🍂 10 🍂

100 14 2
                                    

Pukul 10.00, Jungwoo akhirnya sadar. Dokter yang mengecek kondisinya mengatakan bahwa kondisinya sudah benar-benar stabil.

"Jungwoo-ya? Neo gwaenchana?" Tanya Seokjin begitu dokter pergi dari ruangan Jungwoo. Pemuda itu mengangguk lemah.

"Ya sudah. Kembalilah beristirahat. Kita akan bicara setelah kondisimu membaik." Ujar pemuda itu dan membiarkan Jungwoo tidur lagi.

Setelah Jungwoo kembali tidur, Seokjin keluar dari kamar inap itu. Ia menemui Jackson yang akhirnya menyusul ke rumah sakit setelah mendapat kabar.

"Jackson-ah! Putuskan kerjasama perusahaan kita dengan perusahaan Lee dan perusahaan Ko. Aku tidak sudi memiliki hubungan dengan perusahaan mereka. Berikan ganti rugi pada dua perusahaan itu sesuai perjanjian."

"Ye, Hoejangnim."

"Joon!" Panggil Seokjin pada Namjoon yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Pemuda itu segera mendekati sang kakak sepupu.

"Kau urus anak-anak yang sudah membuat Jungwoo seperti ini. Jangan biarkan mereka bebas begitu saja! Mereka harus mendapatkan hukuman."

"Aku sudah mengurusnya, Hyung. Aku sudah meminta bantuan pada tim kuasa hukum kita untuk menangani masalah ini."

"Setelah kondisi Jungwoo membaik, sebarkan rekaman CCTV saat anak-anak itu merundung Jungwoo dan minta kesaksiannya. Kali ini Jungwoo harus berani berbicara. Biarkan dunia tahu jika sekolah terkenal seperti Chungdam Internasional High School telah menutup mata pada siswanya yang mengalami perundungan."

"Ye, Hyung. Arasseubnida."

"Mark!" Panggil, Seokjin pada sang sahabat. Mark menoleh.

"Kau ikut aku. Aku harus bertemu dengan pelaku yang sudah menghancurkan keluarga Jungwoo." Ucap Seokjin dengan tergesa-gesa.

"Jin-ah. Aku tahu kau sedang gusar. Tapi jika kau melakukan semuanya dengan tergesa-gesa seperti ini, bisa-bisa semua rencana kita gagal." Tegur Mark sambil memegangi bahu sang sahabat.

"Kita harus segera membongkar kebusukan keluarga Kang. Aku tidak bisa melihat Jungwoo seperti ini."

"Ara. Tapi kita tidak boleh gegabah. Lebih baik kita melakukannya pelan-pelan. Satu persatu kita usut semuanya." Ucap Mark berusaha menenangkan.

"Mark Hyung benar, Hyung. Jangan sampai usaha kita sia-sia!" Kali ini Jimin yang berucap. Ia dan Taehyung mendekati si Sulung yang berdiri di hadapan Mark.

"Aku sendiri sebenarnya sudah sangat kesal. Belum ada sebulan Jungwoo tinggal bersama kita, Jungwoo sudah babak belur berulang kali. Kali ini bahkan lebih parah."

Seokjin menatap Taehyung. Sang adik juga terlihat sangat gusar.

"Sebelum membeberkan keburukan keluarga Kang, ada baiknya kita urus anak-anak yang selalu merundung Jungwoo. Jika mereka terus berkeliaran seperti kemarin, Jungwoo tidak akan bisa sekolah dengan tenang." Kata Mark meyakinkan.

Seokjin menghela napas. Ia akhirnya duduk di kursi yang ada di depan ruang inap Jungwoo. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Hyung harus tenang! Jangan melakukan semuanya karena emosi."

Sebuah suara terdengar di telinga Seokjin. Pemuda itu menoleh. Jungkook terlihat berdiri di samping Taehyung. Seperti biasanya, tubuh pemuda itu selalu diselimuti cahaya lembut tiap kali Seokjin melihatnya

"Apa kau juga merasa Hyung tergesa-gesa?" Tanya Seokjin dengan dahi berkerut. Jungkook mengangguk.

"Tapi Hyung harus melakukan sesuatu. Hyung tidak ingin Jungwoo terus terluka seperti ini "

I'm Me, not Him! (Can I Hope? Book 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang