09. Cerai

1.2K 91 66
                                    

Tristan berdiri sambil menatap keluar jendela ruang kerjanya. Tidak perlu di tanya lagi betapa tajam dan menakutkan sorot mata Tristan sekarang. Amarah di dalam dadanya meronta, minta untuk di lepaskan sekarang juga.

KREK! Pintu ruang kerja Tristan di dorong dari luar. Itu adalah Nagita. Yang terpaksa harus pulang karena Tristan yang memerintahkan. Suaminya itu bahkan terdengar sangat tegas saat memerintah dia untuk pulang sekarang juga.

Nagita melangkah mendekati Tristan. Sedikit heran karena sang suami sama sekali tidak menyambutnya. Padahal Nagita yakin kalau Tristan sadar akan kedatangannya.

"Tristan."

"Aku sudah pulang." Sapa Nagita

Tristan melirik Nagita melalui ekor matanya. Lelaki itu masih enggan membalik tubuh ke arah Nagita.

"Saat aku menemani Bapak ke Korea, apa yang kamu lakukan di Jakarta? Bagaimana kamu menghabiskan waktu tanpaku?" Tanya Tristan

Nagita tersenyum tipis. "Tentu saja aku di mansion. Aku juga keluar ke mall bersama Mama ku." Sahut Nagita

Tristan berdecih sinis. "Di mansion? Ke mall bersama Mama? Kamu yakin?" Tristan memutar tubuhnya ke arah Nagita. Tatapan matanya terlihat semakin tajam. Lelaki itu melangkah mendekati sang istri sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya

''Aku bertanya sekali lagi padamu. Bagaimana kamu melewati harimu saat aku menemani Bapak ke Korea? Jawab." Ulang Tristan terdengar lebih tegas

"Bukankah aku sudah menjawabnya? Aku tetap di mansion. Aku hanya keluar ke mall bersama Mamaku." Sahut Nagita

Tristan menarik sudut bibirnya ke atas. Membentuk seringai kecil yang terlihat sangat dingin. Lelaki itu mengeluarkan beberapa lembar foto dari dalam sakunya. Lalu mengangkat dan menunjukkannya ke depan.

"Lalu ini apa? Ini apa?! Ini yang kamu sebut di mansion dan di mall bersama Mama?!" Sentak Tristan hingga urat di lehernya terlihat jelas

Kedua manik Nagita membola sempurna. Keringat dingin membasahi sekujur wajah cantiknya yang sudah berubah pias. Nagita menelan saliva dengan susah payah.

"It-u..." gugup Nagita

"Kenapa?! Kamu heran karena aku bisa mengetahui kebusukanmu?! Kamu heran?!" Tristan menegakkan dagu dan kepalanya. "Bukan hanya ini, Nagita. Aku juga tahu kalau kamu berada di Bali bersama selingkuhanmu itu saat aku sedang terbaring setelah insiden penusukan menimpaku!"

"Saat aku sedang kesakitan! Kamu justru bersenang-senang bersama lelaki lain! Saat aku berada di Jayapura! Kamu justru menginap bersama lelaki lain!" Teriak Tristan lalu melemparkan foto perselingkuhan Nagita tepat ke depan wajah istrinya itu

Nagita memejamkan mata saat tumpukan foto tersebut menghantam wajahnya. Nagita sadar kalau dia tidak akan bisa lolos dari kemarahan Tristan disaat suaminya itu telah memiliki segudang bukti tentang perselingkuhannya. Nagita juga tidak bisa membantah apapun. Dia hanya diam dengan kepala yang tertunduk lesu.

"Kenapa kamu diam?! Kamu malu?! Atau kamu takut kalau aku akan mengadukan perselingkuhanmu pada Papamu?! Jawab!" Sentak Tristan

Nagita menggelengkan kepala, wanita itu langsung berlutut di depan kedua kaki Tristan.

"Kumohon jangan lakukan itu, Tristan. Aku mengaku salah. Aku berkhianat tapi aku tidak sungguhan. Aku hanya khilaf. Aku kesepian karena kamu sering meninggalkanku." Gugu Nagita

Tristan memindahkan kakinya menghindari Nagita. "Apapun alasanmu aku tidak bisa menerimanya. Aku bukan sengaja meninggalkanmu. Aku pergi untuk bekerja. Semua demi masa depan kita."

BROKEN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang