Sejak tadi, Seokjin terus memaksa Taehyung, Jimin dan Hoseok untuk membawanya pulang ke rumah. Setelah melihat CCTV yang dikirim pihak polisi padanya, ia benar-benar cemas pada Jungwoo. Ia tidak menyangka jika sahabatnya akan mengatakan kebenaran yang ia coba tutupi dari pemuda itu.
"Biarkan Hyung pulang, Hoseok-ah! Hyung harus menemui Jungwoo." Ucap Seokjin sambil mencoba untuk turun dari ranjang. Ini sudah kali ke lima ia berusaha melepaskan selang infus yang terpasang di punggung tangan kirinya.
"Andwae, Hyung! Hyung baru saja menjalani operasi. Hyung masih harus mendapat pengawasan dari dokter. Harus berapa kali aku mengatakan hal itu pada Hyung?" Tanya Hoseok dengan sedikit kesal. Ia menghela napas melihat sulungnya yang keras kepala.
"Hyung gwaenchana. Hyung sudah sembuh. Hyung tidak bisa terus berada di rumah sakit sementara Jungwoo juga sedang sakit di rumah." Sangkal Seokjin. Ia tetap keukeuh pada pendiriannya.
"Hyung! Tolong jangan seperti ini! Hyung benar-benar harus mendapat pengawasan dokter. Hyung..."
"Hyung harus pulang, Jimin-ah. Hyung tidak memerlukan pengawasan dokter. Hyung..."
PRANG!
Suara benda pecah menghentikan ucapan Seokjin. Ia, Jimin dan Hoseok menoleh ke sumber suara. Taehyung berdiri dengan ekspresi wajah yang sangat marah.
"Mau sampai kapan Hyung begini? Mau sampai kapan Hyung bersikap egois seperti ini? Hyung baik-baik saja? Hyung tidak apa-apa? Bullshit! Hyung itu sedang sakit. Selain luka tusukan di perut Hyung, HYUNG JUGA MENGIDAP PENYAKIT LEUKEMIA!" Tukas Taehyung sambil berteriak. Seokjin terdiam.
"Sampai kapan Hyung? Hyung mau sampai kapan abai pada diri sendiri? Mau sampai kapan Hyung bersikap acuh tak acuh seperti ini? Hyung boleh memikirkan Jungwoo. Hyung boleh peduli pada anak itu. Tapi Hyung jangan lupa! Sebelum Jungwoo ada di hidup Hyung, kami semua sudah ada lebih dulu daripada dia." Tanya Taehyung dengan mata berkaca-kaca. Kali ini, sifat Seokjin yang begitu keras kepala mampu menyakiti perasaannya.
Pemuda bermata elang itu memilih untuk segera meninggalkan ruangan Seokjin dirawat. Ia tidak ingin mendengar rengekan sulungnya itu. Jika sang kakak memutuskan untuk mempertahankan egonya, setidaknya ia tidak berada di sana.
Jimin menghela napas. Hoseok merangkul pundak adiknya itu.
"Aku tahu Hyung sangat baik. Hyung tidak bisa melihat Jungwoo bersedih atau membiarkannya terluka. Hyung memilih abai pada diri sendiri dan memilih untuk menyakiti perasaan kami." Ucap Hoseok lalu tersenyum miris.
"Hyung bisa melihat air mata Jungwoo, tapi Hyung lupa jika kami juga bisa menangis seperti anak itu. Sekarang terserah Hyung saja. Jika Hyung memutuskan untuk pulang, kami bertiga akan mengikuti. Mian, aku, Hoseok Hyung dan Tae akan menunggu di luar." Ucap Jimin lalu meninggalkan kamar Seokjin bersama Hoseok yang tidak melepaskan rangkulannya di bahu sang adik.
Seokjin kini sendirian di kamar inapnya. Tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit hingga ia mendesis. Sejak tadi ia sama sekali tidak merasakan sakit di perutnya, tapi kini, rasa sakit itu benar-benar nyata.
Begitu sendirian, pemuda berbahu lebar itu baru menyadari bahwa luka yang dideritanya benar-benar serius. Ia terlalu memikirkan Jungwoo sampai lupa pada dirinya sendiri. Ia harus minta maaf pada ketiga adiknya itu. Tanpa sadar, ia telah menyakiti mereka karena sikap keras kepala yang dimilikinya. Tapi karena luka yang dimilikinya, Seokjin tidak bisa menyusul Hoseok, Jimin, dan Taehyung. Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada mereka bertiga.
~ Mian. Hyung hanya memikirkan diri sendiri. Tolong maafkan, Hyung! Hyung tidak bermaksud menyakiti perasaan kalian. ~
Setelah itu, Seokjin memutuskan untuk kembali beristirahat. Ia tidak ingin bersikap keras kepala. Ia akan menurut dan menerima perawatan dokter untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Me, not Him! (Can I Hope? Book 2)
FanficCan I Hope? Season 2 Setelah orang tuanya meninggal, Jeon Jungwoo hanya ingin dicintai dan diterima oleh orang-orang di sekelilingnya. Saat mengenal Seokjin, Yoongi, Namjoon, Hoseok, Jimin dan Taehyung, ia mengira bahwa Tuhan sudah berbaik hati men...