Fireflies - Owl City

327 33 3
                                        

Genre : Hurt-Comfort
• Casts : Jimin as Christ, Yoongi as Gigi
• Tag(s) : Different Ability, Slow Burn
• Audience : PG 15
• Written by : Alice

London, January 25th '2023

Christian dulu bukan orang yang pendiam, apalagi untuk menghabiskan sebagian besar harinya dengan mengurung diri di kamar. Bukan, dia dulu bukan tipe orang yang seperti itu.

Layaknya remaja seusianya, Christ menyukai euforia dunia luar. Berkumpul dengan teman-teman, menjajal banyak tempat baru, ataupun mencoba berkencan dengan seorang gadis. Hal-hal yang lekat dengan kebebasan dan bersenang-senang.

Namun pula, Christ yang dulu berkali lipat lebih arogan. Emosi remaja yang masih tidak stabil membuatnya sering kali bersikap egois, tidak mau diatur dan mengesampingkan segala prioritasnya. Beruntung dia datang dari latar belakang keluarga yang berkecukupan, yang dapat memenuhi apapun keinginannya dengan sangat mudah. Dan entah dia sadari atau tidak, Christian adalah anak kesayangan sang bunda.

But the planet Earth turns slowly.

Kecelakaan mobil satu tahun silam merubah semuanya. Christian menjadi seorang yang pendiam, berbalik 180° dari sifatnya yang dahulu. Dia kini bahkan membenci keramaian, sampai pada titik menghindari bertemu dengan teman-temannya.

Sang bunda menjadi orang yang pertama kali mengkhawatirkan keadaan putra bungsunya itu. Sekaligus menjadi sosok yang selalu dan satu-satunya ada untuk Christian saat ini. Bagaimana tidak? Cahayanya meredup, membuat salah satu sudut hatinya bersedih untuk waktu yang lama.

"Christ?"

Ketukan pintu diabaikan cukup lama, hingga wanita paruh baya itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Christ.

Tampaknya Christ baru saja melamun, terlihat dari bagaimana dia terperanjat saat menyadari sang bunda datang. Remaja tampan itu cepat-cepat menggerakkan kursi rodanya, menjauhi jendela untuk hampiri ibunda.

"Ya, Bunda?"

Bunda tersenyum lembut, berjalan meletakkan dua toples kue kering ke atas meja. "Bunda antar camilan untukmu, sayang," ucapnya. "Christ sedang apa? Kau tau kau tidak boleh banyak melamun."

Christ menggeleng, sedikit mendongak menatap bunda yang kini berdiri di dekatnya.

"Aku tidak melamun."

"Good then," bunda tersenyum. "Lalu apa? Lihat kucing lagi?"

Christ melirik ke arah lain, sebelum mengangguk kecil pada pertanyaan bunda. "Ya, begitulah."

"Kau ingin bunda membeli kucing untukmu, sayang? Or maybe a puppy?"

"Tidak. Maksudku, bukan seperti itu," sahut Christ cepat. "Aku hanya bosan, tidak benar-benar memperhatikan mereka."

Bunda menghela nafas kecil, mengulur tangan untuk mengusap halus pucuk kepala Christ. "You know you can just tell me whenever you want to go outside, right?"

"I know. But I won't for now."

Christ tidak sepenuhnya berbohong. Akhir-akhir ini dia memang sering melihat kucing liar dari jendela kamarnya. Namun bukan itu yang menjadi fokusnya, tetapi karena sosok laki-laki mungil yang selalu datang setiap sore dengan satu kaleng besar berisi makanan kering untuk kucing-kucing itu.

Laki-laki mungil itu akan berjongkok, menuangkan beberapa sendok makanan di atas kertas tisu sebelum kemudian sosoknya akan di kelilingi beberapa kucing liar di sekitar sana.

That's weird.

Entah sudah berapa lama Christ memperhatikan hal tersebut, sampai kini dia hafal setiap detilnya. Christ bahkan secara tak sadar akan menarik sudut bibir, jika laki-laki mungil di bawah sana tertawa lucu saat bermain dengan kucing-kucing itu.

9593 TrackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang