"Uuppss, maaf mengganggu," ucap Sakura sambil berjalan ke arah Boruto dan Sarada yang sudah berdiri berjauhan. Karena tadi Boruto langsung menjauh. Matanya menatap kedua orang berbeda jenis kelamin itu dengan senyuman.
"Ini tadi mama bikin kue," sakura meletakkannya di meja disamping berkas.
"Kalian bisa makan bersama-sama" sakura matanya kepada putrinya.
Sakura memandangi kedua orang berbeda warna rambut itu.
Lalu mengalihkan pandangannya ke Sarada. "Ya sudah mama mau keluar saja. Kalian lanjutkan saja yang tadi," katanya dengan nada menggoda.Sebelum keluar, Sakura kembali menatap Boruto dan Sarada, tersenyum genit. "Jangan sampai kelewatan batas ya," ucapnya sambil mengedipkan mata
Sakura kemudian menutup pintu dan pergi, meninggalkan Boruto dan Sarada yang terdiam canggung.
"Ma-ma apa sih," ucap Sarada dengan wajah memerah, merasa malu atas ucapan mamanya yang begitu.
Hehehe," tawa Sakura terdengar dari luar ruangan. "Mama hanya bercanda, kok."
Setelah merasa mamanya yang tidak ada lagi, gadis berambut raven itu pun melirik sekilas kepada pemuda yang masih ada di ruangan itu.
Lupakan saja ucapan yang barusan tadi ya" ucap sarada lemah
"Mama itu suka bercanda" ucap Sarada mencoba sambil tertawa.
"Mari kita makan kue yang dibikin Mama tadi," ajak Sarada, berusaha mencairkan suasana.
Boruto pemuda itu hanya diam menatap gadis didepannya. Ia menatap sarada dengan tatapan yang sulit diartikan. Boruto masih gugup dan merasa canggung. Sebenarnya dirinya dari tadi merasakan jantungnya seperti mau lepas. Bagaimana tidak, dirinya tertangkap basah oleh ibunya Sarada sendiri. Apalagi mereka berdua posisi nya seperti itu. Boruto takut bibi sakura sampai salah paham pada dirinya. Dengan sebisanya pemuda menyembunyikan kegugupannya makanya ia hanya diam saja sejak tadi. Keringat juga timbul di dahinya.
Selain itu ia kembali mengingat momen ketika mereka berdua yang tertangkap basah tadi membuat jantungnya berdebar kencang tak karuan.
"Boruto, kau dengar tidak?" tanya Sarada karena Boruto tidak memberikan respon.
Sarada masih tidak melihat boruto karena masih merasa canggung namun setelah tidak dapat balasan Sarada memberanikan untuk menatap Boruto.
Sarada menatap Boruto lekat-lekat, memperhatikan raut wajahnya yang tegang. "Kau baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan khawatir sambil melambaikan tangan di depan wajah boruto.Boruto tersadar dari lamunannya. "A-ah, iya," jawabnya gugup. "Aku baik-baik saja."
Sarada tersenyum tipis, sebenarnya ia merasa tidak yakin dengan jawaban Boruto. "Ayo, makan kuenya," ajaknya sekali lagi.
Mereka berdua pun mulai menyantap kue buatan Sakura, masing-masing masih diliputi rasa canggung dan pikiran yang rumit. Boruto dan Sarada duduk bersebelahan. namun tak ada yang berani membuka suara.
Boruto menundukkan kepalanya, sekali kali ia menatap ke sekelilingnya Wajahnya tampak bingung, alisnya berkerut, karena berpikir.
Sarada pun tak jauh berbeda. Ia hanya menatap kue yang tersaji di piring dengan tangannya ia mengambil kue lalu menatapnya, ia bingung harus bagaimana. Sesekali, ia melirik Boruto begitu pun sebaliknya.
Keheningan di antara mereka terasa seperti beban yang berat. Tidak ada terdengar suara apapun.
Boruto ingin berbicara, tapi ia tak tahu harus berkata apa. Ia merasa bersalah atas apa yang terjadi sebelumnya.
Sarada pun ingin berbicara, tapi ia juga merasa ragu. Ia bingung harus bicara apa, lagi pula ia melihat boruto seperti tengah berpikir.
Keduanya terjebak dalam perang batin masing-masing, tak berani untuk memulai percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borusara: Melangkah Ke Depan
RandomMenceritakan boruto dan temannya setelah berhasil menyelamatkan dan mengembalikan dunia Shinobi seperti semula. Dan bagaimana kehidupan boruto dan yang lainnya setelah zenno berakhir. Maaf jika cerita tidak jelas dan tidak nyambung soalnya masih pem...