Draft 24

134 20 3
                                    

temen-temen, tenang aja. draftnya masih banyak kok! sebelum aku hiatus, hampir tiap hari aku nulis di book ini. cuma karena males edit dan cocokkin tulisan sama judul lagu, makanya ngga ada yang dipost. gitu.

jadi yah, selamat menikmati draft(s)!





;


Yoongi mengayunkan kaki kecilnya secara teratur. Duduk ditemani semilir angin dan wewangian khas yang berasal dari dalam vihara. Pasang mata cantiknya sesekali mengamati aktifitas sang kekasih, yang sedang berlutut taat di depan patung Buddha.

Pemuda dengan kulit seputih susu itu tersenyum tipis, lalu mendongak menatap langit. Bibirnya masih terkatup rapat, namun suara hatinya lantang memanjat doa pada Tuhan yang berbeda.

"Tuhan Yesus, aku sungguh-sungguh mencintai Jimin."

Lengannya terangkat, untuk menggenggam lembut kalung rosario yang mengalung indah di leher jenjangnya. Satu dua baris doa kembali dirapalkan, Yoongi memejam mata sejenak untuk mendapat khitmat.

"Amin."

Saat Yoongi kembali membuka mata, Jimin telah berdiri di hadapan. Keduanya saling melempar senyum hangat, sebelum Jimin lebih dulu mengikis jarak agar lengannya dapat meraih pucuk kepala sang kekasih.

"Terima kasih sudah selalu setia menemaniku berdoa," ucap Jimin, mengusak sayang surai kelam Yoongi.

"Dengan senang hati, Jiminie."

Senyuman Yoongi indah. Gusi merah mudanya mengintip malu-malu dengan deretan gigi yang kecil dan rapih. Jimin membungkuk sedikit, mengecup pucuk kepala Yoongi satu kali.

"Mau kemana hari ini, sayang?"

Yoongi bergumam. Kening sempitnya terlipat samar karena berpikir, dan gestur itu tampak menggemaskan di mata Jimin.

"Kemana saja yang penting bersama Jimin!" serunya kemudian. "Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu satu hari ini."

Jimin terkekeh, "merayakan natal di Daegu lagi, ya?"

Yoongi membentuk bibirnya seperti mangkuk, lalu angguk kecil mengiyakan.

"Kenapa sedih begitu, hm? Bukankah seharusnya senang?"

Yoongi bangkit dari duduknya, meraih lengan Jimin untuk dibawa dekap. Lucu. Tingkahnya tampak manja sekali.

"Aku senang, tetapi juga tidak senang jika tidak ada Jiminie," ucapnya merajuk. "Ayo ikut ke Daegu, Jimin?"

Jimin tersenyum. Kakinya dibawa melangkah meninggalkan halaman vihara dengan satu lengan yang masih didekap erat oleh sang kekasih.

"Terima kasih tawarannya, sayangku," sahut Jimin lembut. "Tetapi bukankah seharusnya itu menjadi momen hari raya dengan keluarga besarmu? Aku ingin kau menikmatinya, sayang. Lagipula, aku harus membantu Bunda untuk menyiapkan puja bhakti pekan depan."

Yoongi menatap kaki-kaki mereka yang berjalan beriringan, mendengung gumaman kecil pada kalimat yang diujar Jimin.

"Mm, baiklah. Aku mengerti," kata Yoongi kemudian. "Tetapi bagaimana jika aku kembali ke sini lebih dulu di malam kedua natal?"

"Hm? Apa Mama Papa Min akan mengijinkanmu untuk itu, sayang?"

"Tentu saja!" angguk Yoongi dengan begitu semangat. "Justru Mama sendiri yang memberiku ide tersebut, Jimin."

Jimin terkekeh, lalu berhenti sejenak untuk membukakan pintu mobil. "Baik, pangeranku. Aku akan menyiapkan hadiah natal terbaik untukmu. Silakan masuk, oh, hati-hati kepalamu."

9593 TrackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang