17. Tarian

896 78 41
                                    

Yuhu...sebenarnya vote semalam belum sampai 60 sih. Tapi yaudah gapapa. Jumat-jumat.


.
Suster Laras membawa Tristan naik ke lantai atas menggunakan lift. Tampak para pelayan diam-diam mencuri pandang ke arah majikan mereka

Para pelayan tersebut tercengang bukan main. Tidak menyangka kalau Tristan yang biasa gagah perkasa kini benar-benar berubah drastis.

Tristan terlihat sangat lemah dan tidak berdaya. Apalagi kepalanya yang terkulai lemah ke sisi kanan membuatnya kian terlihat mengenaskan.

Para pelayan itu juga melihat kalau tubuh Tristan telah banyak menyusut. Bagian yang paling menonjol adalah lengan dan bahu yang kini terlihat merosot. Tak lagi kekar seperti dulu.

Yuanita sadar benar kalau para pelayan ini tengah menatap sang putra dengan pandangan menilai. Dan itu membuat Yuanita merasa tidak senang.

"Jaga mata kalian. Putraku tetaplah Tuan kalian. Kalian semua harus bersikap hormat dan segan padanya." Tekan Yuanita lalu kembali meneruskan langkahnya

Baskara merangkul pinggang sang istri. "Sudahlah, Mi. Jangan ambil hati."

"Enggak bisa gitu, Pi. Mami enggak terima" sergah Yuanita

"Terima atau tidak. Kita harus tetap terima. Kita harus membiasakan diri karena kedepannya bukan hanya para pelayan. Tapi orang lain pun akan memandang Tristan dengan cara yang seperti itu" sahut Baskara

Yuanita mendengus kesal. Wanita paru baya itu tidak lagi mengatakan apapun. Dia hanya mengusap kasar bekas air mata yang mengaliri wajah senjanya.

Suster Laras memindahkan tubuh Tristan dari kursi roda ke atas ranjang perawatan khusus yang sudah disiapkan oleh Yuanita untuk sang putra.

Tanpa menggunakan bantuan dari lifting device. Suster Laras menggunakan kekuatannya sendiri. Dia bisa merasakan air liur Tristan membasahi bahunya saat mengangkat tubuh lelaki malang itu.

"Rrghh..." lenguh Tristan dalam tidurnya

Suster Laras memasangkan selimut sampai ke atas dada Tristan. Setelah sebelumnya mengecek popok yang digunakan oleh majikannya tersebut.

Memastikan jika popok belum dalam keadaan yang penuh.

"Beristirahatlah, Tuan Muda. Semoga Dokter Helena ada di dalam tidur anda." Bisik Suster Laras tulus

"Suster, apa Tristan masih tidur?" Tanya Yuanita berjalan mendekati sang putra

Suster Laras menoleh. "Beliau masih terlelap, Nyonya. Saya juga sudah mengecek popoknya. Ternyata beliau belum buang air besar. Belum perlu untuk diganti"

Yuanita mengangguk paham. Ia mendekat dan merubuhkan kepala ke atas lengan Tristan.

"Cepat sembuh, sayang. Mami kangen Tristan yang manja sama Mami" bisik Yuanita

Nagita menyusul masuk. Sama seperti biasanya, wanita itu selalu menunjukkan wajah penuh kekhawatiran di depan Yuanita.

Nagita mendekat lalu mengusap lembut kepala Tristan yang mulai di tumbuhi rambut dengan lebat.

"Sayang, untuk sementara kamu tidurnya disini dulu ya? Kamu jangan khawatir, karena aku bakal sering lihatin kamu di malam hari." Ujar Nagita

"Tolong jaga Tristan dengan baik, Nagita. Kamu jangan khawatir karena ada Suster Laras yang akan membantumu" tegas Yuanita

Nagita mengangguk sembari tersenyum. "Mami jangan khawatir. Tristan itu suamiku, pasti aku akan selalu memberikan yang terbaik." Sahut Nagita lalu mengunci atensinya pada Tristan

BROKEN ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang