46. Harus Bahagia

614 68 71
                                    

7 Hari Kemudian.

7 Hari telah berlalu dan hingga kini Tristan masih belum bisa percaya kalau dia telah kembali kehelangan Helena.

Tristan masih tidak menyangka kalau malam dimana dia melamar Helena. Malam yang harusnya membahagiakan, justru harus berakhir menjadi malam yang sangat menyakitkan.

Karena pada malam itu juga, Helena memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Bukan karena Helena tak lagi cinta. Tapi karena wanita itu yang lebih memilih Arka ketimbang Tristan.

Helena terpaksa mengakhiri semuanya jika tidak ingin Arka dibawa pergi lagi darinya. Dan Tristan pun terpaksa harus menerima semua itu dengan hati yang berat.

Tristan sadar kalau dirinya tidak boleh egois. Dia harus merelakan apa yang menjadi pilihan Helena.

Apalagi pilihan itu menyangkut Arka, darah daging mereka. Tristan tidak tega jika harus membiarkan Arka tumbuh tanpa orang tua aslinya.

Sudah cukup selama 5 tahun ini Helena menderita, tersiksa batin karena harus kehilangan haknya sebagai Ibu untuk Arka.

Jadi walau sakit dan berat. Tristan tetap menerima semuanya. Mungkin memang seperti ini jalan hidupnya. Seperti inilah takdir cintanya dan Helena harus berakhir.

Walau jujur saja, ini memang sangat menyakitkan. Rasanya bahkan ribuan kali lipat lebih menyakitkan. Teramat menyiksa dibanding perpisahan yang pertama dulu.

Helena meninggalkannya dengan alasan. Bahkan senyum manis masih sempat wanita itu berikan sebelum meninggalkan Tristan. Tapi ternyata itu jauh lebih menyakitkan hati.

Kehilangan Helena sama halnya dengan kehilangan separuh dari nyawanya sendiri. Tristan hancur dan terpukul. Kondisi kesehatannya langsung menurun begitu Helena pergi.

Helena juga tidak lagi menjadi dokter pribadi untuk Tristan. Wanita itu bahkan mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Baru seminggu, tapi Tristan sudah kehilangan semangat hidupnya. Selama itu pula Tristan hanya menghabiskan waktu untuk berbaring tanpa berkata atau melakukan apapun.

Kegiatan sehari-harinya hanyalah menatap hampa langit-langit kamarnya. Sesekali Tristan akan menangis tanpa suara apapun.

Tak jarang Tristan juga mengalami sesak nafas. Seperti sekarang ini, Tristan berbaring diatas ranjang khususnya. Tidak melakukan apapun selain menatap hampa langit-langit kamarnya.

Tristan sempat mengalami sesak nafas beberapa saat lalu. Itu juga yang membuat nassal canula harus kembali bertengger diatas hidung mancungnya.

"Anda membutuhkan sesuatu, Tuan?" Tawar Suster Laras

Berharap kalau kali ini Tristan akan merespon. Tapi hasilnya nihil. Lelaki itu tidak memberi tanggapan apapun. Hanya diam dengan tatapan matanya yang hampa.

"Saya tinggal keluar sebentar ya? Biar saya ambilkan formula untuk anda." Pamit Suster Laras yang kembali tidak di tanggapi oleh Tristan

Tepat setelah Suster Laras berlalu. Tristan langsung meneteskan air matanya.

"Hel-enna..." lirih Tristan

Sementara itu di ruang tengah, Yuanita tengah menonton berita di televisi bersama dengan Sofia.

Gurat kesedihan juga terlihat jelas dari wajah ayu Yuanita. Dia tidak tega setelah mengetahui kalau Helena meninggalkan Tristan demi Arkana. Tapi Yuanita juga tidak bisa menyalahkan Helena.

Yuanita memahami dan mengerti Helena sebagai seorang Ibu yang tidak ingin kehilangan anak kandungnya.

Siaran televisi menayangkan dengan jelas berita mengenai pernikahan Rama dan Helena yang akan segera di langsungkan. Yuanita dan Sofia menontonnya dengan lekat.

BROKEN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang