๛EMPAT BELAS

172 12 2
                                    

●●●

Jacob menatap perkotaan melalui jendela kaca besar dalam ruangannya. Ruangan benar-benar gelap, hanya pencahayaan dari rembulan yang memberikan penerangan.

Pikirannya menerawang dengan kejadian beberapa jam yang lalu, ia benar-benar sengaja menguji Tasya melihat segala reaski yang gadis itu lakukan.

Pria itu merogoh sakunya dan menekan nomor seseorang.

"Bagaimana? kau sudah mendapatkannya?" Tanya Jacob to the point.

"Maaf Tuan, sepertinya pria itu mengetahui jika ada yang mencarinya. Dia selalu bersembunyi dan berpindah-pindah tempat." Ucap seorang di seberang.

"Cari dia sampai dapat!" Ucap Jacob dengan memerintah.

"Siapa yang kau cari, Jack?" Ucap seorang pria yang masuk dan menutup kembali pintunya. Sebelumnya sosok itu sudah sejak tadi berdiri diam di dekat pintu.

Jacob menatap sebentar pada sosok itu kemudian berjalan duduk di sofa dan menuangkan teh ke gelasnya. Bersamaan dengan itu sosok tersebut duduk di seberang Jacob. Tangan Jacob mendorong gelas yang berisi teh tersebut ke posisi sosok tersebut.

"Bukan siapa-siapa." Balas Jacob dengan wajahnya yang datar, menuangkan teh ke gelasnya yang lain.

"Apa kau baik-baik saja, Jo?" Tanya Jacob.

Mendengar itu Johnny tampak mengerutkan alisnya menatap sosok Jacob yang tampak aneh.

"Kenapa?" Tanya balik Johnny.

"Wajahmu." Balas Jacob.

"Hah~ ya.. Ayahku kembali mengatur kencan buta," ucap Johnny.

"Itu sebabnya kau kemari?" Ucap Jacob. Mendapatkan anggukan dari Johnny.

"Kenapa? Bukankah itu bagus?" Lanjut Jacob.

"Aku tidak sepertimu yang gemar mempermainkan wanita." Ledek Johnny.

"Yang ku permainkan adalah jalang. Mereka pantas mendapatkannya." Ucap dingin Jacob, membuat Johnny menelan ludahnya pelan, merasa tidak enak.

"Aku akan memberikan resep obat padanya." Ucap Johnny sedikit berdeham.

Jacob mengangguk, membiarkan sosok Johnny berlalu.

●●●

Tasya yang duduk di atas ranjangnya dengan memeluk lututnya menengok kala mendapatkan seorang memasuki kamarnya.

"Nona, sarapan anda sudah siap." Ujar pelayan tersebut.

Tasya menatap lamat pelayan tersebut, sejak kapan dirinya di biarkan sebebas itu? Pikirnya.

"Makan?" Gumam Tasya.

"Benar, Nona,"

Tasya semakin bertanya, biasanya seorang pelayan akan datang dengan membawa makanan, tidak seperti sekarang.

Tasya menurunkan kedua kakinya, dan hendak turun dari ranjang. Namun tiba-tiba pergerakannya terhenti kala memikirkan soal sifat Jacob yang akan kembali melakukan permainan yang menyiksa batin. Mengingat soal kejadi malam itu membuat Tasya kembali menarik kakinya.

"Mari, Nona.." Ajak pelayan untuk yang kedua kalinya, tersadar akan kejadian semalam, Tasya memikirkan keselamatan para pelayan dan memantapkan diri dengan berpikiran positif.

Pelayan tersebut menutun Tasya untuk bersiap, setelahnya keduanya keluar kamar dengan begitu rapi. Pelayan tersebut berjalan di belakang Tasya, sementara empunya berjalan di depan dengan selidik.

"Pasti orang-orang terkenal yang membuatnya.." Gumam Tasya yang melihat dengan jelas segala benda di lewatinya.

Setelah menuruni beberapa anak tangga, Tasya kini berada di ruang makan di sana sudah ada banyak pelayan dan beberapa koki yang berjejer kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya ketika melihat Tasya datang. Mereka memberi hormat layaknya memberi hormat pada Jacob.

"Nona," sapa mereka.

Satu pelayan menarik kursi meja makan, dan salah satunya lagi mempersilahkan Tasya untuk duduk.

Hari ini kembali di perlakuan seperti seorang putri lagi, setelah itu akan ada bencana lagi? Seperti kejadian hari itu.. Batin Tasya.

Tasya duduk di kursinya sembari terus berpikir dan melamun. Terlalu sibuk dengan pikirannya hingga Tasya tidak sadar sudah begitu banyak hidangan yang tersaji di atas meja makan.

"Silahkan Nona, jika ada yg tidak anda suka, anda bisa menukarnya dengan makanan yang lain. Atau kami akan buatkan hidangan yang lain." Ucap salah satu koki yang berdiri di samping Tasya, berbeda dengan koki lainnya yang menyiapkan makanan untuk Tasya, dari memotong langsung daging bahkan minuman untuk Tasya juga di lakukan oleh koki tersebut.

Tasya hanya mengangguk dengan snyuman sebagai jawaban.

Melihat deretan makanan di atas meja membuat semangat Tasya meningkatk, bagaimana tidak semua hidangan begitu mewah juga makan tersebut tidak pernah bisa Tasya makan semasa dirinya berada di kampung halamannya.

Tanpa sadar gadis itu berucap dengan semangat. "Bisakah aku mendapatkan air mineral saja? Aku tidak terbiasa minum dengan air ini," ucap Tasya menunjuk pada gelas panjang yang berisi redwine.

"Baik, Nona."

"Nona berkelilinglah setelah makan," ucap pelayan sembari menuangkan air mineral pada gelas untuk Tasya minum.

"Apakah itu perintah dari...." Tasya menghentikan ucapannya karena bingung akan menyebutkan Jacob dengan apa.

"Ya, Nona, Tuan Muda memintamu untuk berkeliling setelah makan,"

"Baiklah," balas Tasya.

"Mulai hari ini, anda bisa menggunakan secara bebas fasilitas di kediaman ini, Nona."

"Fasilitas?" Gumam Tasya.

"Ya, Nona seperti telepon-"

"Telepon?" Potong Tasya dengan cepat.

"Tentu, Nona." Ucap pelayan yang sedikit bingung dengan perkataan ragu dari Nona cantik di depannya.

Sementara di sudut ruangan terdapat sosok pria dengan tubuh tegapnya yang terus memperhatikan Tasya tanpa sepengetahuannya. Hari ini pria itu tidak masuk kerja.

"Tidak ada yang bisa aku hubungi, aku tidak akan menggunakannya," ucap Tasya. Mendengar itu alis Jacob berkerut mendengar perkataan Tasya, Jacob sengaja melakukan itu untuk memancing Tasya menggunakannya menghubungi salah satu orang yang di kenalnya, dan Jacob dapat menemukan informasi mengenai Tasya.

"Nona pergi begitu lama, apa tidak ada yang mencarimu?" Ucap pelayan tersebut.

"Mereka menjualku, tidak ada yang perduli padaku.." Ucap Tasya.





















●●●

YOU ARE ALWAYS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang