.
.
.Teetee melihat ayahnya datang bersama kakeknya dan terlihat sangat akrab, Teetee langsung melihat ibunya yang berekspresi biasa saja seolah-olah hal itu sudah biasa.
“kenapa dia bisa sampai disini dan akrab dengan ayahmu?” tanya Teetee
“ayahnya itu punya kekuasaan, mudah saja dan ayahku takut pada keluaraga mereka, Tutor bebas keluar masuk dirumahku hanya untuk terus mengancam dan menakut-nakutiku” jawabnya, pantas saja ibunya takut melapor kepolisi, keluarga mereka dibawah keluarga ayahnya dan mudah saja ia menindas mereka
“apa orang tuamu tau kelakukannya padamu?” tanya Teetee dan ibunya mengeleng
“brengsek! ini sudah krimial dan pelecehan” gumam Teetee, sekarang ia sudah menyadari dari mana asal sifat jahat dan bejatnya tentu turunan dari ayahnya sendiri
“wah belakangan ini kau ada tamu ya?” ejek Tutor menghampirinya, Yim hanya diam sedangkan Teetee menatapnya tajam dan benci
“untuk apa kau kesini?” kesal Teetee
“kau siapa? Aku bebas disini, ayahnya saja tak pusing” balas Tutor dan akhirnya mereka saling bertatapan dengan tatapan tajam, Tutor merasa tatapan tajam anak itu sama seperti tatapannya, walau ia tau bahwa ia jauh lebih kuat darinya namun bagian dari dalam dirinya seolah tak bisa melawannya, jadi ia mengalihkan tatapannya kearah Yim untuk menakut-nakutinya seperti biasa
“ku rasa kau banyak waktu senggang hingga kau bisa berkencan dan membawa anak baru ini kerumahmu?” tanya Tutor merangkul Yim seolah mengancamnya, Yim terdiam, ia menunduk tak berani menatapnya, ia terlalu takut karena pria itu sudah terlalu sering menyakitinya
“dasar buaya cabul!”maki Teetee hingga membuat Tutor kembali menatapnya kesal
“usir dia! Dia sangat menganggu!” paksa Tutor pada Yim, melihat tugas mereka juga selesai dan tak ingin Teetee terluka, Yim menatap Teetee mengisyaratkan agar pulang namun Teetee mengeleng, ia tak mau ibunya diperkosa lagi oleh ayahnya, dia akan melindunginya
Teetee menatap ayahnya dengan tatapan mengejek, sambil melanjutkan memakan cemilan yang tersedia dimeja, Tutor kesal dan anak itu sangat menyebalkan baginya.
Entah cemilan keberapa yang Teetee makan hingga kepalanya terasa pusing, wajahnya pucat, hingga ia tiba-tiba muntah dan lemas, ia baru menyadari itu cake kacang merah dan dia alergi, ia kesulitan bernafas dan tubuhnya terasa panas
“Tee!” Yim entah dapat keberanian dari mana, ia mendorong Tutor dan kearah Tee, sedangkan Tutor yang selalu tak peduli sekitarnya juga tak peduli hidup dan mati seseorang jadi merasa terkejut dan dengan refleks menarik Yim yang menghalanginya lalu menarik Teetee yang tak berhenti muntah kearahnya, ia bahkan tak peduli pakaian mahalnya menjadi kotor, dan memaksa Teetee memuntahkan semua cakenya. Anehnya ia tak jijik sama sekali yang ada hanyalah kepanikan.
“dia alergi!” Jantungnya terasa nyeri, seolah-olah takut kehilangan anak itu pada hal anak itu bukan siapa-siapa baginya, ia tau tau dan ia juga tidak mengerti ia sudah tak bisa berfikir, Tutor mengendongnya membawanya kedalam mobil disusul Yim, tujuannya hanyalah rumah sakit terdekat.
Selama dimobil Yim hanya bisa memeluk dan menangisi Teetee yang nyaris hilang kesadaran dan nyaris dehidrasi, sedangkan Tutor menyetir dengan kecepatan tinggi, mengapa ia begitu ketakutan begini? Tangannnya yang membawa laju mobil saja sampai bergetar dan terasa dingin.
Dan mereka tepat sampai kerumah sakit, Tutor mengendongnya membawanya keruang gawat darurat agar bisa ditangani secepatnya. Saat melihat Teete ditangani oleh dokter barulah Tutor dan Yim merasa legah hingga mereka bingung dengan diri mereka sendiri mengapa bisa setakut ini hanya karena anak itu keracunan kacang merah
“kau tau..kau..” Yim berusaha memberanikan diri bertanya namun komunikasinya benar-benar buruk
“aku tau, aku juga alergi kacang merah dan gejalanya sama, itu sangat menyakitkan sampai sulit bernafas” jawab Tutor tau maksud ucapan Yim, dan Yim menyesal ia sama seklai tak tau apa-apa soal Teetee dan malah meracuninya dengan makanan yang bisa membuatnya alergi, ia sama sekali tak tau. Tutor menghubungi anggota rumahnya agar membawakannya pakaian baru karena saat ini pakaiannya menjadi kotor.
.
Teetee menatap langit-langit kamar rumah sakit dimana ia dirawat, ia sekarang berlahan pulih dari gejala alerginya walau ia masih merasa lemas sekujur tubuh, ia mengingat kejadian hari ini, walau ayah dan ibunya tidak mengenalnya sebagai anak mereka, tapi perasaan mereka juga naluri mereka tetaplah sama.
Ia sangat ingat bagaimana ayahnya selalu menyayanginya dan melakukan apapun untuknya begitupun ibunya, tidak dimasa manapun kasih sayang mereka tetap sama, mungkin karena dia adalah darah daging mereka. Tapi tetap saja ayahnya masih menyebalkan.
“Tee, kau sudah sadar? Aku minta maaf, aku sungguh tak tau kau alergi kacang merah, aku minta maaf” ucap Yim berulang-ulang berasa sangat bersalah
“tidak apa-apa, aku masih hidup kok” senyum Teetee dan Yim memukulnya pelan
“aku serius! Aku sangat takut tadi, untung ada Tutor! Dia bisa membawamu dengan cepat kerumah sakit, bila terjadi sesuatu padamu, aku harus bagaimana” tangisnya
“sudah tak apa, dalam sejam aku bisa normal kembali” Teetee menangkan ibunya
“kenapa Tutor melakukannya? Dia selalu membenciku, dia juga bukan orang baik” tanya Teetee walau sebenarnya ia tau jawabannya, ya tentu naluri Tutor sebagai ayahnya
“aku juga tak tau, sikapnya memang aneh, kadang baik kadang jahat juga kadang tak jelas” jawaban Yim membuat Teetee tertawa lucu, bila seperti ini, ibunya sangat mirip dimasa depan.
.
.
.Tbc (Berikan vote :’)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To 2007 (TutorYim Family)
FanfictionBoyslove, YAOI! Mpreng, 18+ 🔞. TutorYim ❤ Summary : Teetee anak yang nakal, hobbynya membully disekolah bersama teman-temannya dan menindas Kongjiro. Sampai akhirnya ia mendapat karma, dan hidupnya diambang kematian. Ia diberi kesempatan sekali lag...