The Lost Tomb: Vol. 5 (Indonesia Translation)

Ekstra 5: Warisan

Itu adalah foto hitam putih yang sedikit pudar dan mirip dengan yang ditunjukkan Saudara Chu kepada saya. Tidak mudah untuk membedakannya di antara banyak foto, tetapi ada dua orang yang tergambar. Saya terkejut saat mengetahui bahwa salah satunya adalah Chen Wen-Jin.

Foto ini jauh lebih besar daripada yang ditunjukkan Saudara Chu, jadi saya dapat melihatnya dengan jelas. Selain kedua orang ini, ada seorang anak di latar belakang. Pria itu mengenakan pakaian bergaya Yao dan memiliki ekspresi tegang, sementara Wen-Jin tersenyum cerah.

Apa yang terjadi? Mengapa foto Wen-Jin ada di sini? Aku merinding dan langsung bertanya kepada Agui, "Kapan foto ini diambil?"

Agui datang dan melihat: "Beberapa dekade yang lalu." Dia menunjuk ke pria yang mengenakan pakaian Yao. "Ini ayahku, dan wanita ini adalah anggota tim ekspedisi."

“Tim ekspedisi? Pernah ada ekspedisi di sini sebelumnya?” Aku hampir melompat, “Apa yang terjadi?”

“Entahlah, sepertinya ada sesuatu yang ditemukan di pegunungan sana.” Agui menunjuk ke satu arah, “Setelah beberapa tahun ekspedisi, tiba-tiba tidak ada lagi diskusi.”

Aku bergumam dalam hati, tidak butuh waktu lama untuk menemukan informasi. Perjalanan ini benar-benar berharga . Aku segera meminta Agui untuk duduk dan menceritakan sesuatu tentang tim ekspedisi.

Agui merasa bingung dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi, dan mengapa aku begitu gembira saat mendengar ini. Fatty berkata, “Beberapa dari kami memang seperti ini, jangan pedulikan itu. Katakan saja padaku dan kami akan memberimu sejumlah uang. Biaya cerita untuk setiap seribu kata.”

Begitu Agui mendengar bahwa ia akan menjadi kaya, ia langsung bersemangat. Ia melambaikan tangan kepada putrinya untuk datang dan menghitung kata-kata serta menceritakan semuanya dari awal hingga akhir.

Saat itu, Agui masih remaja. Saat itu, Banai sangat miskin dan hampir terisolasi dari dunia. Alhasil, ia sangat terkesan dengan penampilan tim ekspedisi tersebut. Ia ingat ada lebih dari selusin orang yang ikut dalam ekspedisi itu, dan dipimpin oleh seorang wanita. Ia datang ke desa itu bersama orang-orang yang kembali dari pasar di luar. Karena ayahnya adalah penghubung di desa itu saat itu, ia pun pergi untuk menyambut mereka.

Wanita itu memberi tahu ayahnya bahwa mereka adalah tim arkeologi dari kota terdekat yang sedang melakukan ekspedisi, dan dia berharap ayahnya mau bekerja sama.

Mereka memiliki dokumen segel merah dari pemerintah, yang merupakan hal penting bagi desa. Ayah Agui tidak berani mengabaikan mereka dan mengatur akomodasi dan pemandu untuk mereka.

Ekspedisi itu tinggal di sana selama enam atau tujuh bulan, tetapi selama periode ini, mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan berlari di pegunungan di luar. Orang-orang di desa pada dasarnya tidak memiliki kontak dengan mereka, dan pemandu yang diatur oleh ayah Agui adalah orang yang paling dekat dengan mereka.

Setelah tim ekspedisi pergi, penduduk desa bertanya kepada pemandu apa yang mereka lakukan di pegunungan, tetapi dia tidak bisa memastikannya. Mereka telah menjelajahi seluruh pegunungan di sekitar dalam beberapa bulan terakhir, dan baru-baru ini mereka tampaknya menemukan tempat yang mereka cari. Jika Anda tidak bepergian di pegunungan, maka Anda tidak memerlukan pemandu, jadi dia tidak mengikuti tim saat itu. Wanita itu hanya memintanya untuk melapor bertugas setiap tiga hari dan mengingatkannya untuk tidak terlambat atau datang lebih awal.

Lalu, sesuatu yang aneh terjadi.

Pemandu itu pergi tiga hari sekali pada awalnya, tidak masalah. Namun suatu kali, ia ingin membantu kerabatnya memotong rumput dan berpikir tidak apa-apa untuk pergi sehari lebih awal. Hasilnya, ia menemukan bahwa tidak ada seorang pun di kamp tim arkeologi, dan ia tidak tahu ke mana mereka pergi. Ia ketakutan dan mengira mereka telah menderita suatu kejahatan. Ia tidak berani mengatakan apa pun, tetapi pergi mencari mereka sendiri. Hasilnya, ia mencari di semua gunung di dekatnya dan tidak menemukan apa pun.