Capek?

25 5 0
                                    

Dua hari kemudian setelah hari-hari menegangkan dan sulit itu sudah berlalu, sekarang aku sedang dikamarku tengah berfikir dan berfikir.

Halusinasi macam apa , aku merasa gila setelah pertemuanku kemarin dengan Chandra. sejak kemarin aku tidak bisa tidur, antara memikirkannya dan memikirkan perempuan di balik telfon.

Aku tidak munafik jika aku tidak menyukai hal itu, berarti tandanya aku cemburu bukan? tapi apa hak-ku untuk cemburu? dia bukan siapa-siapa, dia hanya seorang pria yang melintas sesuka hatinya yang dipertemukan denganku karena sebuah takdir?

mungkin takdir, atau memang hanya kebetulan?

Kebetulan yang berulang-ulang. aku memikirkan lagi masa-masa dimana pertama kali aku dipertemukan olehnya dengan jelas. saat dia mengantarkan mobilku dari bengkelnya.

Disitu aku merasa, aku berhak mengejarnya. dan seharusnya aku tidak begitu. terkadang aku sadar aku terlalu memaksakan setiap hal yang berhubungan dengannya, baiknya aku mencari tahu tentangnya tapi melalui siapa? mugkin Arif?

tapi tetap saja perantaranya itu Pinky, sementara Pinky selalu mewanti-wanti aku agar aku tidak mengenal pria asing sembarangan, meski Arif mengatakan jika Chandra memiliki kekasih thats true, aku bahkan menyaksikan sendiri ketika dia telfonan dengan perempuan itu.

Meski tidak ada kata-kata romantis yang keluar dari mulutnya saat itu, tapi tetap saja aku meyakini jika kata-kata atau panggilan sayang yang ditujukan itu merupakan kata-kata yang biasa digunakan sepasang kekasih,

Kenapa aku bisa tahu? karena aku melihat Pinky dan Dini ketika mereka tengah berkomunikasi dengan kekasihnya, ya kira-kira seperti itulah.

Arghhh .. aku pusing, jujur saja sebentar lagi aku menghadapi sidang skripsi yang seharusnya dimana aku sibuk dengan memikirkan tugasku, bukan malah memikirkan Chandra, Chandra, Chandra Aditama.

Benar kata ayah, nama ganteng untuk orang yang ganteng. aku tertawa memikirkan hal-hal yang kurasa masih tabu ini.

Lamunanku buyar ketika ponselku bergetar, aku melihat jika Pinky menghubungiku. aku terdiam sebentar, aku mengabaikannya beberapa hari ini, dan mungkin tidak ada salahnya aku menjawab panggilannya.

"Hallo"

"Win?"

Aku terdiam sebentar ketika Pinky memanggilku.

"Hm? kenapa Pink?"

"Kamu marah ya sama aku?"

"Marah? marah kenapa? nggak kok biasa aja" ucapku dengan memejamkan kedua mataku.

"Maaf deh, karena sering bercandain kamu sama Sean"

Aku menggigit bibirku mendengar ucapan Pinky. "Udah nggak apa-apa, maaf ya Pink kalau akhir-akhir ini aku banyak diem. aku lagi capek banget"

"Its okay Win, tapi kalau ada apa-apa bilang ya.."

"Hm, pasti .. eh, Pink kok berisik banget lagi dimana?"

"Oiya, aku lupa ngabarin .. nanti malem Arif ngadain party, kamu ikut ya? nanti aku jemput kalo kamu males nyetir?"

"Party apa ? siapa aja yang ikut ?"

"Ih Airf b'day! lupa ya .."

Aku terkejut mendengar hal itu. "Oh iyakah, yaampun .. sory-sory .."

"Nggak apa-apa, dateng ya .. abis maghrib aku jemput"

"Eh aku izin ibu dulu ya?"

"Aku aja yang izin , nanti aku telfon tante Iren"

"Ih jangan nggak enak" ucapku, Pinky terdengar tertawa mendengar ucapanku. "Udah nggak apa-apa"

No Need To Fall In Love ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang