CP 33

9 4 0
                                    

****

Saat kondisi mulai mereda, dan Moona pun sudah cukup tenang. Kini Geo menoleh kearah Moona lalu memberanikan diri untuk bertanya langsung tentang siapa yang menyerang mereka barusan.

"Emmm....Buna, Geo mau tanya. Siapa yang menyerang tadi?" Moona menoleh dan menatap putra kecilnya, lalu ia tersenyum simpul.

"Mereka adalah sekelompok orang yang membenci Buna, sekaligus orang yang sudah menculik Aunty Acha, Geo." Balas Moona. Tatapannya penuh amarah, berani sekali mereka menyerang seorang Moona dalam diam.

Sebenarnya Moona belum pasti jika Mafia V yang telah menyekap Acha, namun hatinya kini berkata jika mereka lah otak dalam hilangnya Acha.

"Aunty Acha itu siapa, Buna?"

Geo bertanya demikian karena, dirinya belum bertemu dengan Acha. Yang membuatnya semakin bingung dan penasaran.

"Acha itu temannya Buna, dia yang bantu semua pekerjaan Buna...kabar hilangnya Acha jadi buat Buna bingung dan khawatir dengannya."

"Sayang sekali, Geo belum sempat bertemu dengannya, malah sekarang dia hilang," Sahut Geo.

Singkat cerita, mereka pun sampai dirumah dengan selamat. Ketika tiba diruangan utama, Moona sedikit tersentak saat melihat Leon sudah menunggu kepulangan mereka.

"PAPAHHH!!" Geo berlari kearah Leon, dan langsung mendekap kepadanya.

"Kenapa kalian pulang terlambat hm?"

"Tadi pah, kami kena serang sama orang, tapi.....untung saja Buna bisa membawa Geo, pergi jauh dari sana." Leon sedikit terkejut mendengar jawaban putranya itu, dirinya lantas menoleh kearah sang istri.

Saat dirinya ditatap tajam oleh suaminya, Moona justru terkekeh sambil mengisi amunisi pistolnya kembali. Leon kembali menatap putranya, dan memegang kedua bahunya.

"Ya sudah, Geo keatas dulu ya, panggil Amel biar dia menemani kamu bersih-bersih," Pinta Leon.

Geo mengangguk patuh. "Baik Pah."

Saat Geo menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya, kini Leon duduk di single sofa. Dan Moona yang masih berdiri sembari mengecek pistolnya tanpa melirik kearah suaminya yang tampak kesal.

"Sayang.." Panggil Leon.

"Hmm?" Jawaban singkat dari Moona, membuat Leon berdecak kesal, dan seolah tidak puas dengan jawaban dari istrinya itu, ditambah tatapannya masih fokus pada senapan miliknya.

"Siapa yang serang kalian tadi?"

"Siapa lagi kalo bukan anggotanya Mafia v," Balasnya dengan santai.

"Gimana bisa kalian diserang?"

"Tadi aku denger ucapan batin seorang wanita misterius, mereka ada rencana jahat buat celakain aku sama Geo, aku suruh Geo masuk ke mobil dan berjaga-jaga kan. Awalnya pengen aku bunuh aja orang itu, tapi....masalahnya peluru aku cuma sisa satu, jadi aku mutusin untuk kabur," Balas Moona.

"Kan kalo peluru aku masih banyak, aku tembak aja dia tepat dikepalanya!" Moona sembari mengarahkan pistolnya kearah kepala Leon, membuat suaminya itu terjengat kaget.

"Ya jangan suamimu juga kamu tembak!" Protes Leon kesal.

