Pilihan

21 2 0
                                    

"Ma, kalau kecepetan suruh Windy mikirin ini lagi" sahut seorang pria dari sana.

"Pa, sini pa" ucap tante Emira, aku berdiri saat seorang pria menghampiriku, aku tahu jika beliau adalah ayahnya Chandra.

"Sore om, Windy" ucapku. "Saya Joan, ayahnya Chandra" aku mengangguk mendengar ucapan ayahnya Chandra.

"Nak Windy, Chandra itu luar biasa, luar biasa nakalnya" ucap Joan dengan tawanya. "Setelah bertahun-tahun, baru kali ini Chandra mau ngomong sama saya, biasanya kami nggak pernah ngobrol kaya gini"

Aku tersenyum mendengar ucapan om Joan apa benar yang di bilang orang-orang saat itu, kalau hubungan Chandra dengan ayahnya, tidak baik-baik saja?

"Jadi kalau mau sama anak om, kamu harus punya kesabaran yang lebih"

Lagi-lagi aku bingung harus merespon apa, yang aku bingung kenapa kedua orang tua Chandra tidak memikirkan siapa aku, atau aku-anak siapa, apa pekerjaanku, mereka seolah tidak mau pusing dengan latar belakangku.

Aku memperhatikan rumah Chandra yang memang begitu besar dan luas, mungkin karena finansial keluarganya yang lebih dari cukup jadi ketika mereka akan menikahkan Chandra mereka tidak pusing lagi.

Meski Chandra baru memulai kuliahnya, tapi mungkin masa depannya sudah tertata dengan baik, aku yakin kedua orang tua Chandra sudah memikirkan ini. Makannya tidak ada keraguan dari keduanya.

Aku menghelakan nafasku mendengar perkataan dari ibu dan ayahnya Chandra, mereka menyenangkan, hangat dan memperhatikanku.

Chandra selalu mengatakan kepadaku tentang, ada yang hilang dari keluarganya. terkadang tidak ada tempat pulang yang membuat fikirannya tenang, apa mungkin perbedaan pendapat Chandra dan ayahnya yang membuat keduanya sempat asing?

Tapi sekarang, aku melihat ayah Chandra nampak terus membicarakan anak laki-lakinya itu tanpa mengingat lagi kalau kemarin mereka sempat asing, bahkan tidak bertegur sapa.

"Sayang, ini kucing-kucing milik Chandra, entah kenapa anak itu membawa satu persatu kucing dijalanan kerumah ini" ucap tante Elmira.

Aku menatap tante Elmira yang menatapku, sekarang kami ada diruangan kucing, yang dimana dulu Chandra pernah menunjukan hal ini kepadaku.

"Lucu sekali" ucapku, sambil berjongkok memperhatikan kucing-kucing yang tengah bermain-main itu.

"Ma, ayo makan" sahut Chandra dari luar, aku pun menoleh dan melihat Chandra sudah berdiri diambang pintu.

"Chan, aku pulang ya?"

"Loh, ko pulang?" Sahut tante Elmira.

"Tante, ini sudah mau malam aku harus pulang"

"Makan dulu sebentar ya, ayah pesan gurame kecap pedas enak tuh udah pernah makan belum?"

Aku menggeleng mendengar ucapan tante Elmira.

"Belum" ucapku malu.

tante elmira memegang tanganku dan menggandengnya.

"Ayo sayang, kita makan dulu kan nggak enak masa tamunya nggak dikasih makan sih"

"Tante, ngerepotin banget"

"Enggak dong, tante malah seneng kamu main kesini, sering-sering ya main kesini"

Mendengar ucapan tante Elmira, aku merasa bingung dan hanya diam saat ia mengucapkan hal itu.

Kami sudah duduk di meja makan, aku duduk bersampingan dengan Chandra sementara tante Elmira duduk bersampingan dengan om Joan.

"Makan yang banyak ya" seru om Joan padaku, dan aku hanya mengangguk.

Chandra memberikan aku sepiring nasi, dan potongan ikan gurame yang cukup besar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No Need To Fall In Love ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang