๛DUA PULUH TIGA

141 16 0
                                    

●●●

"Tasya~" ucap berat pria itu ketika sudah mencapai klimaksnya.

Jacob begitu mabuk, dan tubuhnya menjadi sangat lemas, ia melepaskan penyatuannya dengan tubuh Tasya. Lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, tepat di samping tubuh wanita itu terkulai itu. Sekilas Jacob menatap wajah Tasya yang memejam matanya.

Mungkin dia terlalu lelah. Pikir Jacob.

Sekitar setengah jam berlalu, Jacob yang sudah menetralkan degup jantungnya kini membuka matanya yang kini sangat berat akibat alkohol yang diminumnya. Rasa kecewa di hatinya ia lampiaskan pada alkohol, juga pada Tasya, sebagai hukumannya ia lampiaskan.

Jacob beranjak dari posisinya, kemudian menindih kembali tubuh Tasya, namun Tasya masih saja memejamkan matanya bahkan setelah setengah jam berlalu, gadis itu tidak bergeming di tempatnya, bahkan posisinya masih dengan posisi sebelumnya. Jacob menatap lekat, tidak ada jeritan tangis lagi yang terdengar seperti pertama kali, Jacob menindih tubuhnya.

"Tidak menyenangkan jika seperti ini, ck Tasya menjeritlah! I love you voice.."

Namun tidak ada respon sama sekali dari Tasya, Jacob bahkan sengaja menyentuh bagian buah dada wanita cantik itu, menyentuhnya dengan sangat kasar. Berharap Tasya bisa merespon tindakannya, namun tidak, semuanya hanya sia-sia Tasya masih dengan diam.

"Tasya!"

Jacob menepuk pipi Tasya beberapa kali, ia baru menyadari jika bibir Tasya membiru.

Apa itu memar karena ciumannya yang terlalu kasar? Pikir Jacob.

Kemudian pria itu meraih pergelangan tangan Tasya, menyentuh telapak tangan dan juga jemarinya, semuanya terasa begitu dingin.

Segera Jacob turun dari ranjang dan mengambil mantel tidur dengan asal yang ada di sana dan mengenakannya, kemudian kembali lagi pada Tasya. Mencoba untuk membangunkan Tasya sekali lagi, namun tetap hasilnya masih nihil.

Karena sudah terlalu kesal, Jacob pun menarik selimut yang menutupi tubuh bagian bawah Tasya, yang seketika pandangan Jacob benar-benar tertegun. Ia melihat adanya bercak darah yang mengotori selimut dan seprei di atas ranjang.

"Tasya.. Kau.." Gumam Jacob.

"TASYA!"

Kembali Jacob memanggil Tasya, namun tidak mendapatkan respon, merasa keadaan sudah tidak beres Jacob kembali menyelimuti tubuh Tasya, membungkusnya seperti bayi yang di bedong, lalu menggendongnya keluar kamar.

Jacob memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mempersiapkan mobil dan pergi kerumah sakit Johnny. Di dalam mobil, Jacob terus menyentuh wajah dan telapak tangan Tasya, yang semakin lama semakin lebih dingin.

Mobil masuk ke area basement khusus untuk rumah sakit, di sana sudah ada perawat dan dokter yang menunggu mereka, karena sebelumnya Jacob sudah menginformasikan hal ini pada Johnny.

Pintu mobil di buka dan Jacob langsung meletakkan tubuh Tasya di atas brankar yang mana para perawat juga dokter secepatnya mendorong, mereka membawanya masuk kedalam lift untuk ke ruangan khusus dimana Tasya akan mendapatkan penanganannya. Sementara Jacob, pria itu menaiki lift yang berbeda.

Jacob berjalan dengan beberapa pengawalnya di belakangnya, seorang pengawalnya menekan tombol lift, yang akan membawa mereka ke lantai paling atas rumah sakit. Dimana lantai atas rumah sakit tersebut memiliki penginapan khusus untuk keluarga pasien istirahat, dan hanya di khusus bagi kalangan pejabat, pengusaha dan konglomerat lainnya.

Setelah lift berdenting, Jacob langsung keluar, berjalan menuju sebuah ruangan khusus yang telah disiapkan. Karena Tasya pria itu keluar dengan hanya menggunakan mantel tidur.

Beberapa menit berlalu, semenjak Jacob mengganti pakaian dengan yang pantas. Jacob langsung pergi ke ruangan Johnny untuk berbincang mengenai kondisi Tasya.

Di ruangan yang lain, tepatnya di ruangan ICU, wanita cantik itu terkulai lemas di atas tempat tidurnya dengan berbagai macam alat bantu yang menempel pada tubuhnya. Tasya mengalami shock parah hingga mengakibatkan ia tak sadarkan diri.

Jacob dan Johnny melihat itu melalui layar monitor, terlihat dokter muda dan tampan itu menjelaskan perihal keadaan Tasya, Johnny benar-benar hanya menjelaskan sama sekali tidak menyinggung apa yang telah menimpa Tasya, semua tertulis jelas di catatan rumah sakit.

"Tasya, ini merupakan yang pertama kalinya. Dan dengan cara yang kasar sehingga tubuhnya tidak siap menerima itu semua, dan mengakibatkan kondisinya menurun drastis."

"Kapan dia akan pulih?" Tanya Jacob pada Johnny dengan pandangan yang masih lurus pada layar monitor memperhatikan Tasya.

"Tidak bisa dipastikan."

"Kabari sekertarisku jika ia sudah sadar. Aku harus pergi." Ucap Jacob yang langsung berlalu meninggalkan ruangan Johnny.

Johnny menatap layar monitor dengan pandangan kekhawatiran. "Kau harus segera membaik, Tasya." Ucap Johnny.

















●●●

YOU ARE ALWAYS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang