๛DUA PULUH SEMBILAN

181 21 6
                                    

●●●

Tasya masih mengingat penolakan keras dari Jacob beberapa menit yang lalu, setelah para anak telah tertidur di kamar masing-masing. Pria itu masih tetap dengan pendiriannya ingin menolak kehadiran putrinya.

"Gugurkan." Ucap dingin Jacob sambil menghancurkan dokumen pemeriksaan kehamilan Tasya, di mesin penghancur kertas di ruang kerja Jacob.

Kepalan tangan Tasya semakin mengerat, tangannya yang lain menyentuh perutnya.
"Tidak bisakah kamu menerimanya? Setidaknya kita coba dulu, anak perempuan tidak seburuk itu, Jack eum?"

"Tidak. Jika itu sampai sepuluh atau sangat banyak anak di Mansion ku, aku tidak masalah namun itu harus laki-laki. Tidak dengan perempuan."

"Kenapa?"

Jacob. "...."

".. Setiap aku menanyakan alasannya, kamu selalu seperti ini. Namun aku tetap ingin melahirkan dan membesarkannya."

"Kalau kau tetap melakukan itu, dan tidak mendengarkan ku. Jangan salahkan aku jik-"

"Hal gila apa lagi yang ingin kamu lakukan padaku?"

Perkataan Tasya membuat kerutan di alis Jacob, seakan kalimat tersebut begitu banyak menyimpan pesan tersirat.

"Aku.. Aku ingat, aku sudah ingat semuanya.." Ucap Tasya membuat Jacob terkejut. Rahangnya mengeras, sembari menatap tajam pada Tasya.

"Kapan?"

"Dua bulan yang lalu," balas Tasya.

Jacob semakin terdiam, namun pandangan itu masih pada Tasya.

"Sebelumnya, Jo mengingatkan ku untuk tidak mengonsumsi obat itu karena akan menganggu kehamilan ku, itu sebabnya aku menghentikannya. Setelah beberapa saat aku semakin sering bermimpi."

"Karena itu sangat mengangguku, aku pergi ke psikiater dari kenalan Chita, aku pergi secara rutin dan.."

Kepalan tangan Jacob menguat, namun Tasya kembali berucap.

"Namun, walaupun aku sudah mengingatnya.. Aku tetap ingin bersamamu. Karena kamu adalah Ayah dari anak-anakku, aku mencintaimu dan kita saling mencintai."

"Gugurkan." Tekan Jacob.

"Tidak!"

Jacob membanting semua barang yang ada di atas mejanya, membuat Tasya ketakutan. Pria itu kemudian berlalu dengan diam.

"Sayang.. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Tasya mengusap perutnya. Kemudian berbaring di atas tempat tidurnya yang kini terasa begitu luas, karena dirinya seorang diri.

●●●

Sebulan kemudian.

Menginjak kehamilan ke tujuh, Tasya benar-benar menjaga calon putrinya itu seorang diri, tidak ada sosok Jacob yang berperan sebagai Ayah untuk sekedar menyapa, bercanda pada bayi yang masih di kandungnya. Sangat berbeda dengan kehamilannya yang dulu yang mana ketiga putranya begitu dimanjakan oleh Jacob.

24 jam pria itu akan selalu di sisi Tasya, selalu menemani dan menyiapkan semua keperluan Tasya secara pribadi, tampa adanya perantara pelayaan. Namun kini benar-benar berbeda, semuanya hanya Tasya yang mengerjakan, dengan di bantu pelayan, dan ketiga putranya.

YOU ARE ALWAYS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang