"Aku akan menjagamu sekarang dan selamanya"
Aku mendorong tubuh Chandra untuk menjauh dariku.
"Chan .."
Chandra terpaksa melepaskan pelukannya dan kemudian menatapku. Aku tersenyum sambil melihat lagi wajahnya. akhirnya aku bisa melihat wajah itu sedekat ini setelah sekian lamanya.
Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku sekarang, tapi tanganku mengulur memegang rahang tajam itu.
"Aku kangen banget, tapi .. aku fikir kamu nggak perlu lagi temuin aku"
"Win .."
"Chan, aku benci pertemuan yang seperti ini dan kamu tau apa yang palinggggg aku benci selain pertemuan ini?"
Chandra menatapku terdiam sendu.
"Apa itu?"
"Bertemu denganmu"
Hening ...
Beberapa detik berselang, aku dan Chandra hanya diam tanpa mengatakan apapun lagi.
"Win, entah kedepannya kita akan seperti apa tapi .. please listen to me"
Kami terdiam lagi, saling menatap dengan keraguan. kedua netra kami saling berair, aku bertanya, aku sedang apa? menangisi hal-hal tabu, yang lagi-lagi datang dan terulang.
"Aku putus sama Cindy"
Hening ...
Chandra menarik tanganku, kemudian menggenggamnya. namun aku lebih memilih melepaskan genggaman itu.
"Win, dengerin aku dulu"
"Aku nggak tahu harus ngomong apa setelah kamu mengatakan hal itu, aku tidak senang, aku juga tidak sedih, kenapa? karena aku tidak ingin menghancurkan hubungan siapapun disini, mungkin aja karena aku hubungan kalian jadi berantakan"
"Win, aku sama Cindy sudah lama break"
"Tapi masih bersama?"
"Bukan karena cinta, tapi aku kasihan sama dia"
"Kasihan, atau masih sayang?"
Terdengar helaan nafas yang berat dari Chandra saat menatapku.
"Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar Chan .. dan, aku tidak ingin membahasnya lagi. kalau kamu bilang sudah putus yasudah, kalau pun masih berhubungan, itu terserah kamu. aku tidak ada hak atas hidup kamu Chan, sebaiknya pergilah, tolong jangan temuin aku lagi, kita hanya teman .. tidak ada yang spesial dari kita, jadi cukup"
"Aku sayang kamu Win"
"Cukup Chandra, jangan buat aku pusing"
Lagi-lagi, Chandra berlutut setelah aku mengatakan hal tersebut. nafas berat Chandra seolah menandakan ia pun lelah akan keadaan ini.
"Chandra kamu tuh ngapain, bangun!"
"Win, aku capek juga sama semua yang udah terjadi. sekarang kamu nggak percaya aku, terus aku harus apa? kenapa susah banget bikin kamu percaya?"
"Karena setiap hal yang kamu ucapin, berbeda dengan apa yang aku lihat dan apa yang aku dengar, Chan janji aja tuh nggak cukup .. jangan jadikan janji sebagai kata penenang, kalau pada akhirnya janji kamu nggak ada yang kamu tepatin. stop buat aku jadi cewek yang akhirnya banyak nuntut, padahal kamu bukan siapa-siapa aku"
"Dari awal, aku udah pernah janji sama kamu. bahkan sama ibu sama ayah kamu .. kalau kamu sama aku, kamu tanggung jawab aku, tapi kamu nggak percaya itu"
"Chan, kalau misalnya kamu nuntut hubungan sama aku .. siapa yang bakal percaya kalau pacarnya atau pdkt-annya bisa pergi kapan aja sama mantan? it's oke kalau memang sudah berlalu, tapi .. aku tuh tau kalian masih saling cinta"