๛ENAM

213 14 0
                                    

●●●

SETELAH bebeberapa jam, akhirnya Tasya kembali terbangun beliau sepenuhnya ia memperhatikan dengan jelas sosok di depannya, sebuah suara memasuki indra pendengarnya.

"Nona.. Bangunlah," ucapan seorang wanita, Tasya memfokuskan pandangannya yang sedikit memburam itu.

"Nona, Tuan Jacob memintamu untuk segera bersiap," ulang kembali sosok itu.

Jacob? Batin Tasya.

"Bersiap? Bersiap untuk apa?" Ucap Tasya.

Namun tidak ada yang membuka suara untuk menjawab pertanyaan Tasya, justru beberapa orang lagi masuk kedalam salah satunya berjongkok dan melepaskan rantai yang ada di tubuh Tasya.

Apa aku sudah terbebas? Batin Tasya.

"Mari Nona, kami akan membantu anda untuk bersiap." Ucap salah satu dari pelayan tersebut.

Tasya tampak menurut, bagaimanapun ia memiliki jumlah yang banyak di banding dirinya, melawan pun pasti akan berujung sia-sia, terlebih jika ia menolak pasti akan berujung dirinya di paksa.

Tasya benar-benar seperti seorang putri dari kerajaan, dirinya benar-benar di perhatikan dari dirinya yang di bantu untuk ke kamar mandi yang mana sangat luas, tampak mata bulat itu terlihat sedikit membesar mana kala melihat bak mandi yang sudah di atur sedemikian rupa. Terlihat taburan kelopak bunga mawar di sana, aromanya pun begitu menguar sangat menenangkan.

Dengan pelan gadis itu masuk kedalam bak begitu seluruh pakaiannya tertanggalkan, benar-benar tidak nyaman sebab tubuhnya bukan dirinya yang membasuh melainkan seorang pelayan wanita, pikiran Tasya berkelana memilih mengabaikan apa yang di alaminya sekarang.

Semua luka di tubuh Tasya juga tengah di obati, kini gadis itu duduk di depan cermin, dirinya tengah di rias juga menggunakan dress selutut berwarna merah terlihat begitu cantik. Dua orang sibuk mengurus rambutnya agar terlihat lebih cantik, dua lainnya tengah melakukan menipedi pada kukunya.

Tasya menatap dirinya yang terlihat di cermin, wajahnya yang terlihat lebih pucat dengan beberapa luka memar di sana walaupun sedikit tertutupi oleh bedak dan lipstik.

"Sudah siap," ucap pelayan dan tak lama pintu kamar terbuka, tanpa menolehpun Tasya sudah melihat dari cermin orang orang yang masuk ke dalam ruangannya.

"Nona Tasya, ikutlah dengan kami," ucap salah satu pria dari mereka. Tubuhnya begitu tegap dengan pakaian yang jas rapi juga terlihat earphone yang terselip di telinganya.

"Tuan Muda sudah menunggu anda di bawah," mendengar kata itu seluruh tubuh Tasya menjadi meremang. Menatap pantulan wajahnya yang terlihat cantik, terlihat bergeming. Tasya meratapi dirinya sendiri seakan menatap pantulan dirinya untuk yang terakhir kalinya. Tidak tahu hari ini atau besok dirinya akan mati di siksa oleh sosok pria psikopat itu.

"Nona?" Ucap pelayan yang menyentuh pundak Tasya, sontak membuat Tasya tersadar dari lamunannya.

"Mari, Nona," ajaknya.

Tasya melangkahkan kakinya yang di paksa mengenakan heels tinggi tersebut. Berjalan melewati lorong ruangan hingga menampilkan anak tangga yang cukup banyak. Pandangan Tasya mengedar memperhatikan seluruh interior bahkan seluruh dari tempat mewah yang ia tinggali sekarang.

"Jangan pernah coba untuk kabur dari sini, Nona.." Bisik pelayan pada Tasya.

Tasya tertegun, namun ia hanya diam bagaimana pun tempat ia sekarang begitu luas dan sangat luas dari kediamannya dahulu, bahkan hanya sekali lihat Tasya sudah menduga sudah pasti akan tersesat di dalam rumah besarnya sekarang.

"Kenapa?" Ucap pelan Tasya.

"Maaf Nona, saya tidak di ijinkan untuk menjelaskan..."

Tasya sangat bingung, kembali ia masih ingin menanyakan sesuatu namun ia baru tersadar jika semua orang disisinya memiliki earphone wireless di telinganya yang langsung menghubungkan kepada seseorang yang Tasya tebak pasti pada tuan muda yang mereka maksud.

Ternyata penjagaan disini begitu ketat, bahkan kalimat yang diucapkan pelayan saja di batasi dan sudah di atur. Batin Tasya.

Setelah berjalan beberapa menit, kini Tasya telah sampai di salah satu ruangan dengan nuansa berwarna gelap hanya nyala lilin yang memberikan cahaya, terlihat begitu romantis.

Disana sudah ada seseorang yang duduk, begitu dirinya benar-benar sampai semua pelayan dan pria itu berlalu meninggalkan sosok Tasya yang berdiri mematung.

Sosok Jacob duduk dengan anggun dengan tangannya yang memegang memutar gelas redwinenya menatap Tasya dengan intens, Tasya yang berdiri di ambang pintu berdiam membuat Jacob berinisiatif untuk bangun mendekati keberadaan Tasya.

"Come here, honey." Ucap Jacob mengulurkan tangannya pada Tasya.

Tasya menatap tangan yang terulur itu, mendiamkan beberapa detik ia tau jika melakukan perlawanan akan berakibat fatal dengan dirinya, dengan kegugupan yang ia tutupi tangan lentik itu menerima uluran tangan pria berwajah tampan nan datar itu. Dengan perlahan Jacob menggenggamnya dengan lembut, mengangkatnya lalu memberikan kecupan pasa punggung tangan Tasya.

Perlakuan pria itu terhadap Tasya begitu berbeda dam terkesan lebih manis dan romantis. Bahkan menyiapkan makanan mewah. Tasya di tuntun oleh Jacob, di bawah ke tempat duduknya menarik kursi dan mempersilahkan Tasya duduk lalu kembali mendorong sedikit kursi yang di duduki wanita cantik itu.

























●●●




YOU ARE ALWAYS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang