Kebingungan boruto

549 43 4
                                    

"Mari masuk kak"kata hima

Boruto memandang Sarada dan Hima yang berjalan lalu didepannya.

"Kalian duduk aja dulu". Suruh Hinata "Aku akan masak dulu buat makan kita malam ini"

"Bibi, Sarada bantu masak" ucapnya dengan sopan sambil berdiri

Hinata menggelengkan kepala nya "Tidak usah Sarada, kamu duduk saja temani Hima" tolak Hinata dengan lembut.

"Baiklah" sahutnya

"Nii-san aku akan bantu"
Kata hanabi sambil menyerahkan anaknya kepada suaminya.

Konohamaru sebagai suami hanabi pun menyambut dan mengendong hamaru putrinya. Setelah beberapa saat di tinggal Hamura menangis di gendongan

"Sini sama paman Naruto" ajak Naruto dengan senyumannya, ia  ingin menggendong keponakan yang menggemaskan.

Namun, alih-alih menyambut ajakannya, Hamaru justru mulai menangis sesenggukan. Melihat hal itu, Konohamaru sebagai ayah hamaru pun, yang menggendonya, mencoba menenangkannya dengan membawanya berjalan berkeliling di dalam rumah. Tapi, Hamaru tetap saja menangis.

"Iak, eakkk..." rengek Hamaru sambil menggeliat di gendongan ayahnya

Hinata, yang sedang berada di dapur, mendengar tangisan Hamaru dan berkata. "Hanabi, kau temui hamaru saja. Biar aku yang masak," ucapnya dengan penuh perhatian.
"Itu kasian hamaru nya menangis". Ini juga sudah hampir selesai".

Di tengah tangisan Hamaru, tiba-tiba dia melihat Sarada, putri Sasuke dan Sakura, yang baru datang bersama hima menuju ketempat mereka. Seketika, tangisan Hamaru pun berhenti. Dengan mata yang bulat dan bersinar, Hamaru menatap Sarada tanpa berkedip.

Tangan mungilnya berusaha meraih Sarada, dan gumaman tak jelas keluar dari bibir mungilnya.

"Hamaru, jangan bergerak!"  Konohamaru berusaha menenangkan Hamaru yang terus menggeliat di gendongannya. Dia merasa lelah menggendong Hamaru yang aktif dan rewel.

"I..iiyuuuu..." gumam Hamaru lagi, tangannya masih berusaha meraih Sarada.

Hinata dan hanabi yang saat itu menemui hamaru ke ruang tamu pun melihat aksi Hamaru. Hinata, yang sudah berpengalaman sebagai ibu, memahami apa yang diinginkan Hamaru. "Sepertinya Hamaru ingin digendong Sarada," ujarnya kepada Sarada.

Sarada yang mendengar perkataan Hinata pun langsung berdiri dan menghampiri Hamaru. Saat Sarada berada di depannya, Hamaru langsung menjulurkan tangannya, ingin digendong oleh Sarada.

Dengan lembut, Sarada menyambut Hamaru dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang. "Ehhh, Hamaru sudah besar aja, tambah cantik?" ucapnya sambil mencium pipi tembem Hamaru dengan gemas.

"Ehhh, pipinya gemes banget!" seru Sarada, gemas dengan tingkah lucu Hamaru.

Konohamaru yang melihat interaksi menggemaskan antara Hamaru dan Sarada pun tersenyum lebar begitu juga yang lainnya.

"Kak Sarada sudah cocok jadi ibu!" seru Himawari dengan bangga. "Iyakan nii-chan?" tanyanya, meminta pendapat

Boruto, yang sedari tadi diam, menoleh sejenak ke arah Himawari dan kemudian menatap Sarada yang tengah menggendong hamaru

"Hn" jawabnya dengan datar.

"Cuma itu nii-chan?" Himawari tampak tidak puas dengan jawaban Boruto. "Kalau kak Kawaki bagaimana?" tanyanya sambil menunjuk ke arah Kawaki yang duduk di dekat Naruto.

"Dia sangat cocok," sahut Kawaki sambil melihat ke sarada. "Pasti nanti kalau Sarada punya anak, akan cantik seperti ibunya."

"Eemm, benar tuh!" Himawari menimpali, membayangkan rupa anak Sarada di masa depan.

Borusara: Melangkah Ke Depan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang