๛SEMBILAN

169 13 0
                                    

●●●

WANITA cantik itu terduduk di ujung kamar mandi dengan memeluk lututnya sembari menundukkan kepalanya, rambut panjangnya tergerai menutupi wajahnya bahkan lengannya. Ia sangat-sangat mengutuk dirinya sendiri akan kejadian beberapa waktu yang lalu.

Setelah beberapa menit terdiam meratapi dirinya yang begitu menjijikkan, ia bangun berjalan pelan di wastafel membasuh wajahnya dengan kasar sesekali ia menampar wajahnya sendiri.

Tasya menatap pantulan wajahnya di depan cermin, terlihat acak-acakan, rambutnya yang lusuh lepek karena basah, wajahnya yang dengan makeup luntur, matanya yang sembab karena menangis sejak tadi. Bahkan ia berteriak keras dalam hatinya menyembunyikan segala kekesalannya.

Sementara di ruangan yang lain, terlihat pria tampan dengan wajahnya yang datar tengah memantau monitor, dimana di dalamnya menampilkan sosok gadis yang frustasi di dalam kamar mandi. Ya monitor tersebut terhubung langsung dengan CCTV kamar mandi yang tengah Tasya tempati saat ini.

"Bagaimana menurutmu?" Ucap Johnny yang duduk di samping Jacob, dan turut memperhatikan tingkah Tasya.

"He is deferent." Lanjutnya. Namun Jacob hanya diam dan memperhatikan Tasya melalui layar monitornya.

Ada apa dengannya? Apakah ini cara untuk menarik perhatian pelanggannya? Pikir Jacob.

Jacob masih memperhatikan, begitu juga dengan Johnny. Tasya terlihat terus menatap dirinya di pantulan cermin cukup lama, dengan pelan tangan gadis itu terangkat menyentuh permukaan cermin mengusapnya kemudian dengan cepat gadis itu membenturkan kepalanya pada cermin dengan keras namun cermin itu tidak pecah justru empunya yang mendapatkan luka.

Refleks Jacob dan Johnny membeliak ketika melihat tindakan itu, bahkan Tasya tidak melakukan itu satu kali melainkan beberapa kali hingga membuat kepalanya terluka bahkan di cermin terlihat bercak darah. Sedikit demi sedikit permukaan cermin tersebut pecah.

Jacob meminta kepada beberapa pengawalnya untuk mengurus Tasya, jangan sampai wanita itu melukai dirinya sendiri semakin besar dan sampai mati. Jacob tidak ingin rugi, ia belum puas bermain-main dengan Tasya.

Tidak lama setelah itu pengawal pun datang untuk menghentikan Tasya, dari layar monitor Jacob melihat Tasya yang tengah dipaksa keluar dari kamar mandi tersebut. Pria tampan itu tersenyum simpul tidak ada yang bisa bermain-main dengannya kecuali Jacob sendiri yang memimpin permainan.

Kau ingin mati Tasya? Maka tidak semudah itu. Batin Jacob.

Sementara Johnny yang melihat itu tidak bisa berbuat apa-apa, ini bukan pertama kalinya Jacob memperlakukan wanita dengan Buruk. Bahkan setelah itu Johnny yang harus merawat wanita-wanita itu hingga sembuh. Dan Tasya wanita cantik itu bukanlah yang pertama.

Jacob melirik arlojinya yang ada di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Seperti yang sudah di jadwalkan sebelumnya, Jacob memiliki waktu temu dengan seseorang.

"Aku harus pergi." Ujar Jacob kemudian berlalu meninggalkan Johnny di dalam ruangan.

Dokter tampan itu mengalihkan layar monitor pada CCTV di ruangan lain, yaitu kamar Tasya berada. Terlihat Tasya sedang duduk di atas ranjang dengan tangan dan kaki yang terikat dengan rantai, wanita itu duduk sembari menundukkan kepalanya.

Johnny sangat menyayangkan jika Jacob terus saja menyiksanya , karena Johnny merasa jika Tasya berbeda dengan wanita-wanita yang pernah Jacob pelihara sebelumnya.

Setelah beberapa jam, dengan posisi yang masih sama, Tasya terlihat termenung di atas tempat tidurnya, Johnny beranjak dari duduknya meninggalkan ruangan.

Tasya benar-benar di sadarkan akan hal yang terjadi barusan, Jacob benar-benar mengawasinya 24 jam bahkan ruangan yang harusnya menjadi privasi sudah di sabotase sedemikian mungkin. Tasya membuka kepalan tangannya, tidak ada yang menyadari jika ia berhasil membawa pecahan kaca di tangannya.

Tasya benar-benar sudah tidak sanggup dengan keadaannya sekarang, ia benar-benar membeci dirinya juga pada Jacob. Ia juga tidak ingin di permainkan seperti ini terus.

Lebih baik aku benar-benar mati.. Batin Tasya.

Tasya sengaja menggoreskan pergelangan tangannya dengan pecahan kaca tersebut, menekannya dengan kuat dengan bibirnya yang ia gigit agar menahan sakit juga teriakannya. Namun pekerjaannya terhenti kala mendapati pintu dalam ruangan terbuka.



























●●●

YOU ARE ALWAYS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang