Saat itu hari belum pagi, sang Surya pun masih belum menampakkan dirinya. namun di kamar yang cukup luas, terdengar suara yang memecah kesunyian.
"Uhukk uhuukk"
"Kakek" Boruto terbangun dari tidurnya. Suaranya serak karena baru saja terjaga. "Ada apa?" tanyanya dengan khawatir.bersuara dengan serak tanda ia terbangun karena mendengar kakeknya yang batuk.
"Maaf telah membuatmu terbangun" ucapnya.
Boruto bangkit dari tempat tidurnya dan duduk menghadap ke arah kakeknya. Ia menatap kakeknya dengan lembut seperti yang selalu ia lakukan pada ibunya dan adik perempuannya, Himawari.
Hiashi berusaha untuk bangkit, namun tubuhnya terasa lemas. Boruto sigap membantu kakeknya untuk duduk dan menyandarkannya pada bantal dengan lembut.
"Uhukk uhuukk," batuk Hiashi lagi, kali ini lebih keras.
Boruto segera mengambil segelas air minum dari atas meja samping tempat tidur dan membantu kakeknya untuk meminumnya.
"Bo-ruto," panggil Hiashi dengan suara lemah
"Kakek ingin kau menjadi anak yang kuat dan pemberani," kata Hiashi. "Jagalah selalu ayah dan ibumu, dan adikmu Himawari.
Hiashi berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. "Kakek juga ingin kau menikah dan memiliki keluarga yang bahagia. Kakek ingin merasakan kebahagiaan mempunyai buyut sebelum kakek pergi untuk selamanya."
"Tapi sepertinya aku sudah tidak bisa lagi" tambahnya begitu pelan hampir tidak kedengaran
Air mata mulai mengalir di pipi Boruto. Ia menggenggam erat tangan kakeknya. "Kakek, jangan tinggalkan Boruto," isaknya pilu.
Hiashi mengelus rambut Boruto dengan penuh kasih sayang. "Kakek tidak akan pernah meninggalkanmu, Boruto. Kakek akan selalu ada di dalam hatimu."
Hiashi menarik napas panjang dan memejamkan matanya. Senyum tipis terukir di bibirnya.
"Kakek menyayangi mu, kau adalah cucu ku, Boruto," katanya sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas yang terakhirnya.
"Ka-kek" panggil boruto tetapi tidak sahutan
"Kakek bangun". Boruto juga sayang sama kakek" ucapnya.Boruto Hanya menangis diam airnya matanya keluar namun suara tangisnya tak terdengar. Ia menangis sambil Diam.
Boruto duduk diam di samping kakeknya yang telah tiada, air matanya masih mengalir membasahi pipinya. Pikirannya dipenuhi kenangan indah bersama sang kakek.
Wajahnya yang datar tak terlihat lagi, malah sekarang ia terlihat seperti seorang anak kecil yang kehilangan sesuatu dengan sendu.
Boruto menghapus air matanya, ia lalu ia menciptakan satu bushin dan menyuruhnya untuk memberitahu tentang kakeknya kepada keluarganya yang lain
Bushin itu langsung keluar. Sedangkan boruto yang asli masih duduk di samping kakeknya yang sudah tidak bergerak lagi.
"Boruto itu tidak benar kan"
kata Naruto setelah masuk.Boruto diam tidak menjawab
"Ayah" seru Hinata yang meranghampiri. Ia melihat ayahnya yang sudah terbujur kaku.
"Ayah bangun" seru Hinata dan hanabi sambil menangis.
Boruto yang awalnya duduk di samping sang kakek pun turun dari ranjang agar memberikan ruang untuk sang ibu dan bibinya hanabi untuk memeluk kakeknya.
"Nii-chan kakek...." ucap Hima sambil menangis.
Boruto langsung mendekati adiknya dan memeluknya.
"Kita tidak bisa menghentikan maut". Kehidupan itu sudah yang mengatur" kata boruto sambil mengusap menenangkan Hima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borusara: Melangkah Ke Depan
RandomMenceritakan boruto dan temannya setelah berhasil menyelamatkan dan mengembalikan dunia Shinobi seperti semula. Dan bagaimana kehidupan boruto dan yang lainnya setelah zenno berakhir. Maaf jika cerita tidak jelas dan tidak nyambung soalnya masih pem...