Moona tertawa. "Oh iya iya maaf ya.."

~~~••~~~

Malam harinya, Geo tengah bersama Leon di area latihan miliknya, yang berada didalam rumah. Leon hanya ingin melihat kehebatan Geo dalam bidang apapun, termasuk memanah dan menembak.

Kini Geo sudah memegang busur dan anak panahnya, sembari menunggu Leon mengajarinya.

"Geo harus apa dengan ini Pah?"

Leon terjongkok dan turut memegang panah bersama Geo, mengarahkan panah tersebut ke target yang tepat. Geo yang bingung hanya bisa menurut kemana arah yang Leon tunjuk berada.

"Tarik anak panahnya, lalu targetkan kearah bulatan itu ya sayang...panah kearah bulatan kecil ditengah itu."

"Susah Pah, Geo tidak bisa!" Rengek Geo.

"Ya ampun anak Papah, belum mencoba kok udah menyerah."

Meskipun tangan kecil Geo susah meraih dan menarik anak panahnya, namun ia tetap berusaha dan membuat Leon bangga.

"Lalu selanjutnya bagaimana?"

"Lepaskan anak panahnya sayang!" Pinta Leon.

Geo lantas melepaskannya, anak panah itu melesat begitu cepat, namun sayangnya panahan itu belum menancap tepat di tengah-tengah. Melihat hal itu, Leon hanya tertawa kecil, sedangkan Geo mengerucutkan bibirnya kesal.

"HUAAA GEO GAGALLL...."

Leon terkejut saat Geo mendadak menangis dengan kencang, dengan segera, Leon menenangkan putra kecilnya itu.

"Utututut, don't crying baby," Ucapnya. Sembari Leon mengusap kepala Geo dengan lembut.

"Geo gagal Papahh, Geo gak bisa memanah," Raung Geo.

"It's Okay Baby, I So Proud Of You"

Lalu Leon menggendong Geo untuk masuk kedalam rumah, lalu  mengambilkannya cemilan ringan. Selagi Moona tak ada dirumah, Leon lah yang harus mengganti posisi untuk menjaga Geo selain Amel.

"Kenapa Geo gagal ya dalam memanah, seharusnya Geo bisa tapi kenapa meleset?" Geo terus saja kepikiran dengan melesetnya anak panah yang ia layangkan tadi.

"Mungkin Geo masih belum beruntung, tidak apa-apa...nanti Geo bisa coba lagi sampai bisa."

"Oh iya, Papah....Geo mau bertanya sesuatu."

"Boleh, apa sayang?"

"Aunty Acha itu beneran temannya Buna?" Leon mendadak terdiam dan merasa bingung, kenapa putranya bisa tiba-tiba bertanya tentang Acha.

"Kenapa kamu tanya itu?"

"Geo bingung, apa benar Aunty Acha diculik oleh orang yang membenci Buna?"

Lagi dan lagi, Leon kembali terbungkam. Ia merasa bingung harus menjawab apa, dirinya juga merasa terheran-heran dengan maksud yang ditanyakan putranya itu.

"M-memang benar, Acha itu temannya Buna....tapi masalah orang yang menculik Acha itu masih belum jelas siapa pelakunya."

"Tapi sayang....kenapa Geo bilang Acha diculik oleh orang yang membenci Buna?" Tanya Leon.

"Buna bilang sendiri ke Geo, jika Aunty Acha diculik oleh mereka," Balas Geo.

"Lupakan itu ya sayang.....nanti Papah akan bicara sama Buna, sekarang makan cemilannya ya," Sahut Leon. Geo mengangguk mendengarnya, dan kembali memakan cemilan ringan dengan santai. Sedangkan Leon termenung memikirkan hal itu.

"Membenci Moona? Pasti Mafia V."

~~~••~~~

Di sisi lain, Moona dan Kiara tengah mengecek hasil pencarian Luna tentang identitas milik Geetha dan Zein, sang ketua di Akademi Heavstar.

"Gimana?"

Luna kemudian menunjukan hasil tersebut kepada kedua ketuanya, Moona dan Kiara melihat dan membacanya dengan teliti, tak lama mereka sontak dibuat terkejut dengan hasilnya.

"Mereka salah satunya," Celetuk Moona. Kiara mengangguk menyetujuinya.

Moona langsung melempar dokumen itu ke meja dengan sangat keras, amarahnya kini tak bisa terkendalikan lagi, ia merasa kecewa dengan kenyataan itu.

GO NEXT
—————

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Forgotten Promises || Sequel Of Secret MoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang