Sebuah kamera vlog sudah berdiri tegak dihadapan seseorang yang ingin menceritakan kisahnya, kamera beresolusi 24,3 megapiksel itu siap merekam seorang gadis yang kini tengah bersiap merapikan dirinya dan kemudian duduk dikursi yang berhadapan dengan kamera yang sudah menunggunya sejak tadi.
Senyumnya mengulas, helaan nafasnya perlahan terdengar. seru hujan cukup hangat menemani bimbangnya, kini ia mulai yakin dengan keputusannya. tubuhnya mulai menegak dan kamera mulai menyala.
--
Selamat pagi, ini aku .. Windya Syafira perempuan yang tidak terlalu cantik namun cukup menyenangkan untuk teman-temanku.
Singkat saja, dunia mereka ada padaku tidak ada yang tidak pernah menghubungiku. mereka mengandalkanku, menyayangiku dan kemudian asa-ku gelap , aku tidak mengerti kenapa.
Suatu hari satu persatu dari mereka mulai menjauh ketika aku mulai membuka hati untuk pria manis pemilik senyum sempit.
Mereka berkata, aku terlalu mudah untuk melepas hati kosongku pada pria yang tidak jelas, benarkah seperti itu?
Aku merupakan seorang mahasiswi yang berkuliah selama empat tahun, jadi aku sekarang menikmati masa kuliahku selama 8 semester, dan sekarang aku menjadi mahasiswi tingkat akhir jurusan sastra dan bahasa.
Aku suka belajar, lebih tepatnya mempelajari seluruh bahasa agar aku bisa mengutip suatu hal di blog harianku. blog yang ku tulis dengan judul yang sama namun dalam bahasa yang berbeda-beda.
Aku menyukai kesibukanku, sampai akhirnya aku lupa caranya mempelajari hal baru. Bagaimana bisa?
Belakangan ini, aku sering sedih aku merasa duniaku tak seindah saat aku pertama kali menjadi mahasiswi.
Aku tidak tahu, namun aku merasa setiap kedipan netraku terasa gelap dan memelan, senja yang selalu mengukir riang dikedua senyumku sekejap hilang.
Aku jatuh cinta kepada seseorang yang ternyata ..
.
Hujan terlalu deras menumpahkan seluruh airnya ke bumi, kacamata yang menjadi favoritku terlihat basah karena tetesan air hujan, dan sekarang sebuah halte menjadi tempat berlindungku dari derasnya hujan.
Aku bersama Pinky sahabatku, kami baru saja pulang kuliah. dibelakang halte terlihat ada kedai lawson . kami saling tersenyum dibalik fikiran masing-masing, tidak ada yang salah dan ternyata memang kedua kepala itu memikirkan hal yang sama.
"Toppoki, enak nih kayanya!"
"True, aku mikirin itu dari tadi!"
Tanpa berbasa-basi, kami langsung berlari melewati hujan untuk masuk kedalam kedai tersebut, kedai yang berdiri dua lantai itu cukup ramai, sepertinya orang-orang sengaja masuk untuk berteduh menunggu hujan reda.
Helaan nafas Pinky terdengar, gadis berambut pirang itu mengambil sebuah sosis jumbo dan memasukannya kedalam pemanas.
"Aku pengen minum soda, tapi lambungku lagi ngamuk"
Pinky yang terlihat fokus kemudian menatapku sebal.
"Soda terus, nanti aku kirim soda satu truk kerumahmu biar kenyang"
"Ih, kamu mau matiin aku?"
Pinky tertawa dan menggelengkan kepalanya. Hujan tiba-tiba berhenti, mesin penghangat makanan berbunyi, menandakan seruan makanan sudah matang. aku dan Pinky mengambil toppoki masing-masing, dan menatap ke arah kaca jendela dengan bingung.
"Sialan?"
"Kenapa?" tanyaku pada Pinky. "Cuaca agak galau"
Sebutnya begitu, aku pun hanya tertawa kecil mendengar hal itu.