Chapter 19 (Dibalik langit yang mendung)

199 47 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Yim duduk didalam sofa rumahnya, sekarang ia sendirian setelah selesai mengurus semua acara kedukaan orang tuanya. Ia bahkan belum menganti pakaiannya, ia tak tau harus melakukan apa. Ia tak memiliki ayah ataupun ibu, beberapa kerabat terdekatnya juga dibunuh oleh mereka. Ia tak punya perlindungan, ia hanya tinggal menungu anggota dari salah satu orang-orang itu mungkin akan datang dan membunuhnya juga.

Tatapannya kosong, hidupnya yang berentakan makin kacau saja. Sedangakn Tutor hanya berdiri diluar rumah, bersandar pada dinding luar tanpa suara dan sibuk dengan pemikirannya juga tanpa Yim tau. Biasanya dia bukan type orang yang peduli, dan ia tak suka memikirkan orang lain.

Harusnya dia membenci Yim, seperti keinginannya selama ini ia ingin melihat Yim menderita agar kakaknya dialam baka sana menangisinya seperti ia menangisi kematian adiknya, tapi kenapa ia tak merasakan kebahagian sedikit pun?

Teetee melangkahkan kakinya menaiki teras rumah keluarga sang ibu, ia melihat ayahnya bersandar di dinding masih mengunakan pakaian serba hitam yang sedang berduka, ayahnya hanya bersandar menunduk dan diam sibuk dengan pemikirannya, baju Teetee sedikit lembab karena diluar sedang geremis dan mendung seolah mewakili keadaan keluarganya saat ini.

“kenapa kau tak masuk dan melihat Yim?” tanya Teetee dan Tutor menghela nafas masih enggan menganggkat kepalanya walau ia mendengar pertanyaan Teetee

“aku, tak tau menghadapi orang yang bersedih” jawab Tutor tanpa melihatnya, mungkin ia malu jika orang lain mengetahui ia mulai lemah pada Yim. Teetee tak menjawabnya lagi, ia juga bingung, keadaan seketika menjadi kaku, hening, dan canggung. Satu-satunya yang terdengar hanya suara hujan yang turun semakin keras.

Ini pertama kalinya ia melihat orang tuanya bersedih, dimasa depan yang ia lihat hanyalah senyuman ibunya, dan  ayahnya yang selalu manja pada ibunya dirumah, ia tak pernah dalam stuasi seperti ini dan ia tak pernah mengiginkannya. Teetee menghapus air mata yang jatuh dengan sendirinya, menangis tak akan mengubah apa-apa. Ia berjalan melewati sang ayah, dan masuk kedalam rumah melihat ibunya terduduk diam dengan tatapan kosong tanpa arah.

Teetee masih tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga ini, siapa orang-orang yang membunuh keluarga ibunya, dan apa hubungan keluarga ibunya dan ayahnya karena mereka terlihat seperti saling berhubungan, ayahnya bahkan bebas keluar masuk dirumah sang ibu. Mengapa ayahnya nampak tak terkejut saat waktu itu melihat ibunya bisa berkelahi dengan kejam, apakah ayahnya sudah tau sejak awal? Kepalanya terlalu berat berpikir saat ini.

Rasanya Teetee ingin bertanya, namun mana mungkin ia bertanya pada ibunya yang saat ini berduka, ia ingin bertanya pada ayahnya, mustahil ayahnya akan menjawab privasi keluarga mereka sedangkan saat ini Tutor tak percaya bahwa dia adalah anak mereka.

Teetee hanya duduk disebelah Yim, dan memeluk lengannya, seperti kebiasaannya dimasa depan, ketika ia sedih atau menginginkan sesuatu ia selalu memeluk lengan lembut itu dan menyandarkan kepalanya. Air mata tak berehenti mengalir dari pelupuk matanya, rasa hangat itu tetap sama. Ia sangat merindukan ibunya. Tetapi saat ini ibunya malah seperti raga tak bernyawa. Teetee tak bisa bicara, dadanya terlalu sesak dan tengorokannya terlalu sakit menahan sakit hatinya. Walau tangisan tak bisa menyelasaikan apapun tapi sialnya, ia hanya bisa menangis kekanakan seperti ini.

Back To 2007 (TutorYim Family) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang