" om juga mau ajak kamu berziarah ke makam bunda kamu,"lanjut om Arga.
" Baiklah," jawab Naura sembari naik ke atas motor.
Semilir angin yang berhembus menerpa wajah Naura menjadi penyejuk bagi dirinya. Pemandangan yang Naura lihat di sisi jalan adalah papan-papan iklan dan papan calon pilkada yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini.
Tak berselang lama, Naura memasuki area pemakaman, Om Arga memarkirkan motornya, mereka membeli bunga-bunga yang telah di cabuti untuk di taburkan di pemakaman. Tidak lupa om Arga membeli buket bunga mawar putih kesukaan bunda Naura. Mereka berjalan menuju pemakaman.
Naura berjongkok di hadapan pemakaman bunda nya bersama dengan om Arga yang merupakan adik ipar bunda, mereka berdo'a setelah selesai berdoa tak lupa mereka menaburkan bunga dan air diatas tanah pemakaman tersebut.
" Bunda, Naura sudah sembuh. Kalau bunda masih disisi Naura pasti bunda senang," batin Naura sembari mengusap nisan bunda.
" Bunda, Naura rindu masakan bunda," batin Naura.
" Bunda, Naura ingin sekali melihat wajah bunda yang tertawa, kesal dan selalu bawel pada Naura ataupun ayah. Sayangnya itu hanya lah sebuah kenangan yang bunda tinggalkan untuk Naura. Naura minta maaf karena Naura tidak bisa membahagiakan bunda. Dulu, Naura kesal dengan omelan bunda. Tapi sekarang, itu yang membuat Naura rindu," batin Naura sembari mengingat kenangan bersama bundanya.
Sesuatu yang menekan dadanya berjalan menuju mata yang menyebabkan air itu berada di pelupuk mata hingga mengalir di pipi Naura. Naura menundukkan kepalanya agar rasa sakitnya tidak terlihat. Om Arga mengusap pundak Naura dan memeluk Naura dari samping. Hingga tangisan Naura pecah.
Setelah lama berada di pemakaman om Arga mengajak Naura pergi. Motor om Arga berjalan kembali. Namun, om Arga memberhentikan sepeda motornya di parkiran dekat toko ice cream. Saat Naura melepaskan helm, Naura melihat para siswa lain tertawa dan berkumpul. 4 orang mengelilingi seseorang.
" Om sepertinya mereka sedang merundung," ucap Naura kepada Om Arga.
" Kamu benar," jawab pamannya.
" Kamu tunggu disini, biar om yang membantu anak malang itu," lanjut Om Arga. Naura mengangguk setuju.Naura hanya bisa menyaksikan dari jauh dekat sepeda motor milik om Arga.
" Woi bocah kalian lagi ngapain?"tanya om Arga setelah berada dekat dengan mereka.
Orang-orang tersebut berbalik dan menatap tidak suka kepada paman Naura. Seorang pria muda yang memakai serang seperti mereka menunduk sembari terduduk.
" Ganggu aja," ucap salah satu mereka.
" Bangun," perintah Om Arga sembari menghampiri pria muda itu dan menyodorkan tangan nya untuk segera bangun, mengabaikan lirikan tidak suka pada segerombolan orong-orong.
" Apa apaan sih om ikut campur aja," ucap salah satu mereka.
Om Arga melihat Pria muda tersebut mendapatkan luka di ujung bibirnya dan lembam. Naura juga melihat pria tersebut dengan membulatkan matanya.
" Sandi Prince Marcel," gumam Naura.
" Dasar segorombolan orong-orong berani menindas orang secara gerombolan. Punya otak dipakai , kalian kira tidak sakit apa di tindas gini. Kalian punya apa hah uang, kekuasaan atau kekuatan halah itu mah bakalan hilang, dasar bocah ingusan," kesal pamannya.
" Apa maksud om?"tanya mereka.
" Kalau kami punya ketiganya om mau ngapain?" tantang salah satu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Code ( On Going )
Ficção AdolescenteNaura selalu bermimpi tentang wanita yang sama setelah dirinya mendapatkan transplantasi ginjal. Ia meyakini mimpinya ingin mengungkap sesuatu. Saat dirinya memasuki sekolah baru, bangunan ruangan dan seragam nya seperti yang ia mimpikan. Hingga d...