Aku pamit kepada ayah untuk pergi bersama Chandra, melalui via telefon aku juga sudah menghubungi ibu. ibu mengizinkanku pergi dan akhirnya aku sekarang berada didalam mobil Chandra untuk menuju ketempat dimana Chandra ingin mempertemukan aku, dengan para perempuannya.
Entahlah aku harus mempercayainya atau tidak, tapi
ini sedikit gila dari yang aku fikirkan. rasa ilfil yang menyemat sejak kemarin tidak hilang dari batinku, rasanya malas dan tak se happy ketika aku sedang bersamanya.Aku memainkan ponselku, dan membaca group chat yang sejak kemarin tidak aku buka. Sampai delapan ribu pesan masuk disana, apa yang di bicarakan Pinky dan yang lain?
Aku membukanya, memperhatikan banyak file foto yang dikirim Pinky tadi malam. Aku membukanya satu persatu dan melihat banyak jepretan foto yang sengaja disimpan Pinky.
Aku tersenyum melihat keseruan itu, meski Aku tidak bisa ikut tapi setidaknya aku merasakan euforia dari pesta yang berlangsung. 1 per 1 aku melihat foto yang ada di sana.
Arif memang humble memiliki banyak teman dan 100% dari 50 persennya aku tidak mengenali siapa saja yang ada di foto itu, dan kali ini aku melihat sesuatu yang membuat ibu jari ku berhenti menggulir layar.
Ada di mana foto Pinky bersama Arif, Dini, Sean di situ juga ada Candra dan kekasihnya mereka saling memeluk satu sama lain. bahkan Chandra terlihat gemas dengan perempuan itu perempuan berambut blonde yang terlihat sempurna, dia tinggi, putih, cantik tidak menafik jika keduanya terlihat serasi.
Aku bahkan menggerakkan kedua ibu jariku seperti zoom in zoom out foto tersebut hanya karena ingin melihat kejelasan dari foto yang sedikit ngeblur itu aku melihat Chandea tersenyum begitu lebar, tangannya melingkar di pinggang gadis itu.
Aku mematikan ponselku, seketika aku merasa darahku berdesir namun terasa panas mungkin aku sedang cemburu? lucu ya lagi-lagi aku tidak tahu diri kenapa harus cemburu toh dia bukan miliku.
"Cemberut terus"
Mendengar hal itu seketika aku menoleh menatap Chandra. "Terus harus kaya gimana?" ucapku kesal.
Chandra mengabaikan ucapanku dan dia lebih memperhatikan ponselnya yang terus berdering.
ada pesan masuk di ponselnya dan entahlah siapa yang mengirim pesan itu."Kacang .. kacang" ucapku, Chandra menoleh , dan pria itu nampak sibuk menatap ke segelara arah. membuatku bingung. "Nyari apa?" tanyaku lagi.
"Kacang!"
Aku memejamkan mataku mendengar sahutan Chandra, memang sialan. dia selalu berhasil membuatku kesal.
"Jangan marah-marah" ucapnya lagi, tidak lupa sekarang tangan pria itu mendarat di atas kepalaku dan mengusapnya.
Aku menepisnya dan membuang tangan besar itu dari kepalaku.
"Kenapa si?" tanya Chandra polos, aku mengerutkan dahi mendengar pertanyaan itu.
"Bisa biasa aja nggak?"
"Maksudnya?"
"Jangan kaya gini?"
Chandra nampak menghelakan nafasnya menatapku, kemudian Chandra menghentikan laju mobilnya.
"Gini gimana? Aku harus gimana? Kamu maunya gimana?
"Kamu tuh nggak ngerti?"
"Ya apa jelasin" ucap Chandra dengan menatapku.
"Emang boleh cowok yang udah punya pacar seperhartian ini sama cewek lain?"
"Kamu nggak suka?"
Dengan nafas yang panjang aku mencoba tenang menatap Chandra.
"Kamu nggak nyadar ya impact kamu kaya gini ke aku nantinya aku bakal, baper? atau misalnya aku berfikir lain tentang kamu?"