Persiapan musim dingin Sarada dan Chocho

481 46 5
                                    

Cahaya rembulan lembut menembus celah tirai, menerangi wajah dua gadis yang tengah asyik berbincang di atas kasur. Sarada, dengan selimut bermotif bunga melilit tubuhnya, duduk bersandar pada kepala ranjang, memeluk erat bantal kesayangannya. Sementara Chocho, rambut panjangnya terurai di atas bantal, berbaring telungkup sambil sesekali menoleh untuk menatap sahabatnya.

Dulu, persahabatan mereka sempat renggang karena peristiwa Zenno. Karena perbedaan pendapat dan kesalahpahaman yang diciptakan eida hampir merenggangkan ikatan mereka. Namun, setelah badai berlalu dan zenno berakhir, Sarada dan Chocho kembali membangun pertemanan mereka berdua. Kini, mereka semakin dekat dan sering menghabiskan waktu bersama, saling berbagi cerita dan masalah yang dihadapi masing-masing. Dan tentunya saling bahu membahu dan memberikan solusi yang terbaik.

Malam ini, Chocho menginap di rumah Sarada. Keduanya ingin menghabiskan waktu bersama, sekadar bercerita tentang hari-hari yang menurut mereka istimewa yang sudah dilalui, mimpi-mimpi yang ingin diraih, dan juga tentunya teman hidup masing-masing juga.

Sarada, saat ini hanya mendengarkan Chocho yang sedang bercurhat dengan dirinya. Walaupun menurut Sarada masalah chocho itu itu saja namun Sarada tetap mau mendengarkannnya. Sedangkan Chocho dengan semangatnya yang membara, menceritakan tentang keinginannya untuk mempunyai cowok yang diidamkannya dan sesuai dengan kriterianya.

Setelah sudah lama Chocho bercerita dan sudah merasa lelah bercerita karena Sarada hanya mendengarkan saja. Chocho pun membuka pembicaraan yang lain.

"Hahhhh, tinggal beberapa hari lagi musim dingin tiba lagi," keluh Chocho sambil menghela napas panjang, wajahnya terlihat sedikit cemberut membayangkan dinginnya musim dingin.

"Hmm, perkiraan tiga harian lagi musim dingin tiba," sahut Sarada setelah berpikir sejenak. Ia mengangguk-angguk, matanya berbinar-binar seakan sudah membayangkan keseruan musim dingin.

Chocho menatap Sarada, kedua alisnya terangkat. "Sepertinya ya begitu," ujarnya sambil menghembuskan napas. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela, melihat langit yang mulai gelap.

"Kau sudah ada mempersiapkannya tidak, baju untuk musim dingin?" tanya Chocho, matanya beralih ke Sarada.

Sarada yang sedang duduk bersandar, membenarkan posisinya dan memeluk bantal. Ia menggaruk-garuk tengkuknya yang gatal. "Ehmm, belum sih," jawabnya sambil tertawa kecil, wajahnya terlihat sedikit malu.

Chocho yang awalnya berbaring langsung bangun dan menepuk-nepuk kedua tangannya dengan semangat. "Pas sekali! Mari kita sama-sama pergi membeli besok, bagaimana menurutmu?" ajak Chocho dengan riang, matanya berbinar-binar penuh semangat.

Sarada yang sedang duduk pun terkejut dengan tingkah laku temannya itu. Mulutnya terbuka sedikit, terlihat terkejut. "Besok? Boleh!" jawabnya sambil mengangguk-angguk setuju.

"Tapi aku bingung besok aku beli apa saja, yang pasti aku harus terlihat cantik saat musim dingin," ucap Chocho sambil berpikir keras, dagunya terangkat, seolah sedang memikirkan kombinasi pakaian yang paling cocok.

Sarada tersenyum melihat ekspresi temannya. "Chocho, besok saja deh memikirkannya. Nanti kalau kita sudah di sana baru bisa memilih-milih," saran Sarada sambil tangannya menutupi mulutnya yang menguap. Entah kenapa Sarada mengantuk sekali.

"Lebih baik kita tidur saja, aku sudah mengantuk juga," kata Sarada sambil menguap lebar. Ia kemudian menaruh bantal yang dipeluknya ke sebelah kanan kasurnya, lalu merebahkan tubuhnya dengan nyaman.

Melihat Sarada yang sudah nyaman, Chocho pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Sarada. "Iya, aku juga sudah ngantuk," ujarnya sambil tersenyum. Keduanya kemudian tertidur pulas, membayangkan keseruan berbelanja baju musim dingin esok hari.

Borusara: Melangkah Ke Depan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang