Seperti biasa, jam satu siang aku sudah menyelesaikan kuliahku. nanti sore memang ada kelas tambahan dari pak gatot, tapi aku memutuskan untuk out dari kelasnya karena aku yakin pembahasan dikelas hanya itu-itu aja.
Pak gatot itu dosen gabut yang sering deep talk sama muridnya . memang unik, namun lama-lama aku bosan malah menjadi ajang curhat setiap harinya.
Aku keluar dari kelas lebih dulu dibanding Dini sama Pinky, aku mencoba pergi tanpa sepengetahuan mereka. karena jika mereka tahu kemana pergiku pasti mereka menahanku apalagi Pingky.
Aku bukan bebal, tapi aku cuma ingin tahu saja dan ingin mempelajari suatu hal, jika ini tentang cinta aku akan mempelajarinya, meski aku bimbang tentang cinta jadi sebaiknya aku jalani saja.
Hatiku mendorong untuk pergi mencari tahu, meski ini sedikit keterlaluan karena seorang wanita yang bekerja keras demi mencari kabar si pria, woah novel sekali hidupku.
Aku tertawa sedikit melihat tingkahku akhir-akhir ini, bagaimana menjelaskannya ini cukup sulit bahkan menjabarkan hari-hariku seminggu kebelakang pun aku bingung sendiri.
"Win?"
Seseorang memanggilku saat aku akan menutup pintu, sontak aku kembali keluar dari mobilku dan aku melihat Sean yang tengah melambai.
Tidak ada salahnya jika aku menyapanya sebentar, kemarin aku lupa berterimakasih karena fikiranku yang sedikit mumet.
"Sean?"
"Mau kemana, ko buru-buru?"
Aku terdiam sebentar menatap Sean yang menatapku, aku bingung apa yang harus aku katakan.
"Sore nanti masih ada kelas pak gatot kan?"
"Ahh, i-iya .. tapi aku pergi dulu"
"Emangnya mau kemana?"
"Aku ada urusan sebentar"
Sean terlihat menatapku aneh, ini kali pertama aku berbohong pada temanku. sejak dulu tidak ada hal yang harus aku sembunyikan dari mereka.
namun karena hal ini sedikit sensitif, untuk saat ini aku tidak ingin menerima masukan atau kritikan mengenai keputusan yang aku ambil.
"Yaudah kalau gitu, hati-hati"
Aku pun mengangguk mendengar jawaban Sean yang tidak macam-macam.
"Eh, btw makasi ya kemaren udah nganterin"
Sean mengangguk dengan mengulaskan senyumnya. "Santai, kaya ke siapa aja"
"Kalo gitu aku pergi ya?"
Sean mengangguk, aku bergegas masuk kedalam mobil. setelah ini mungkin Sean akan membicarakanku dengan anak-anak yang lain, tapi kali ini aku memilih untuk terserah pada hal-hal yang tidak perlu aku fikirkan.
Aku mengemudikan mobilku, dibelakang sana Sean masih berdiri memperhatikan kepergianku. aku sedikit memikirkan pria itu, dia cukup baik, perhatian dan selalu memastikan aku baik-baik saja.
Dia terlalu baik untuk ukuran seorang teman, kepeduliannya merata tak hanya padaku tapi dengan yang lain Sean cukup perduli.
Aku melepaskan fikiranku tentang Sean, dan aku berniat untuk pergi kejalan dimana mobilku mogok.
disana kali pertama aku bertemu dengannya, aku sempat tidak menyadari di gerombolan bapak-bapak yang mendorong mobilku ternyata ada seorang pria muda yang juga menolongku.Cukup lucu, bisa-bisanya pria itu nyempil di ramainya bapak-bapak ojol yang menolongku, mungkin itu cara tuhan mempertemukanku dengannya, aku merasa salting dengan fikiranku sendiri.