Chapter 5 (luar dugaan)

496 60 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Teetee kembali membuka matanya, ia merasa dimasa ini ia sangat lemah dan mudah hilang kesadaran, mungkin karena ruang dan waktu berbeda. Ia melihat sekelilingnya dan ia menyadari bahwa ia terbaring di UKS.

"kau baik-baik saja?" ia menoleh melihat ibunya menatapnya khawatir

"ya, bolehkah aku bertanya?" Teetee sangat penasaran

"apa?"

"Tutor, kenapa kau sangat takut padanya? Apakah dia juga menjahatimu seperti yang lain?" tanyanya, sebenarnya ia sudah tau namun ia hanya ingin meyakinkan apa yang tadi ia lihat, dan Yim mengangguk pelan serta menundukkan kepalanya tanpa ia sangat ketakutan akan nama itu

"apa yang dia lakukan padamu? Bukankah dia sangat mencintaimu?" pertanyaan Teetee malah membuat Yim tersenyum kecut

"kakakku terlibat kecelakaan dengan adiknya, jadi dia juga ingin membuat kakakku merasakan hal yang sama dengan menjadikan hidupku seperti dineraka"

"hah?" demi apapun Teetee tak pernah tau masalah ini, yang ia tau pamannya dari pihak sang ibu sudah meninggal dan adik ayahnya sudah meninggal karena terlibat kecelakaan tapi ia sama sekali tak tau bahwa yang menabraknya adalah kakak ibunya

"tapi, bukankah kakakmu juga sudah meninggal tiga tahun lalu?" Teetee mencoba mengigat tanggal kematian kedua pamannya karena mereka meninggal dihari dan tahun yang sama

"kau tau dari mana?" tanya Yim, seingatnya ia belum menceritakan apapun

"umm hanya pernah mendengar, kita kan tetanggaa" gugup Teetee

"oh, ya kakaku juga meninggal dalam kecelakaan itu, tepatnya kakakku dan adik Tutor meninggal karena kecelakaan, saat itu aku masih kelas 3 SMP. Aku tak tau apa-apa, bahkan mengenal Tutorpun tidak" jelas Yim

"walau kakaku juga meninggal, dia tak melepaskanku dan mengahncurkanku dengan harapan roh kakaku menangis melihatku tersiksa seperti ini"

"dia sangat kekanakan dan bodoh" gumam Teetee kesal

"jangan-jangan kau dikecilkan karena dia?" tanya Teetee, kalau itu benar maka dia akan duel dengan ayahnya sendiri

"tidak, dari dulu juga aku dibully, bahkan sejak duduk dibangku dasar. Hal itu hal biasa aku alami, aku sudah terbiasa tanpa teman"

"kenapa? Kenapa kau membiarkan dirimu diposisi itu?" tanya Teetee

"dari kecil aku sulit bicara, ucapanku tidak jelas, aku sulit berkomunaksi dan berawallah ejek-ejekkan hingga hal itu menjadi menyenangkan bagi mereka untuk menindasku, aku sulit menjelaskannya karena tidak semua orang dilahirkan dengan didikan dan lingkungan yang sama" jelas Yim

"tapi bersamaku kau bisa berbicara lancar dan normal?" Teetee memiringkan kepalanya bingung

"aku tidak tau, rasanya aku bisa bicara normal hanya padamu, aku baru bertemu denganmu tapi aku merasa kita sangat dekat" jelasnya menatap wajah anakku, dan berlahan Teetee tersenyum. Sebesar itukah kasih sayang ibunya bahwa tanpa mengetahuinya saja perasaannya tetap sama.

'karena aku anakmu, anak kesayanganmu yang hanya bisa membuatmu menangis' batin Teetee tanpa sadar ia tersenyum namun air mata jatuh menuruni kedua pipinya

"kenapa kau menangis? Apa ada yang salah?" tanya Yim namun Teetee refleks memeluknya, ia sangat merindukan ibunya, tentu saja Yim terkejut namun ia senang karena memiliki teman dekat dan membalas pelukannya

"wah, inikah sifat aslimu? Bahkan di UKSpun kau berbuat mesum?" Teetee melepaskan pelukannya melihat siapa berucap kurang ajar barusan, dan benar saja itu ayahnya, yang membuka tirai kamar UKS dan menatap mereka dengan tatapan sinis. Walau tampan tapi rasanya Teetee ingin meninju wajah ayahnya sendiri, persetan dia jadi anak durhaka.

"untuk apa kau kesini? Ini bukan urusanmu" balas Teetee saat menyadari ibunya hanya menunduk

"aku yang tak punya urusan denganmu, tapi aku punya urusan dengannya" tunjuknya pada Yim

"jangan coba-coba melakukan apapun padanya" ancam Teetee, ini pertama kalinya ia dan ayahnya saling bertatapan tajam

"apa anak baru dikelas ini pacarmu? Atau kalian sedang pendekatan?" tanya Tutor mengejek setelah mengalihkan tatapan tajamnya kearah Yim namun Yim hanya diam sambil mengeleng pelan

"bicaralah! Lawan lelaki bodoh dan tak berguna ini!" teriak Teetee kesal, ia tak pernah melihat ibunya tunduk pada ayahnya yang ada ayahnya tunduk pada ibunya. Teriakan kesal itu hanya membuat Tutor tertawa kecil merasa lucu

"apa yang kau harapkan dari siidiot ini, bicara? Dia bahkan tak bisa membuat kalimat dengan normal" ejeknya

"berani sekali kau!!" Teetee sudah akan menyerang ayahnya sendiri namun Yim dengan cepat menariknya, ia tak mau Teetee terlibat masalah apapun. Yim mengeleng kearah Tutor menandakan bahwa ia mohon agar tak menyakiti Teetee.
Tutor mengepalkan tangannya, amarah naik hingga keubun-ubun kepalanya, dan ia menarik Yim dengan kasar

"ma...." Teetee ingin menariknya dan mengikutinya namun Yim memberikan isyarat agar tak mengikuti mereka, ia tak mau anak itu terlibat

"jangan ikuti, jangan merusak ruang waktu ini" suara malaikat maut menghentikan langkah Teetee, entah dari mana dia sudah berdiri dibelakang dan mencegahnya

"dia akan menyakiti ibuku!!"

"itu sudah jalannya, ibumu hanya akan terluka namun tak akan mati" jawabnya santai

"sialan!!" Teetee merasa depresi karena tak bisa berbuat apapun.

.
.
.

Tbc (Berikan vote :')

Tbc (Berikan vote :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Back To 2007 (TutorYim Family) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang