Antara senang atau sedih

292 38 3
                                    



******

Selamat membaca


Di alun-alun kota, banyak orang berjalan bersama pasangan mereka, baik gadis maupun pemuda. Bersama keluarga atau pasangan masing-masing, dari anak-anak, remaja bahkan Kakek nenek pun ada membuat suasana malam itu terasa hangat dan penuh kebahagiaan.

Boruto melangkah pelan, pandangannya tertuju ke depan, mencari sosok yang dicarinya. Langkah kakinya yang mantap menunjukkan bahwa ia memiliki tujuan yang jelas. Wajahnya terlihat yakin, meskipun ada sedikit kegugupan di balik wajah daftarnya, sudut bibirnya tersenyum tipis. Kakinya terhenti di pinggir alun-alun, di tempat yang cukup sepi, jauh dari keramaian orang-orang yang berkerumun di depan wahana.

Jantungnya berdetak lebih cepat saat matanya menangkap sosok gadis yang berdiri tidak jauh dari wahana kincir putar. Dengan surai raven yang diwarisi dari ayahnya, gadis itu berdiri bersama temannya, seorang gadis seusianya. Tanpa perlu melihat lebih dekat, Boruto sudah cukup mengenali teman masa kecilnya itu.

Gadis tersebut, dengan rambut panjang tergerai dan mengenakan jaket musim dingin, tampak tak sabar menunggu gilirannya untuk menaiki wahana kincir putar antrian bersama temannya. Senyum manis di wajahnya membuat Boruto merasa hangat di dalam hati.


Boruto kemudian mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Sesekali, ia melirik ke arah Sarada, gadis yang ingin ditemuinya, sambil merasakan ada seseorang yang memperhatikannya. Ketika ia menoleh, matanya bertemu dengan seorang pria berwajah tegas dengan mata elang yang menatapnya tajam. Boruto merasakan ketegangan di dadanya, pria itu adalah ayah dari gadis itu sekaligus gurunya. Seolah-olah pria itu tidak setuju jika ia mendekati Sarada malam ini.

"Bagaimana sensei bisa menyadari keberadaan ku?" pikir Boruto dengan panik.

Detakan jantungnya semakin cepat. Ia tahu malam ini adalah momen yang tepat untuk berduaan seperti kaum muda lainnya, dan ia tidak ingin melewatkannya begitu saja.


Dengan mengumpulkan keberanian, tidak mempedulikan bahwa bisa saja gurunya akan menghajarnya. Boruto memilih melangkah mendekat ke gadis yang diamatinya. "Hei," sapanya pelan, berusaha terdengar ramah meski suaranya sedikit bergetar, merasa merinding saat membayangkan kemungkinan ayah Sarada marah padanya. Gadis itu menoleh, sedikit terkejut dengan bibir terbuka namun dengan dengan cepat merubahnya menjadi senyuman manis yang membuat jantung Boruto berdegup kencang.


"Hai! Kamu juga mau naik kincir putar?" tanyanya, sedikit ragu. Sarada menatap Boruto dengan mata berbinar, seolah menunggu jawaban.

Boruto menggaruk tengkuknya merasa bingung namun mengangguk, "Iya, jawabnya ragu-ragu. " Seperti cukup menyenangkan" tambahnya hatinya masih berdebar-debar.

Sarada mengangguk, mengamati boruto dengan seksama. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Boruto malam ini, Sarada rasanya dapat melihat bahwa boruto seperti gelisah ada sesuatu yang disembunyikan di balik wajah datarnya. Namun, Sarada cepat menepis perasaannya itu. "Mungkin perasaanku saja," gumamnya dalam hati.


Teman Sarada yang berada di situ pun paham akan situasi yang terjadi, kecuali wasabi yang tampak bingung. Chocho dengan cepat memberikan kode kepada Tsubaki, wasabi dan namida melalui lirikan matanya untuk tidak mengganggu Boruto dan Sarada.


"Akhh, aku seperti perlu ke toilet dulu, sudah tak tahan," ucap namida sambil menarik wasabi di tangannya. Wajah wasabi tampak bingung dan sedikit kesal, mengapa dirinya di tarik pergi padahal ia sudah tak sabar menaiki kincir putar. "Eehh tunggu, sebentar lagi giliran kita!" serunya, tetapi suara itu tidak dihiraukan namida yang sudah membawanya pergi

Borusara: Melangkah Ke Depan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang