Nagita memutar dan menghadapkan kepala ke arah sumber suara yang baru saja memanggilnya dengan suara yang cukup keras.
Alangkah terkejut Nagita saat dia menemukan keberadaan Helena dalam kamar ini. Helena bahkan tengah berjalan ke arah Nagita.
Helena berlari dan segera memasangkan kembali selang ventilator yang ada di leher Tristan.
Mengusap bahu dan dada lelaki itu. "Tenang, Tristan. Kendalikan dirimu." Bisik Helena
"Nnnaaah..." teriak Tristan di tengah rasa sakit yang menyerang dadanya
Helena memberi suntikan ke atas lengan Tristan. Untuk membantu dan memberi ketenangan pada lelaki itu.
Setelah Tristan berhasil di tenangkan, Helena kembali memberi atensi pada Nagita.
Nagita sendiri sudah hampir melarikan diri, untung saja Helena lebih cepat. Helena menarik rambut panjang Nagita lalu menjambaknya dengan kuat.
"Lepas! Sialan!"
"Ini sakit!" Pekik Nagita
Helena mengulum smirk tipis yang terlihat dingin. "Sakit?! Sakit kau bilang?! Kau tahu kalau ini sakit, lantas kenapa kau melakukan hal yang serupa pada Tristan?! Seperti ini perlakuanmu saat Tristan sendirian?!"
Helena menarik kepala Nagita ke belakang, memaksa wanita itu untuk menatapnya. "Kau pikir aku tidak tahu?! Apa dan bagaimana perbuatanmu pada Tristan selama ini?! Aku tahu semuanya!" Helena berteriak tepat di depan wajah Nagita
Sedang Tristan hanya menyaksikan perkelahian kedua wanita itu dengan tatapan kosong. Helena sudah menyuntikkan obat yang akan membuat Tristan kehilangan kesadarannya.
Sengaja agar Tristan tidak mengalami shock yang hanya akan membangkitkan trauma lelaki itu.
"Omong kosong! Bukti apa yang kau punya, hu?! Kau tidak punya bukti apapun, pelakor sialan!" Bantah Nagita tak mau kalah
Helena tertawa dengan kencang, wanita itu meremas dagu Nagita menggunakan satu tangannya.
"Bukti? Kau ingin bukti?!"
"Masuk!" Helena melemparkan tubuh Nagita tepat ke depan kaki tiga petugas polisi
Ketiga polisi itu sudah menunggu di depan sejak beberapa waktu lalu. Di belakang mereka, Baskara dan Yuanita juga menyusul masuk.
Kedua paru baya itu menatap Nagita dengan sangat dingin. Nagita tercengang luar biasa.
Jika ada yang bertanya kenapa semua orang tiba-tiba bisa berada disini. Maka jawabannya, karena sejak awal semua orang tidak pergi. Semua sudah direncanakan untuk menjebak Nagita.
Dan semua ini tentunya di rencanakan sendiri oleh Helena. Meski untuk memuluskan rencana itu, Helena harus mengorbankan Tristan.
Karena Helena tahu sebesar apa keinginan Nagita untuk membalaskan rasa sakit hatinya pada Tristan. Sebab itu pula, Helena merencanakan semua itu.
Helena yakin kalau Nagita pasti akan kembali mencelakai Tristan saat mansion ini berada dalam keadaan sepi.
Nagita berusaha untuk duduk dengan benar. "Papi, Mami, ini tidak seperti yang kalian lihat."
"Tutup mulut busukmu itu, Nagita. Kami sudah tahu apa saja yang kau perbuat pada Tristan selama ini. Selama anakku itu sakit dan tidak berdaya!" Sahut Yuanita
Nagita menggeleng, dia merangkak untuk menghampiri Baskara, menyentuh kaki Papi mertuanya.
"Tidak, Pi. Mami hanya salah paham. Gita tidak melakukan apapun." Rengek Nagita
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN ANGEL
Roman d'amourTristan Arkantara Putra Hambalang, seorang Perwira TNI AD berpangkat Mayor dengan karir yang cemerlang diusianya yang masih relatif muda yaitu 32 tahun. Tristan berasal dari keluarga konglomerat namun dia memilih jalannya sendiri. Suatu ketika, keja...