"Jadi semalem kamu tidur?" tanya Sean sambil mematikan mesin mobilnya.
Aku menoleh mendengar pertanyaan Sean, mobil sudah berhenti dikampus. lagi-lagi cuaca hujan sangat mengganggu aktifitas, aku membuka seatbelt dan mengangguk menatap Sean.
"Kayanya aku kemaren capek banget, jadi aku ketiduran .. maaf ya Sean"
"Yaudah nggak apa-apa, lain kali aja kita pergi"
Aku menghela nafas setelah mendengar ucapan Sean.
"Kenapa?"
"Apa?" tanyaku bingung, Sean menatapku dan mengusap punggung tanganku. "Kamu kenapa? ada yang mau diceritain?"
"Eh kok tiba-tiba banget?"
"Habisnya, kamu kaya orang capek .. atau kamu lagi galau?"
Mendengar hal itu, aku menatap Sean. Galau?
"Jangan galau-galau ya, bentar lagi kita lulus .. harus tetep fokus ya"
Sambil memegang punggung tanganku Sean mengatakan hal itu, aku terdiam mendengar ucapan Sean.
"Kalau ada apa-apa bilang ya, nanti aku bantu"
"Aku banyak ngerepotin kamu Sean"
Sean menggeleng dan tersenyum. "Nggak repot kok, aku nggak mau kamu mikir sendirian"
"Yaampun baik banget si kamu tuh"
Sambil menepuk bahu Sean aku tersenyum, Sean memang baik, bahkan kebaikan dia tidak bisa dibalas dengan apapun. jika ada pria baik yang super baik melebihi apapun didunia ini ya hanya Sean, tidak ada lagi laki-laki yang sepertinya, mungkin 1001 kalau mau dicari.
Setiap hal, detail dan niatnya selalu di lakukan, apapun untuk aku dan teman-teman yang lain, Sean tidak pernah merasa direpotkan jika jelas-jelas kami merepotkannya.
Aku terkadang kagum, dan bertanya ko bisa ada laki-laki setulus Sean? dia itu ganteng, kaya, pinter, udah punya usaha sendiri, anak baik-baik dari keluarga baik-baik, penyayang dan yang terakhir dia itu perhatian banget empati dan kepedulian dia itu sangat tinggi. maka wajar jika banyak cewek-cewek yang pengen jadi pacarnya.
Siapa yang nggak mau sama Sean, kalau boleh milih aku pengen Sean untuk masa depan tapi nggak tahu yah Sean milih siapa untuk masa depannya, yang jelas bukan aku, kalau aku percaya diri itu sangat memalukan karena sampingan sama Sean aja aku ngerasa kebanting.
Plis .. Sean emang seganteng itu, hidung yang mancung, alis yang tebal. semuanya sempurna, bahkan dulu Pinky pernah ngaku kalau dia naksir Sean, tapi karena empati Sean sebagai temen besar, Pinky mengurungkan niatnya menyukai Sean karena kata Pinky, sayang banget kalau dijadiin pacar takutnya putus, aku tertawa mendengar hal itu.
Mungkin jika menjadi teman, hubungan pertemanan akan panjang beda dengan hubungan spesial lainnya, banyak hal yang akan menjadi jauh ketika sudah tidak satu logika.
"Win, kok ngelamun .. hei?"
Sambil melambai-lambaikan tangannya Sean mencoba menyadarkan lamunanku.
"Astaga, aku .."
"Kenapa senyum-senyum lagi, mikirin apa?"
Aku menahan tawa dan menggeleng. "Nggak ada kok, yaampun"
Sambil memukul kepalaku, aku mencoba tenang.
"Eh nggak boleh pukul kepala"
Sean menghentikan gerakanku, dia memegang tanganku begitu saja. sekarang kami saling menatap, aku tidak bisa ditatap seperti itu, dimana mata sipit itu melengkung membentuk bulan sabit, tersenyum sedikit menyungging dengan netra yang berbinar.