Nikah?

33 6 2
                                    

"Pedes nggak?" ucapnya begitu, sambil akan membumbui bakso milikku.

"Aku aja"

Sejujurnya perasaanku tidak menentu, aku mudah salting kalau ada seorang laki-laki yang dengan subjektif memperhatikanku dengan begitu baik.

Padahal ini normalnya orang hidup, apalagi jika perempuan dan laki-laki, jangankan berpacaran berteman saja saling memperhatikan apalagi baru kenal? mungkin Bima bersikap hangat kepadaku, karena aku sudah menjaga adiknya meski hanya beberapa detik saja.

Ini bentuk rasa terimakasih Bima padaku bukan? dan mungkin aku juga berterimakasih kepadanya, karenanya aku tidak merasa kesepian dan sedikit lupa dengan masalahku.

Semangkuk bakso panas sudah aku pegang, aku dan Bima duduk dibangku yang sama. aku merasa bingung dengan Bima, kenapa pria itu sangat friendly? bahkan ini pertama kalinya, aku tidak melihat kecanggungan darinya.

"Kamu kuliah semester berapa Win?"

"Aku?"

"hm, kamu"

"Ini lagi skripsi"

"Wah bentar lagi dong"

Aku hanya tersenyum mendengar hal itu. "Kalau boleh tau, kamu kuliah atau.."

"Aku kerja Win"

"Oh, kayanyanya kamu lebih tua dari aku ya.."

Bima tersenyum dan menatapku.

"Aku keliatan tua?"

"Nggak bukan gitu, maksud aku.."

"Berapa umur kamu?" tanya Bima padaku,

"Aku 21 taun ini"

"Ah, bener tebakan kamu .. aku emang tua"

Aku sedikit menertawai ucapan Bima. "Emangnya kamu umur berapa?"

"Berapa ya .. coba tebak?"

Sambil berfikir aku menatap Bima sambil memperkirakan umurnya.

"29 tahun?"

Bima menggeleng.

"27 tahun?"

Bima masih menggeleng. "Terus berapa? nggak tau ah" ucapku kesal, hal itu membuat Bima tersenyum. "Aku 34"

"Hah? serius ini?"

"Ko kaget katanya aku tua?"

"I-iya, tp nggak expect kalau umur kamu jauh dari fikiran aku, aku harusnya manggil kakak, om atau..?"

"Om?" sahut Bima, aku mengangguk dan kami saling menatap kemudian kami tertawa, entah apa yang kami tertawakan namun rasanya hal ini begitu lucu.

"Bercanda aku bercanda" ucapku, Bima pun menggeleng. "Terserah apa aja, yang penting jangan bapak ya"

"Bapak?"

Bima mengangguk. "Bapak dari anak-anakmu, cielah .. bercanda ya Win"

Sambil memakan bakso Bima nampak menertawai ucapannya sendiri sementara aku hanya diam tidak menentu, karena merasa canggung setelah mendengar ucapan itu.

"Bercanda ko Win, jangan di fikirin ya"

Aku mengangguk mendengar ucapan Bima.

"Oh iya, kamu kerja dimana Bim? eh aku nggak sopan kayanya panggil nama kamu gitu"

"Nggak apa-apa, lebih santai lebih enak ngobrolnya"

"Ah, yaudah kalau gitu"

"Aku kerja di hotel Win"

No Need To Fall In Love ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang