Chapter 17 (Tak bisa mengubah takdir)

204 48 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Teetee berdiri di kediaman Khansawa, rumah kediaman keluarga Ibunya. Ia hanya bergeming tak bergerak, wajahnya nampak kacau karena frustasi dan kurang tidur, tatapan matanya kosong mungkin karena lelah menangisi masa lalu yang tak pernah ia pahami ini. seluruh kediaman itu diamankan polisi, dan mayat kakek neneknya dari pihak ibu juga sudah diurus, tinggal menunggu ibunya ditemukan untuk prosesi kedukaan.

Dimasa depan, kakek, neneknya dipihak ibu sudah tiada, tetapi ia sangat menyesal karena tak pernah mendengar cerita ibunya. Ia tak tau apapun, dan baru mengetahui keluarga ibunya meninggal sekejam ini.

Dimalam saat mereka diserang sekelompok penjahat yang menculik Tutor dan Yim, ternyata mereka sudah lebih dulu menghabisi keluarga Yim beserta semua kerabat lainnya dan Teetee tak tau apapun tentang motifnya. Yang tersisa hanyalah Yim yang saat ini ia tak tau keberadaannya. Polisi dan orang-orang dari keluarga Tutor  masih terus mencari.

“jangan seperti mayat begini, orang tuamu masih hidup, kau akan terlahir” suara malaikat maut kembali muncul tiba-tiba disebelahnya

“kenapa aku tak bisa melakukan apapun?!” frustasi Teetee karena ia hanya bisa menonton kekacauan ini, rasanya ia sangat sia-sia kembali ke masa lalu

“kau memang tidak bisa melakukan apa-apa, dan kau tidak akan bisa mengubah takdir, kau hanya bisa melihat semua masa lalu ini tanpa bisa mengubah apapun” jelasnya

“saat mama kembali, dia akan sangat sedih melihat ayah ibu dan kerabat lainnya sudah tiada, meninggalkan dia sendirian” sedih Teetee

“ya kau benar, tapi dia akan melaluinya, ibumu itu kuat melebihi kau yang cengeng”

“aku menyesal, tidak pernah duduk dengan baik dan mendengarkan semua ceritanya, aku selalu merasa cerita papa maupun mama membosankan, sampai akhirnya aku tak tau apapun tentang keluargaku sendiri”

“kau sudah sadar? Kau banyak berubah” bangganya lalu ia menghilang dengan sekejap, meninggalkan Teetee dengan segala pikirannya.

.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Yim berusaha membantu Tutor berdiri, ia tak tega mendengar rintihan kesakitan Tutor yang menahan sakit pada luka-lukanya, jurang itu cukup tinggi ditambah lagi Tutor melindunginya. Tutor melihat sekelilingnya, ia berlahan mengabaikan rasa sakit, dan ia melihat benang merah yang memanjang dari pohon ke pohon, benang itu pasti dibuat oleh seseorang

“Yim, lihat benang merahnya, biasanya orang-orang pedesaan  yang masih mempercayai hal gaib dan mistis membuat tempat pemujaan disekitar sini” ucap Tutor sambil mengatur nafasnya

“lukamu! Astaga lukamu….” Yim tidak peduli apa yang Tutor jelaskan, ia ketakutan melihat luka Tutor yang terus mengalirkan darah, ia takut Tutor kehabisan darah terlalu lama dalam keadaan seperti ini

“ayo Yim” Tutor mengenggam tangan Yim mengajaknya kembali berjalan mengikuti benang merah yang terikat antara pohon ke pohon menuju sebuah tempat pemujaan, Tutor yakin area ini dekat dengan kawasan penduduk, Tutor melihat sekelilingnya, peluh membanjiri tubuhnya karena menahan sakit yang teramat sangat, bagimanapun dia hanyalah manusia biasa, dia punya batasan pada tubuhnya

Tutor sedikit legah melihat sepetak jalan yang dibuat kearah pemujaan itu, jalanan itu pasti terhubung ke rumah-rumah warga

“Yim, kau masih bisa larikan? Sepertinya mereka berhasil melihat jejak kita” tanya Tutor menyadari darahnya menetes sepanjang jalan dan mereka akan lebih mudah dilacak oleh musuh

“ya, tapi kau?”

“karena itu, kau lari lebih dulu mengikuti arah jalanan setapak yang ada didepan” pinta Tutor

“aku meninggalkanmu?” tanya Yim dengan tatapan tak suka, itu adalah ekspresi kesal yang pertama kali Tutor lihat dari Yim

“kau harus lebih dulu dan cari bantuan”

“tidak akan!” Yim menopang tubuh Tutor dan meneminya berjalan menelusuri jalan sepetak itu

“kalau begini kita akan sangat lamban, dan mereka menemukan kita” protes Tutor

“kalau begitu, kita sama-sama mati saja sekalian” balas Yim, walau hidupnya diambang kematian, ia masih sempat-sempatnya tersenyum, ia sangat menyukai Yim yang marah seperti ini, ternyata Yim mempuanyai banyak ekspresi, selain senyumannya, caranya merajukpun sangat lucu.

Yim menelusuri jalan sambil memapah tubuh Tutor, dan Yim tersenyum senang melihat jalanan luas dihadapannya, mereka berhasil keluar dari hutan dan kejalur pendakian. Sekarang mereka akan mudah ditemukan oleh orang yang mencari ataupun penduduk sekitar.

Tutor melihat bayangan cepat disalah satu sisinya, dengan cepat ia memeluk Yim agar sedikit menunduk sambil berusaha berlari hingga peluru yang ditujukan kearah mereka gagal mengenai. Beberapa anggota musuh kini menyerang mereka dari segala sisi, mustahil bagi Tutor untuk menghindar terlalu lama ditambah ia cidera parah.

Disaat-saat ia mulai putus asa, tiba-tiba suara tembakan balik terdengar, itu polisi, polisi dan anggota suruhan ayahnya berhasil menemukan mereka. Sepertinya mereka sampai kepelosok desa-desa kecil demi mencarinya.

Tutor tersenyum legah dan membiarkan mereka menjalankan tugasnya, para penjahat yang mengejarnya tadi kini balik dikejar oleh para polisi kedalam hutan, dan Tutor memastikan mereka mungkin tak akan bisa lolos.

“Tuan” Salah satu suruhan ayahnya mendekat kearah Tutor dan membantunya

“bawa dia juga” pinta Tutor melihat Yim yang nyaris tumbang, sekarang Yim baru merasakan rasa lelah sekujur tubuhnya, ia tadi sudah sangat putus asa, untung mereka ditemukan disaat yang tepat.

Mereka dengan cepat mengamankan Tutor dan Yim, membawanya dan tujuan utama mereka saat ini adalah rumah sakit, karena kedua remaja itu mendapat luka yang cukup banyak.

.
.
.

Tbc (Berikan vote :’)

Tbc (Berikan vote :’)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Back To 2007 (TutorYim Family) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang