-teman."
"Um! Baik, Ayah!"
Jimin mencium masing-masing pipi bulat putranya, lalu kembali menurunkan anak itu untuk beralih menggandeng tangan mungilnya.
"Berangkat sama Ayah dan Papa?"
"Berangkat sama Papa, Ayah harus berangkat bekerja," Yoongi yang menyahut, baru saja datang dari arah dapur. "Ini, sayang, pakai dulu tasnya."
"Berangkat denganku saja, Yoon," ujar Jimin pelan. "Nanti kuantar sekalian ke rumah mama."
"Kau tidak terlambat?"
Jimin mengangkat bahu sekilas, "terlambat pun tidak masalah, kan?"
Yoongi mendengus kecil, membenarkan letak tas Beomgyu sebelum meraih tangan mungil itu untuk digenggam.
"Beomie mau berangkat sama Ayah juga?"
"Mauuu! Beomie mau diantar Ayah dan Papa!"
Jimin menaikkan alis sekilas. Memberi tatapan pada Yoongi bahwa suami kecilnya itu tidak punya pilihan lain selain menurutinya.
