Aku memutuskan untuk bolos kuliah setelah kejadian tadi, sungguh mood baik-ku rusak perkara masalah tadi, sebetulnya aku tidak ingin merepotkan diriku untuk hal-hal semacam ini lagi.
Bukan tanpa alasan, tapi aku takut jika kejadian kemarin menyerangku lagi, aku tidak bisa mengontrol diriku hingga aku berfikir aku kalah dalam situasi ini.
Di perjalanan aku terus berfikir dan berfikir, aku menguatkan diriku sambil menangis, aku bisa melalui ini dan aku fikir ini sebuah hal yang mudah untuk aku lewati.
Lagi-lagi aku menguatkan diriku dan terus berkata semua akan baik-baik saja, aku hanya perlu tenang dan tidak perlu memikirkannya terus-menerus.
Setelah itu, aku menepikan mobilku disebuah taman yang cukup sepi. bahkan sangat sepi, tidak ada orang yang sekedar membuang waktunya disana. mungkin ini tempat yang tepat?
Aku menghelakan nafasku, kemudian mematut diriku melalui spion. aku melihat wajahku memerah, mataku sedikit bengkak.
Ponselku berdering, aku melihat jika Pinky menghubungiku. namun aku akan mengabaikannya untuk kali ini, aku butuh waktu untuk sendiri.
Akhirnya aku turun dari mobil, memperhatikan sekitar dan kemudian berjalan menuju taman. angin berhembus cukup kencang, hari ini tidak terlalu terik aku memilih duduk dibangku kayu dibawah pohon rindang.
Sepertinya memang ini tempat yang tepat, aku ingin beristirahat sejenak. aku duduk seorang diri, menyandarkan tubuhku pada batang pohon yang besar, dan aku sempat memastikan sebentar kalau di pohon itu tidak ada hewan, alias pohon itu bersih dari semut, atau ulat dan semacamnya.
Kedua kakiku naik ke atas kursi kayu yang cukup panjang, aku mengambil earphone dan mulai mendengarkan musik. angin sepoy-sepoy menambah rasa senduku.
Tidak munafik jika aku sekarang sedang terluka, bahkan mungkin aku tidak layak bahagia dan hanya layak terluka, aku berfikir sesempit itu karena semua yang sudah terjadi. rasanya tidak ada jeda ketika aku terus menerus merasakan sakit.
Ini bukan berlebihan, justru karena baru pertama kali aku jatuh cinta yang aku pelajari dari hal itu ternyata tidak hanya cintanya saja, salah satunya tentang mencintai dan dicintai.
Mencintai itu sulit dan mungkin lebih baik dicintai, karena jika aku dicintai aku tidak mungkin selelah ini, dan kalau aku mencintai aku bisa kapan saja terluka.
Helaan nafasku berhembus berat, lagi-lagi kepalaku pusing kalau angin menerpa. aku memejamkan mataku sebentar, dan mencoba merefleksikan diriku sendiri.
"Kenapa masalah muncul saat aku mau Skripsi? sebentar lagi aku wisuda, tapi malah kaya gini" gumamku.
"Permisi.."
Suara anak kecil yang membuat kedua mataku langsung terbuka begitu saja. ternyata benar, ada seorang gadis kecil berdiri dihadapanku dengan wajah yang sendu.
Aku menatapnya tanpa mengatakan apapun. aku membuka earphoneku dan kemudian anak itu menangis membuatku terkejut.
"Loh, ko nangis .. ahh, kamu kenapa dek? kamu kesini sama siapa?" tanyaku, adik tersebut menghentikan tangisnya dan menatapku.
"Aku pergi dengan kakakku, tapi dia nggak tau kemana, aku ditinggalin"
"Astaga, rumah kamu dimana?"
Adik itu hanya menunjuk ke arah barat, tanpa menjelaskan dimana letak rumahnya.
"Hana?"
Aku menoleh ketika seorang pria memanggil nama Hana tepat dibelakangku, sontak anak itu pun kemudian tersenyum begitu semringah dan segera memeluk pria itu.