Rakha menatap Mala yang sedang bersandar di kursi, menikmati pemandangan pegunungan Alpen dari jendela kereta. Senyum lembut menghiasi wajah istrinya, Rakha merasa hatinya hangat melihat betapa damainya Mala di tempat ini. Mereka sedang dalam perjalanan ke Zermatt, salah satu kota kecil di Swiss yang terkenal dengan pemandangan Gunung Matterhorn yang megah. Ini adalah hadiah spesial dari Rakha untuk Mala—perjalanan babymoon yang mereka rencanakan setelah Rakha berhasil menyelesaikan tugasnya.
"Cape nggak?" tanya Rakha lembut, memegang tangan Mala di atas perutnya yang mulai membesar.
Mala mengangguk, tersenyum lembut ke arahnya. "Ngga Kha. Aku nggak pernah merasa setenang ini. Aku senang bisa berada di tempat seindah ini. Terima kasih sudah membawaku ke sini, Kha."
Rakha tersenyum. "Aku cuma ingin melihat kamu bahagia, sayang. Setelah semua yang kita lalui, perjalanan ini adalah hadiah untuk kita berdua, dan calon bayi kita."
Mala menatap keluar jendela lagi, melihat pegunungan yang tertutup salju dan hutan pinus yang begitu hijau. Udara dingin Swiss memberikan ketenangan yang luar biasa, seolah membawa mereka jauh dari segala masalah dan kekhawatiran yang sempat menghantui. Rakha, yang selalu sibuk dengan pekerjaan dan misi-misi rahasia, akhirnya bisa memberikan waktu khusus untuk istrinya.
Setibanya di Zermatt, Rakha memegang erat tangan Mala saat mereka berjalan di jalan-jalan berbatu yang indah, dikelilingi bangunan khas Swiss yang terasa hangat. Suasana kota kecil ini begitu menenangkan, dan Mala tak henti-hentinya tersenyum menikmati setiap detiknya. Mereka menginap di sebuah hotel kecil dengan pemandangan langsung ke Gunung Matterhorn, gunung ikonik yang menjadi lambang Swiss.
***
Sore itu, mereka duduk di balkon kamar mereka, mengenakan mantel tebal karena udara yang mulai dingin. Rakha menyiapkan cokelat panas untuk mereka berdua, sementara Mala duduk bersandar dengan selimut menyelimuti tubuhnya. Di depannya, Matterhorn berdiri megah, memantulkan cahaya matahari yang mulai tenggelam.
"Ini seperti mimpi Kha" kata Mala pelan, menatap pegunungan di depannya. "Aku selalu ingin pergi ke tempat yang jauh dari keramaian, di mana kita bisa hanya berdua, menikmati alam."
Rakha menatap istrinya dengan penuh cinta. "Aku ingin kamu menikmati setiap momen ini, sayang. Ini adalah waktu kita sebelum bayi kita lahir. Setelah itu, mungkin kita akan lebih sibuk, tapi aku janji, kita akan selalu punya waktu untuk hal-hal seperti ini." Rakha menyerahkan secangkir coklat panas, dan duduk di samping sang istri, lalu masuk ke dalam selimut yang di gunakan Mala. "Hangat!" gumam Rakha.
Mala tersenyum. "Kha. Kau pengen selamanya begini!" Mala merangsek masuk dalam pelukan suaminya.
Rakha mencium kening Mala dengan lembut. "Aku akan selalu ada untukmu dan anak kita. Apapun yang terjadi."
Malam itu, mereka berdua menikmati makan malam romantis di restoran hotel dengan lilin-lilin kecil yang memberikan kehangatan. Rakha tak henti-hentinya memanjakan Mala, memastikan setiap makanan yang disajikan sesuai dengan selera dan kondisi kehamilannya. Mereka tertawa dan berbicara tentang masa depan, tentang bagaimana kehidupan akan berubah setelah bayi mereka lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
'MALA'ikat Tak Bersayap
Novela Juvenil(Season ke 3 dari MY BAD BOY RAKHA) Cinta sejati? kekuatan cinta? Adakah yang tak mempercayainya? Waktu pernah mempermainkan cintanya, tapi dia berhasil memenangkannya Jangan pernah menguji sang pecinta. Karena tak ada yang bisa mematahkan keyakina...