***********
Sinar matahari yang lembut menyinari semua yang terhampar, menciptakan pemandangan yang menakjubkan saat salju mulai turun perlahan. Setiap butir salju yang jatuh menari-nari di udara sebelum akhirnya mendarat dengan lembut, menutupi segala sesuatu dalam balutan putih yang bersih.
Jejak langkah kaki seorang gadis terbentuk di atas salju yang menumpuk di jalanan. Langkahnya ringan, seolah-olah ia sedang melangkah di atas permukaan awan. Sumire berjalan dengan langkah mantap, tangan kanannya menggenggam erat tas jinjing kecil. Setiap kali kakinya menyentuh salju, suara lembut berdesir terdengar, menambah keindahan suasana musim dingin yang tenang ini.
Sesampainya di depan rumah temannya, Sumire ragu-ragu untuk mengetuk pintu. Jantungnya berdebar kencang. Tangannya yang semula menggenggam erat tas jinjing kini mengepal. Setelah beberapa saat, ia akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
"Permisi," sapa Sumire dengan suara lembut.
Tidak ada jawaban. Sumire mengetuk pintu lagi, kali ini lebih keras.
"Ada orang di rumah?" tanyanya lagi, suaranya sedikit lebih keras.
Hening. Kecewa, Sumire menghela napas panjang. Karena tidak ada dapat balasan. Ketika ingin berbalik dan pergi. Langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara pintu rumah terbuka dan keluarlah orang yang ingin dicarinya. Sarada, muncul dengan wajah terkejut, matanya setengah tertutup dan rambutnya yang terurai membuatnya tampak seperti baru bangun tidur. Dia terbangun karena mendengar suara dan ketukan di pintu rumahnya.
"Gomen, sepertinya aku mengganggu kamu" sumire merasa tidak enak ketika melihat Sarada yang sedikit berantakan apalagi rambutnya yang terurai tidak karuan.
Sarada menutup mulutnya yang sedang menguap dengan tangannya menandakan bahwa ia masih mengantuk. "Santai saja. Tapi kau ada perlu apa kesini?" tanyanya sambil mengerutkan dahi.
Sebelum menjawab, Sumire menundukkan kepalanya, menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba melanda.
"Sarada-chan, aku mau meminta tolong," ucapnya, suaranya bergetar penuh semangat meski terlihat cemas.
Be-gini a-anu aku sebenarnya, mau kamu membantuku, Aku ingin bertemu Boruto-kun, tapi aku merasa sangat malu jika sendirian."
Sarada mengerutkan keningnya, heran dengan permintaan itu. Biasanya Sumire yang tenang dan pendiam, sekarang justru terlihat begitu bersemangat dan jika dipikir-pikir sumire bisa menemuinya sendirikan.
"Sumire ingin bertemu Boruto, tapi ada perlu apa, kenapa harus minta temenin sama aku segala lagi" pikir batin Sarada, rasa cemburu mulai menggelora di hatinya.
Sarada yang merasa penasaran pun memasang pertanyaan dan jawaban yang cukup menjebak sumire berharap dapat mengetahui maksud tujuan sumire bertemu Boruto. Dirinya juga merasa penasaran dengan isi tas yang sedang di bawanya itu.
"Hm, ada apa sebenarnya, Sumire? Bukankah kamu bisa saja menemuinya sendiri atau meminta bantuan yang lain?" Bukannya menjawabnya, Sarada malah memberikan pertanyaan.
Sumire menggigit bibir bawahnya, pipinya merona merah padam. "Ehm, sebenarnya aku ingin memberikan ini padanya." Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya, matanya berkaca-kaca.
Sarada semakin penasaran. Ia mengambil kotak itu dan membuka tutupnya. Di dalamnya terdapat sebuah syal rajut buatan tangan yang terlihat sangat cantik. "ini buatanmu sendiri?" Tanyanya.
Sumire mengangguk malu-malu. "Iya, aku membuat untuknya. Tapi aku takut jika memberikannya langsung padanya, dia akan menolak."
Sarada berusaha tersenyum lembut kepada sumire. Walaupun di hatinya ia merasakan sakit. Takut jika boruto menerima hadiah pemberian sumire itu. Sarada juga sudah tau bagaimana perasaan Sumire kepada boruto. Oleh karena itu, Sarada berusaha menyembunyikan rasa cemburunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borusara: Melangkah Ke Depan
RandomMenceritakan boruto dan temannya setelah berhasil menyelamatkan dan mengembalikan dunia Shinobi seperti semula. Dan bagaimana kehidupan boruto dan yang lainnya setelah zenno berakhir. Maaf jika cerita tidak jelas dan tidak nyambung soalnya masih pem...