Chapter 9 (Rate-M)

601 58 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Tutor menatap tak minat minuman beralkohol didepannya, saat ini ia dan teman-temannya yang baru belasan tahun malah pesta alcohol dirumah dan sebagian membawa kekasih mereka bagaikan pelacur, kenakalan mereka memang sudah kelewat batas, tapi mereka sama sekali tidak peduli.

“tumben kau tak minum, apa ada masalah?” tanya Max, satu-satunya sahabatnya yang berani berpacaran dengan anak SMP

“kau tak membawa anak SMP itu?” Tutor malah bertanya hal yang tak nyambung

“ck, kau tau, aku tak akan pernah membawanya ketempat seperti ini”

“kau sok suci sekali” ejek Tutor

“jadi jawab pertayaanku tadi” paksa Max

“tidak ada apa-apa, hanya malas saja” dusta Tutor dan Max tau itu namun ia tak mau menganggu Tutor dan mengangguk saja.

Sebenarnya Tutor bingung pada dirinya sendiri dengan kejadian tadi, mengapa ia begitu panic dan ketakutan, pada hal biasanya ia tak pernah peduli pada hidup dan mati seseorang. Lagian anak baru itu tidak dia kenali sama sekali, banyak pertanyaan dalam otaknya dan tak mampu ia jawab sendiri. Ia hanya bisa menghela nafas berat.

sial! ada apa denganku!’ batin Tutor lalu merampas sebotol minuman dan meminumnya dengan kesal hingga beberapa temannya menatapnya khawatir.

.
.

“kau benar-benar sudah baikan?” tanya Yim setelah mengantar dan membantu Teetee kembali keapartemennya, membantunya makan, membantunya berbaring ditempat tidur lalu ia menyelimutinya dan memastikan Teetee aman malam ini

“aku sudah baikan, tidak apa-apa”

“apa aku harus menemanimu?”

“tidak, kau harus pulang dan istirahat dengan baik” tolak Teetee, ia sangat ingin ditemani oleh ibunya namun ia tak boleh egois, ibunya juga kelelahan mengurusnya seharian ini

“tapi..”

“aku baik-baik saja” senyum Teetee dan Yim mengangguk pelan, lagian rumahnya disebelah kalau ada apa-apa ia bisa berlari cepat keapartemen Teetee.

Saat Yim keluar apartemen dan akan menuju rumahnya, mobil Tutor berhenti tepat didepannya lalu dengan cepat mmenariknya masuk tanpa membuat yim berpikir, dan tiba-tiba saja dalam mobil Tutor yang melaju kencang. Ia bisa mencium aroma alcohol yang menyengat dan ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Membayangkan rasa sakit yang teramat sangat lagi dan lagi membuatnya bergetar pelan, ia takut sangat ketakutan, ia tak mau merakasannya lagi. Ia mencoba membuka mobil yang tentu sia-sia saja karena terkunci, ia lebih baik memilih melompat saja dan mati. Sakitnya hanya beberapa menit lalu mati dibandingkan diperkosa, dipukul, ditendang, disiksa secara tak manusiawi selama berjam-jam.

Ia makin merasa ketakutan melihat sorot mata Tutor yang menahan amrah, sebenarnya Tutor marah pada dirinya sendiri karena tak menemukan semua jawaban pada pertayaan otakny lalu Ia akan melampiaskan pada mangsanya.

.

Tutor membuka pintu kamarnya dengan kasar, dengan tangan kanan mencekik leher Yim dan membantingnya diatas tempat tidur, tak ada yang tau sifat gila Tutor yang seperti ini selain Yim, mereka semua selalu menganggap Tutor adalah lelaki tampan idola sekolah, pintar olahraga, murah senyum, dan baik hati. Melihat mangsanya kesulitan bernafas Tutor melepaskan cekikannya dan mengikat kedua tangan Yim setelah dengan mudah menelanjanginya agar tak menganggu semua kegiatannya.

Tutor membuka pakaiannya sendiri, memperlihatkan otot-otot sempurnanya yang sama sekali tak membuat Yim terpesona, yang ada Yim hanya ketakutan padanya. Bila itu orang lain atau pengemar fanaticnya mungkin akan menjerit histeris melihat tubuh berotot itu.

Tutor menciumnya paksa, mengigitnya, sesekali memukul kulit putihnya, jika Yim pingsan ia akan kembali menyakitinya agar segera sadar. Tak ada penyatuan secara lembut, selalu saja memaksa lubang kering itu menampung miliknya yang mengeras dan besar, membuatnya lecet dan berdarah, panas, perih, sakit menjadi satu hingga Yim melengkungkan tubuhnya menahan sakit, namun Tutor akan dengan cepat mengembalikan posisinya dan memaksanya menerima rasa sakit itu.

Secara naluri akibat rasa sakit yang teramat sangat tentu Yim menarik tubuhnya, melihat mangsanya menghindar, Tutor menarik kedua kaki Yim membukanya paksa dan menahannya dalam penyatuan yang menyiksa. ia mengeluar masukkan miliknya hingga cairan bening bercampur darah ternoda diarea selangkangan putih itu, ia tak peduli tangisan Yim dibawahnya, ia tak peduli permohonannya untuk mati, ia membencinya setiap kali ia melihatnya ia seolah melihat kematian adiknya, adik kesayangannya, adik yang ia lindungi mati-matian.

Sayangnya kakaknya malah meninggal dan membuat Yim harus membayarnya, Ia makin membencinya. Baginya nyawa adiknya juga harus  dibayar, kakaknya dialam baka sana juga harus manangis melihat adik kesayangannya memohon kematian.

Entah sudah berapa lama, ia sudah mati rasa, pandangannya mulai mengabur dan tak fokus, tubuhnya tak bergerak lagi dan hanya bergerak karena Tutor diatasnya, ia tak bergeming dan menatap kosong dinding disebelah kanannya, ia terus bertanya mengapa ia harus terlahir dengan penderitaan gila semacam ini.

Sejujurnya penyatuan kering dan kasar ini juga tak dinikmati oleh Tutor sama sekali, ia hanya melampiasan semua kekesalan dan kekecewaannya juga kesedihannya, lalu ia berhenti saat melihat Yim kembali pingsan dan sulit ia sadarkan walau ia menyakitinya.

.
.
.

Tbc (Berikan vote :’)

Back To 2007 (TutorYim Family) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang