Draft 4

171 13 8
                                    


"Gila. Itu mantan lo bukan sih, Jim?"

Dengar begitu, Jimin langsung toleh kepala. Arah jam 3 agak ke kanan sedikit, kata Taehyung.

Ada beberapa karyawan baru sedang bersenda gurau. Habiskan jam makan siang dengan menikmati ice cream di bawah pohon rindang. Segar. Tapi lebih segar lagi saat netra Jimin tangkap sosok paling menonjol di antara mereka.

Kulitnya putih sekali, cerah. Rambut hitam lurus nyaris menyentuh bahu, cocok dengan struktur wajahnya yang mungil dan sedikit tembam.

Pokoknya cantik.

"Anjir. Iya lagi."

"Makin cakep aja buset," Taehyung melempar komentar tanpa berkedip. Terpukau. Dari kejauhan saja sudah jelas sekali kemolekannya.

"Kok gue baru tau dia kerja di sini?"

"Ngikutin lo kali?"

"Nggak mungkin," Jimin menggeleng. "Dia benci banget sama gue. Lo tau sendiri gue sama Yoongi putusnya nggak baik-baik."

"Ya, lo jangan pede dulu," sanggah Taehyung, mendecak remeh. "Maksud gue, dia ngikutin lo buat bales dendam gitu kali."

"Dih. Bales dendam apaan?"

"Ya itu."

Taehyung menunjuk dengan dagu, sosok Yoongi yang sedang tertawa manis bersama teman-temannya.

"Doi makin cakep, makin manis. Nggak mungkin masih sendiri, kan?" kata Taehyung, nadanya terdengar sedikit menggebu. "Bisa aja dia mau nunjukkin kalo hidup dia makin better abis putus sama lo."

Jimin mengerut alis, lalu berdeham pelan.

"Dan hidup gue gini-gini aja gitu?"

"That's it."

Iya. Jimin mengakui, dia mendapatkan karmanya.

Dia dulu tertarik dengan gadis lain, saat masih berstatus sebagai pacar Yoongi. Hal bodohnya, saat Yoongi justru memaafkan dan berniat untuk memberi kesempatan terakhir, Jimin justru menolak dan pilih untuk menjalani hubungan dengan gadis selingkuhannya itu.

Betul. Bodoh sekali.

Beberapa teman, termasuk Taehyung, langsung memukul kepalanya karena kepalang kesal.

Sampai Jimin tau kalau gadis itu hanya mempermainkannya, dia akhirnya sadar bahwa dia baru saja membuang berlian.

"Tapi, Jim. Masa lo beneran nggak tau kalo Yoongi di sini?" Taehyung memelankan nada bicaranya, "Kantor ini kan, punya bokap lo?"

"Ya kan, punya bokap gue. Bukan gue."

"Bokap lo nggak cerita apa-apa?"

"Gue belum pernah ngenalin Yoongi ke bokap, sih. Mana doi tau."

Pucuk dicinta, ulam pun tiba.

Baru saja berhenti bicarakan Ayah Park, tiba-tiba pria berstatus ayah kandung Jimin itu menelpon.

"Lah, pas banget ya, bokap lo telfon. Angkat gih."

Jimin mengangguk, lalu cepat-cepat geser icon hijau di layar ponselnya.

"Halo, kenapa, Yah?"

"Jimin, udah makan siang?"

"Udah baru aja. Ini lagi di smooking area sama Taehyung."

"Yah, kok udah sih. Kita ngopi aja kalo gitu, yuk?"

"Entar balik kerja aja, Yah."

"Sekarang aja. Ada yang mau Ayah omongin."

Jimin tergelak.

"Kayak yang penting aja, Yah. Lagian kita serumah nggak, sih?"

Ayahnya di seberang sana ikut tertawa. Memang, Ayah Park itu sama sekali tidak seperti pria pada usianya. Masih terlihat muda dan modis sekali. Jimin pun kadang tersaingi.

"Udah pokoknya kita ngopi, Jimin. Ayah tunggu di parkiran basement, ya."

"Oke."

Sambungan diputus. Taehyung langsung menaikkan kedua alis. Bertanya penasaran cukup dengan ekspresi.

"Gue cabut dulu. Bokap ngajakin ngopi."

"Gue diajak nggak?"

"Kagak, anjir. Ngikut aja lo."

Taehyung tertawa, lalu pilih ambil batang rokok baru untuk dibakar. Nyaris terbatuk saat pandangannya justru menangkap sosok pemuda manis yang sedang jalan lurus ke arah smooking area. Ke tempat dimana ia dan Jimin duduk.

"Jim. Doi ke sini," bisik Taehyung cepat-cepat.

Jimin menaikkan pandang, untuk dapati sang mantan kekasih sudah berdiri di hadapan.

"Ayo," ujarnya manis.

Jimin mengerut kening, pun begitu dengan Taehyung.

"Ayo kemana?"

"Ngopi, kan? Ayah kamu belum bilang?"

Kerutan kening Jimin terlipat semakin dalam, "bilang apa maksudnya?"

Yoongi tersenyum, manis sekali.

"Ayah kamu ngajakin ngopi karena mau ngenalin calon isteri barunya," ujar Yoongi sambil mengulur tangan, "hai, Jimin. Bentar lagi aku jadi mama kamu."

"Anjing??????"

9593 TrackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang