Menjelang malam, dokter memutuskan memulangkanku ke rumah karena kondisiku yang sudah lebih baik dari sebelunmnya, setelah itu aku diminta untuk berobat jalan sampai benar-benar di kondisi yang fit.
Aku bersiap untuk pulang, bersama ayah dan Chandra juga bi Leli. kami berbenah dan kemudian keluar dari ruangan yang mungkin tidak akan pernah aku rindukan.
Jujur, meski tubuhku baik-baik saja tapi tidak dengan fikiranku. aku memikirkan ibu yang tidak datang sesuai janjinya, padahal siang tadi ibu mengatakan jika sore nanti dia akan kembali.
Tapi nyatanya, sampai dimalam hari pukul tujuh malam ibu tetap tidak datang. ayah menelfon ibu dan menghubungiku dengan panggilan vidio, ibu memang mengatakan jika ia akan menunggu dirumah saja.
Malam ini memang hujan, mungkin itu juga yang membuat ibu tidak pergi. tapi rasanya dihatiku ada yang mengganggu, dan aku berfikir kalau ibu sedang kesal kepadaku.
entahlah, mungkin nanti dirumah aku bisa bertanya kepada ibu."Nak Chandra mau ikut pulang ke rumah?"
tanya ayah tiba-tiba, Chandra dan aku justru malah saling menatap dan aku hanya diam memperhatikannya."Nggak usah om, besok Chandra dateng lagi aja sekarang Chandra pulang dulu biar Windy istirahat"
"Yaudah kalau gitu, makasi banyak ya nak Chandra"
Chandra pun mengangguk, Chandra menghampiriku sebelum aku naik ke mobil.
"Jangan lupa makan ya, minum obat" ucapnya, sambil mengusap puncak kepalaku. aku hanya diam dan mengangguk.
Saat Chandra akan pergi, aku menahan langkahnya aku menarik kaos oversize yang dipakai Chandra dan memegangnya sebentar. Aku seperti anak kecil yang tidak ingin melihat dia pergi.
Kami saling menatap, tanpa ada yang aku katakan, entahlah rasanya berat kalau Chandra tidak terlihat dipandanganku.
"Sayang, ayo.." sahut ayah, aku pun menoleh kemudian menatap Chandra lagi. "Besok aku kerumah, hm? Aku janji" ucap Chandra.
Perlahan, aku melepaskan genggamanku pada kaos yang dipakai Chandra, aku pun pergi meninggalkan Chandra.
Didalam mobil Chandra masih berdiri memperhatikan kepergianku, Chandra melambai dan kemudian ayah mulai melajukan mobilnya, hujan semakin deras dan aku mendorong tubuhku untuk bersandar.
Ayah menatapku, dan kemudian tangannya mengulur memegang keningku.
"Besok kuliah dek?" tanya ayah.
"Nggak tau yah, gimana besok aja"
"Kalau belum fit, libur dulu aja ya"
"Tugas udah numpuk yah"
Ayah tersenyum menatapku. "Itulah resiko orang sakit, makannya adek sehat-sehat ya"
Aku tersenyum mendengar ucapan ayah, dan kemudian mengangguk.
"Ayah?"
"Hm?"
"Ayah, apa ibu marah sama aku?"
Seketika ayah menatapku dengan pandangannya yang bingung.
"Marah gimana dek? nggak ah tadi kan sudah telfon?"
"Windy ngerasa ibu marah sama Windy?"
Ayah tersenyum menatapku. "Sudahlah nggak usah mikirin itu, ibu baik-baik aja kok, adek nggak usah banyak fikiran nanti drop lagi"
"Ayah, Windy minta maaf .. Windy banyak ngerepotin ayah sama ibu"
"Dek, ko ngomongnya gitu sih, nggak suka ah ayah"