12. Beresiko

887 75 73
                                    

Nagita masuk ke dalam ruang ICU dimana Tristan menerima perawatan sekarang. Wanita itu mendapatkan masker dan jubah steril dari perawat yang berjaga di depan.

Kedua kaki Nagita melangkah semakin dekat dengan brankar yang dibaringi oleh Tristan.

Hingga akhirnya wanita itu tiba tepat disamping mantan suaminya. Kedua manik indahnya menyorot tanpa ada sedikit pun rasa iba atau kesedihan atas apa  yang menimpa Tristan sekarang.

Yang ada Nagita justru menatap mantan suaminya tersebut dengan sangat dingin. Bahkan bibir tipisnya melengkung  naik. Membentuk seringai tipis yang tertutup oleh masker yang dia gunakan.

Jujur saja Tristan terlihat sangat mengenaskan dengan kondisinya yang sekarang. Perban tebal membalut kepalanya. Di tambah lagi ventilator yang menyumbat mulut lelaki itu.

Sudah 2 hari Tristan tergolek lemah tidak berdaya diatas ranjang pesakitan ini. Selama itu pula, Tristan belum sampai mendapatkan kembali kesadarannya.

"Kamu tahu, Tristan? Kita ini sudah bukan suami istri sekarang. Kamu sudah mentalak 3 aku bahkan menceraikanku sebelum tragedi ini menimpamu.''

Nagita mengulurkan tangan. Jari jemari lentik dengan kuku yang baru saja selesai di nail art itu membuat gerakan mengusap diatas wajah dingin Tristan.

"Apa yang menimpamu sekarang, semua itu adalah balasan atas kejahatanmu padaku selama ini. Ya, meski aku dan keluargaku pun sama jahatnya denganmu." Bisik Nagita yang terdengar sangat dingin

Tidak ada tanggapan atau balasan apapun yang Tristan berikan. Kecuali suara yang berasal dari mesin ventilator dan pemantau detak jantung.

"Aku tidak akan membiarkan kamu mengusirku dari Hambalang. Kenapa? Karena keluargaku tidak akan membiarkan itu terjadi." Nagita menajamkan sorot matanya. Sangat ingin sekali dia mencekik leher dari mantan suaminya ini. "Aku berdoa semoga kamu tidak akan pernah sembuh. Aku berdoa semoga kamu menderita untuk seumur hidupmu. Bahkan jika ternyata kamu bisa selamat, kamu tidak akan pernah menemukan kebahagiaanmu."

"Kembali pada mantan kekasihmu? Itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan kubiarkan ada yang tahu kalau kita sudah bercerai." Tegas Nagita

Nagita baru menyadari kalau sebuah cincin tersemat diatas jari manis Tristan. Nagita mengangkat tangan Tristan kemudian mengamati cincin milik Tristan dengan seksama.

Yakin benar kalau dia pernah melihatnya disuatu tempat. "Cincin ini sama persis dengan yang kutemukan beberapa waktu lalu." Gumam Nagita

Wanita itu sama sekali tidak menduga kalau Helena sudah berdiri tidak jauh di belakangnya sejak 5 menit yang lalu. Bisa dipastikan kalau Helena dapat mendengar seluruh perkataan Nagita.

Geram? Helena geram mendengar doa buruk yang Nagita panjatkan untuk Tristan. Tapi lebih dari itu, Helena takut kalau ternyata Nagita akan berbuat nekat dan mencelekai Tristan.

Helena juga tidak ingin Nagita tahu tentang hubungannya dan Tristan. Tidak disaat kondisi Tristan sedang seperti ini.

Helena bergerak ke depan untuk mendekati Nagita. "Apa yang anda lakukan disini?"

Nagita tercengang, wanita itu memutar kepalanya ke arah Helena. Tatapannya masih terlihat tajam. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Helena menegakkan dagu dan kepala. Wanita itu sesekali melirik ke arah Tristan.

"Anda lupa? Saya Dokter Spesialis Bedah Saraf yang ikut menangangi Tuan Tristan bersama Dokter Devon. Tentu saja saya harus berada disini untuk memantau kondisi beliau." Tukas Helena tegas

Helena tidak lagi takut berhadapan dengan Nagita. Karena dia tahu kalau Nagita dan Tristan sudah bercerai. Helena juga tahu kalau Tristan bahkan sudah menyelesaikan urusan perceraian antara dirinya dan Nagita. Kedua sejoli itu bukan lagi sepasang suami istri.

BROKEN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang