Sampai di rumah aku merasa bingung, aku merasa terjepit dalam keadaan perasaanku tidak menentu hatiku bimbang dan pikiranku berantakan. kenapa aku bisa bicara seperti ini karena aku menjalani hari-hariku yang akhir-akhir ini sangat buruk. aku fikir aku memang menyukai suatu hal tapi bukan berarti aku ingin memilikinya?
Jujur saja saat tidak mengetahui apapun aku memang menggebu ingin memilikinya tanp tau kejelasannya, tanpa tau apa yang aku lakukan sekarang, dan tanpa tau fakta yang sebenarnya seperti apa. aku terlalu ceroboh dan aku selalu terburu-buru ketika menginginkan sesuatu.
Aku meyakini jika Pinky mengetahui apa yang terjadi padaku, dan mungkin juga Pinky adalah orang pertama yang akan memakiku, apalagi ketika Pinky tau jika Chandra menciumku tepat dihadapan Cindy.
Bagaimana rasanya mencintai seseorang namun keadaan cukup menyulitkan? Padahal aku mencoba tenang dan tidak ingin se-exited dulu, karena setelah apa yang aku tahu seharusnya aku mawas diri dan lebih berhati-hati.
Memasang benteng itu perlu, karena jika tidak semuanya akan bablas. Seperti tadi, Chandra menciumku begitu saja. apa dia tidak tahu bagaimana perasaanku ketika bibir itu saling menyatu?
Aku memang malu dihadapan Cindy, aku mengakui jika aku jahat pada Cindy , namun hatiku tidak bisa berbohong, jika sebenarnya Chandra yang aku cintai melakukannya hal yang membuat aku semakin sulit melupakannya, ini seperti sebuah jebakan.
Jebakan yang sengaja dibuat agar aku tidak bisa keluar dari belenggu ini dan justru aku semakin terbelenggu. aku memejamkan mataku, menghentikan jemari lentikku dari laptop yang sejak tadi ada dihadapanku.
Aku ingin tidur, rasanya cukup lelah aku menyesal dengan semua hal yang sudah terjadi. tidak mengenal cinta itu sepertinya lebih baik, meski sebelumnya aku selalu ingin memiliki cinta namun ternyata jika cinta itu bukan pada orang yang tepat maka akan tepat menyulitkanku.
Ini tidak mudah .. aku memiliki problem baru di hidupku, mengenalnya adalah sebuah keinginan menjalaninya seperti sebuah cobaan. aku merasa lemas, helaan nafasku terus terdengar, kepalaku pusing dan hidungku terasa gatal.
Aku memutuskan untuk tidur, ini pukul sembilan malam. aku merasa tubuhku kedinginan, hingga akhirnya aku menarik selimut tebal miliku, dan kemudian tanpa disadari, aku tertidur begitu saja.
.
Menjelang pagi, aku menggeliatkan tubuhku. dahiku mengerut saat aku merasakan ada sebuah kain basah yang mendarat disana, aku mengambilnya dan beranjak dari tidurku, kepalaku terasa berat. sepertinya aku terkena flu.
Pintu kamarku terbuka saat aku akan turun dari ranjang, aku melihat ibu masuk membawa sebuah nampan.
"Sayang, udah bangun?"
"Ibu ko nggak bangunin Windy, Windy ada kuliah pagi"
"Ibu sudah izin sama dosenmu, tadi juga Pinky kesini dia liat kamu masih tidur"
"Bu aku baik-baik aja"
"Baik-baik gimana sih, orang semalem kamu demam tinggi sampe menggigil" ucap ibu, sambil menyimpan nampan di atas meja nakas.
Aku diam memperhatikan ibu.
"Nggak nyadar ibu pakein kaos kaki?"
Sambil melihat kebawah, benar juga kalau kedua kakiku terbungkus hangat.
"Kamu tuh kemarin dari mana, kok bisa flu sih .. ayo duduk, sarapan habis itu minum obat"
Aku tidak menjawab ucapan ibu, aku hanya duduk memperhatikan bubur yang masih hangat ada didepan mataku.
"Makan ya, mau ibu suapin?"
"Nggak usah bu, Windy sendiri aja"
Ibu menatapku dan menyentuh keningku.