"Udahlah yah, aku juga capek ngurusin temen yang keras kepala kaya kamu"
Aku menatap Pinky yang masih mengoceh.
"Aku juga nggak nyangka kalau cinta sama keadaan tuh ngerubah kamu sejauh ini, tapi okelah .. aku bantu kamu buat pulih, aku fikir mendingan kamu nggak perlu dulu jalanin hubungan sama siapapun termasuk sama Chandra"
"Aku emang nggak minat" Sahutku.
"Nggak minat sama yang lain, minatnya sama Chandra doang, gitukan?"
Aku memijat dahiku mendengar ucapan Pinky.
"Pink, kamu ini mau bantu aku pulih tapi yang dibahas Chandra terus gimana sih?"
"Lah, tanpa aku nebak aja kepala kamu tuh isinya Chandra, Chandra, Chandra terosss"
Sambil menekankan ucapannya, aku merasa Pinky terlihat lucu dengan segala ocehannya, aku hanya tertawa dan memeluknya begitu saja, bagaimana pun keadaannya Pinky memang akan selalu menjadi sahabat terbaikku.
.
Ini sudah pukul tiga sore, akhirnya Pinky pamit pulang dan akan datang lagi esok hari. kami saling memeluk satu sama lain, Pinky mencoba bercanda agar aku tidak terlalu sedih setelah apa yang terjadi, setelah itu Pinky pulang dan meninggalkanku.
Aku masih diam memerhatikan mobil Pinky keluar dari pekarangan rumahku, hingga akhirmya mobil semakin jauh dan aku membuang nafas beratku.
Aku masuk lagi kedalam rumah, dan melihat ibu yang sedang menghampiriku.
"Sudah makan nak?"
"Belum ibu, aku nggak laper"
"Kan harus minum obat, ibu ambilkan ya?"
"Kita makan bareng ya bu.."
Hening ...
Ucapanku membuat ibu terdiam menatapku, setelah itu ibu tersenyum kemudian meraih tanganku dan menggenggamnya erat, tanpa bicara lagi ibu mengajaku untuk pergi makan bersama.
Setelah kejadian kemarin, aku terus merasa
Bersalah pada ibu, rasanya aku ingin bicara namun aku merasa malu dan gugup, aku nampak gengsi berbicara dari hati ke hati, padahal dulu kami sering kali melakukan hal itu.Sekarang, kami duduk bersama di meja makan, ibu mengambilkan nasi dan lauk untukku.
"Ibu, ayah pulang jam berapa?"
"Bentar lagi juga pulang ko"
Aku mengangguk, aku menatap ibu yang juga menatapku. aku menyimpan sendok yang aku pegang, membuat ibu terlihat bingung.
"Kenapa nak, kamu nggak suka lauknya?"
"Ibu, maafin Windy ya bu .. ibu pasti bosen denger Windy minta maaf"
"Sayang, ko ngomong gitu.."
"Ibu marah kah sama Windy?"
Ibu tersenyum kecil dan menggeleng. "Apa yang ibu permasalahkan sehingga ibu harus marah pada anak gadis ibu"
"Ibu, aku sayang ibu.."
Lagi-lagi keheningan mendominasi.
Tiba-tiba air mata mengalir begitu saja, bibirku bergetar dan ibu nampak berkaca-kaca. ibu beranjak dari duduknya dan menghampiriku, kemudian ibu memelukku.
"Maafin ibu juga ya nak, ibu belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu"
Aku terdiam mendengar ucapan ibu.
"Bu, aku yang banyak kurangnya, aku seenaknya sama ibu, aku banyak salah sama ibu, maafin Windy ya bu, Windy nggak tau Windy kenapa, Windy juga nggak suka sama diri Windy sekarang, maaf bu"