Helena mendudukkan dirinya ke dalam bathup. Membiarkan air dari shower mengguyur tubuhnya. Helena duduk sembari memeluk kedua lututnya
Membenamkan wajahnya yang sudah bengkak ke atas lutut. Sudah berjam-jam sejak Helena melakukan kegiatan ini.
Menangis dan meratapi takdir hidup yang selalu tidak berpihak padanya. Helena baru saja kehilangan Tristan. Atau lebih tepatnya dia sendiri yang melepaskan lelaki itu.
Bukan karena Helena ingin atau karena cintanya terhadap Tristan yang telah berakhir. Melainkan karena keadaan yang memaksa. Helena harus melepaskan Tristan jika dia tidak ingin kehilangan anak kandungnya lagi
Helena harus kembali merasakan pahitnya kehilangan Tristan yang teramat dia cintai. Kali ini rasa sakitnya mungkin akan ribuan kali lebih menyakitkan dibanding dulu
Dulu, meski Helena harus kehilangan Tristan. Tapi setidaknya Helena punya alasan untuk membenci lelaki itu.
Tapi kini? Helena tidak punya alasan apapun untuk membenci Tristan. Justru dia merasa bersalah pada lelaki itu. Karena Helena tidak dapat menepati janji dan impian mereka untuk bersatu. Janji yang selama ini Helena beri, untuk memperjuangkan cinta mereka.
Semuanya lenyap. Helena tidak akan pernah mampu menepati janji yang dia buat sendiri pada lelaki yang teramat dia cintai dalam hidupnya.
"Maafkan aku. Jangan membenciku, Tristan..." gugu Helena
Helena bahkan mengabaikan ponselnya yang terus berdering secara berulanh sejak beberapa jam lalu. Benda pipih tersebut dia gelatkkan begitu saja diatas ranjang besar dalam kamar pribadinya.
Helena belum kembali ke mansion Hambalang sampai sekarang. Wanita itu tidak memiliki keberanian apapun untuk menemui Tristan.
Bagaimana dia bisa menunjukkan wajahnya di hadapan Tristan? Sedang dia baru saja melepaskan lelaki itu.
"Helena! Buka pintunya, Nak! Ini Bunda!" Teriak Mahalini menggedor pintu kamar Helena dari luar
"Bunda mau apa lagi? Bunda ingin menyiksaku sama seperti Ayah?" Sahut Helena dari dalam
"Buka, sayang! Bunda tidak akan melakukan itu!" Teriak Mahalini
Helena mengeluarkan tubuhnya dari dalam bathub. Dengan keadaan tubuh yang setengah basah. Wanita itu melangkah keluar, membukakan pintu untuk Mahalini.
"Kamu baik-baik saja, sayang?" Mahalini mengecek sekujur tubuh sang putri, memastikan kalau anak perempuannya baik-baik saja
Helena mendorong tubuh Mahalini ke belakang. "Menurut Bunda? Apa aku terlihat baik-baik saja?"
Mencelos hati Mahalini mendengarnya. "Kamu harus kuat. Kamu menyerah bukan karena apa. Tapi demi anak kandungmu sendiri."
"Menyerah? Bunda benar, aku selalu kalah sama keadaan." Helena coba mengatur nafasnya yang terasa sedikit sesak karena sudah terlalu lama menangis. "Kenapa Ayah sekejam ini padaku? Bukankah aku putrinya? Lalu kenapa? Kenapa Ayah tidak mau mengerti aku?"
"Tidakkah Ayah sadar? Kalau kebahagiaan untukku dan Arka adalah Tristan!" Gugu Helena
Mahalini merangkul kedua bahu Helena. Menuntun sang putri untuk masuk ke dalam. Mendudukkannya ke tepian ranjang. Mahalini tahu kalau tidak ada kalimat apapun yang mampu menenangkan Helena sekarang.
"Ayahmu hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Meski cara yang Ayah tempuh tidak bisa dibenarkan, sayang" seru Mahalini
Helena menggelengkan kepala lemah. "Dengan memisahkan aku dari Tristan, Ayah sama saja membunuhku, Bunda. Tristan dan Arka itu nyawaku. Mereka jantung hatiku. Dengan mengambil salah satu dari mereka. Sama saja dengan mengambil separuh hidupku." Helena tergugu sembari menutupi wajahnya dengan tangan
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN ANGEL
RomansaTristan Arkantara Putra Hambalang, seorang Perwira TNI AD berpangkat Mayor dengan karir yang cemerlang diusianya yang masih relatif muda yaitu 32 tahun. Tristan berasal dari keluarga konglomerat namun dia memilih jalannya sendiri. Suatu ketika, keja...