๛DUA PULUH EMPAT

147 13 0
                                    

●●●

Sudah lima hari berlalu, dan Jacob masih belum menerima kabar soal Tasya dari Johnny itu berarti Tasya masih belum siuman.

Jacob yang saat ini tengah berada di ruang rapat begitu tidak fokus, pikirannya di penuhi oleh Tasya, hingga tiba-tiba ponselnya bergetar satu pesan dari Johnny.

[Tasya sudah siuman.]

Seketika Jacob segera beranjak dari ruangan membuat orang-orang yang berada di ruangan tersebut terkejut juga kebingungan.

"Rapat di tunda untuk sementara." Ucap Chitayya, yang tentunya sudah hafal dengan tingkah Jacob tampa pria itu berucap.

Sesampainya Jacob di rumah sakit, pria itu langsung berlari ke bangsal Tasya, yang dimana di sana ada beberapa perawat, dokter serta Johnny yang tengah berkumpul di bangsal Tasya, dan semua orang langsung menatap ke arah Jacob ketika menyadari kehadirannya. Begitu juga dengan Tasya.

"Siapa dia?" Tanya Tasya polos membuat Jacob terkejut, ia menatap tajam pada sosok Tasya.

Kemudian Jacob menatap Johnny, dengan cepat pria itu mendekati Jacob, membawanya keluar dari bangsal VIP Tasya.

"Tasya mengalami amnesia sementara, akibat shock berat. Namun bukannya tidak bisa di atasi, dokter sudah memberikan beberapa saran dengan beberapa metode pengobatan untuk Tasya, aku akan melakukan apapun agar ingatannya bisa kembali seperti semula, dengan alat canggih dan obat-obatan."

Terlihat Jacob hanya tediam mendengarkan semua penjelas Johnny.

●●●

Sudah dua minggu Tasya di rawat di rumah sakit. Sudah dua minggu juga Jacob tidak pernah mengunjungi Tasya lagi, hanya kunjungan awal siuman Tasya pria itu terlihat. Namun Johnny terus memberikan kabar kepada Jacob mengenai pemulihan Tasya, dokter tampan itu tidak pernah absen dari laporannya.

"Bagaimana kondisimu sekarang, Tasya?" Tanya Johnny yang melihat hasil laporan  kesehatan Tasya.

"Aku sudah baik-baik saja," balas ceria Tasya di sertakan dengan senyuman yang terlihat begitu cerah.

"Baiklah. Kau sudah boleh pulang hari ini,"

"Kemana aku harus pulang?" Tanya Tasya dengan polos, ia benar-benar kebingungan, karena beberapa hari ini ia tinggal di rumah sakit dan hanya mengenal beberapa perawat, dokter dan Johnny sendiri. Dan selama itu juga tidak ada yang mengunjungi Tasya di rumah sakit. Membuat Tasya berpikir mungkin saja ia adalah anak yatim piatu, hidup sebatang kara.

"Seseorang akan menjemputmu pulang, Tasya." Ujar Johnny.

"Siapa?" Tanya Tasya.

"Halo, Tasya." Ucap seorang pria yang memasuki ruangan. Seketika seluruh tubuh Tasya menegang, ia bergetar ketakutan, ketika suarnya mendengar suara seseorang yang begitu dingin.

Pria itu berjalan mendekat dengan membawa sebuket bunga ukuran sedang, tersenyum kepada Tasya sembari tangannya terulur memberikan buket tersebut pada Tasya. Johnny menatap dalam diam, memberikan mereka ruang.

"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya dengan perhatian.

"A-aku baik-baik saja," balas Tasya yang sudah berkeringat di wajahnya padahal pria di depannya tidak melakukan hal aneh bahkan terkesan biasa saja. Tangannya menerima buket bunga tersebut dengan pelan.

"Apakah kamu yang akan menjemputku pulang?"

"Tentu, Tasya. Cepatlah bersiap, aku akan menunggumu."

Tasya menatap ke arah Johnny dan Johnny memberikan anggukan sembari tersenyum mengiyakan.

"Bersiaplah, Tasya. Aku akan pergi untuk membicarakan beberapa hal perihal kondisimu pada Jacob." Ucap Johnny yang beranjak bersama pria tersebut.

Jacob? Apakah pria yang baru saja datang itu bernama Jacob? Itu terdengar sangat tidak asing. Batin Tasya.

"Nona, silahkan ganti bajumu dulu," ucap seorang perawat. Yang mana langsung membuyarkan pikiran Tasya.

"Baiklah,"

Jacob yang berada di ruangan Johnny, sahabatnya itu tengah menjelaskan perihal kondisi Tasya, Johnny memberitahukan apa yang tidak boleh dan apa yg boleh Tasya lakukan, dan apa yang boleh Jacob perbuat. Termasuk tidak membuat Tasya mengalami trauma kembali, jika tidak maka akibatnya akan fatal.

"Kapan dia bisa mengingat masalalunya kembali?"

"Tidak bisa di pastikan, bisa dalam hitungan bulan, tahun atau bahkan tidak bisa mengingatnya sama sekali." Ucap Johnny.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Johnny.

"Tidak ada." Jawab Jacob datar.

"Aku berharap ingatannya tidak akan pernah kembali." Lanjut Jacob. Johnny yang mendengar itu sangat terkejut.

"Apa kau yakin?" Tanya Johnny.

"Apakah ada obat untuk itu?" Tanya balik Jacob.

"Obat agar ingatannya tidak pernah kembali, selamanya." Gumam Jacob, yang mana masih dapat Johnny dengarkan.

Beberapa menit kemudian. Johnny kembali bersama Jacob, mereka menemui Tasya di bangsalnya.

Terlihat wanita cantik itu tengah duduk di atas sofa, menoleh begitu pintu terbuka. Tasya dengan cepat berdiri menatap keduanya, walaupun tubuhnya merass begitu gugup.

Tasya tersenyum yang mana pandangannya ia alihkan pada Johnny, Jacob yang melihat itu langsung mengerti.

"Aku akan menunggumu di mobil, Tasya." Ucap Jacob berlalu.

Seperginya Jacob, Tasya langsung merasa lega, dan mendekati Johnny. "Bisakah kamu memberitahuku, siapa pria itu?" Tanys Tasya.

"Dia adalah Keluargamu, Tasya." Balas Johnny.

"Benarkah? Lalu mengapa—" perkataan Tasya tercekat, ia merass tidak berani berucap. Namun Johnny yang melihat itu langsung mengerti dan tau betul akan apa yang di katakan wanita cantik di depannya. Karena seorang yang mengalami amnesia hanya kehilangan ingatan saja, sementara tubuhnya masih dapat mengingat dan merespon kebiasaan lalunya.

"Apa masih ada yang ingin kau tanyakan, Tasya?*

Tasya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, "Tidak ada," balas Tasya.

"Terimakasih, Johnny. Kamu telah merawatku selama ini," ujar Tasya.

"Itu adalah tugasku Tasya." Balas Johnny.




















●●●






YOU ARE ALWAYS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang